Foto Waduk Jatiluhur

Dengan menyewa perahu motor dengan ongkos Rp.130.000 kami menyusuri Waduk Jatiluhur Purwakarta yang sangat luas ini dari sudut ke sudut, yang memakan waktu sekitar satu jam. Perahu berukuran sedang yang mampu mebawa sekitar 50 orang juga tersedia, dengan tiket seharga Rp.10.000 per orang untuk sekitar setengah jam berkeliling.



Jajaran gunung dan bukit yang mengelilingi Waduk Jatiluhur menyajikan panorama yang indah bagi para pengunjung yang berperahu di waduk yang elok ini. Di tengah waduk terdapat 'pulau-pulau' yang tersebar di beberapa tempat, dimana pengunjung bisa berhenti sejenak untuk menikmati makanan minuman dan pemandangan seputar Waduk Jatiluhur.



Pemandangan yang terlihat saat kami mendekati kembali tempat dari mana sebelumnya kami berangkat naik perahu, untuk mengakhiri perjalanan. Air mengalun tenang saat perahu melaju di sepanjang perjalanan kami berkeliling Waduk Jatiluhur. Tidak ada angin atau pun gelombang air kuat yang mengganggu jalannya perahu yang kami tumpangi.



Ketinggian air di Waduk Jatiluhur ketika saya kunjungi itu masih pada tingkat yang maksimum karena curah hujan masih cukup tinggi di ujung musim penghujan yang memanjang. Pepohonan di tepi waduk yang biasanya berada di tempat yang kering agak jauh dari batas bibir waduk, saat itu terbenam di dalam air waduk yang cukup dalam.



Perbukitan yang silang susun dengan lembah diantaranya memberi latar yang indah bagi Waduk Jatiluhur. Suasana sekitaran masih cukup alami dengan sedikit permukiman yang mestinya harus terus dijaga sebagai tangkapan air. Sejumlah tempat pembudidayaan ikan tampak menghiasi permukaan waduk.



Sejumlah perahu angsa tampak sandar di tepian danau yang menjadi tempat keberangkatan dan kepulangan perahu yang kami tumpangi. Akan jauh lebih murah jika naik perahu bersama pengunjung lainnya, namun itu hanya mungkin terjadi di akhir pekan atau hari libur nasional.



Bersilangan dengan perahu yang saya tumpangi, seorang kakek tua meluncur dengan nyaman di atas perahu dayung sederhana. Waduk Jatiluhur terbentang pada daerah seluas 8.300 ha yang mampu menampung 12,9 miliar m3 air dalam setahunnya, menghasilkan rerata 1 juta KWh listrik per tahun yang dihasilkan dari 6 unit turbin raksasa.



Ketika melewatu Kampung Aiir, seorang pria bertopi tampak tengah memberi makan ratusan ikan yang saling berebut menangkap pakan sehingga menimbulkan bunyi kecipak air yang cukup keras. Para peternakan ikan tawar ini memakan tempat yang cukup luas di tengah Waduk Jatiluhur, dan oleh karenanya memang layak disebut sebagai kampung air.



Di tengah Waduk Jatiluhur terdapat rumah-rumah apung yang disebut Kampung Air, dengan patok dan jaring untuk pembudidayaan ikan. Beberapa rumah apung terlihat memakai sel-sel matahari sebagai sumber tenaga untuk menyalakan lampu dan pesawat televisi. Maklum di tengah danau tentu tidak akan pernah ada sambungan listrik dari PLN.



Di tengah waduk terdapat ‘pulau-pulau’ yang tersebar di beberapa tempat, dimana pengunjung bisa berhenti sejenak untuk menikmati makanan minuman dan pemandangan seputar Waduk Jatiluhur.



Pegunungan Karst di punggung Waduk Jatiluhur menjadi pemandangan yang elok dengan tebing yang nyaris tegak lurus, sementara di ujung sana beberapa perahu tengah sandar di sekitar pepohonan yang cukup rimbun dan rindang. Sebuah pemandangan yang mengesankan.



Sang pengemudi kapal motor kami, dipotret saat memandu perahu mengelilingi Waduk Jatiluhur. Motor penggerak kapal tampak cukup besar, bukan dari jenis yang gampang diangkat dan diturunkan dengan mudah. Jenis yang cocok jika tak harus membawa pulang motor setiap kali perahu bersandar.



Menjelang akhir perjalanan kami melipir bendungan memanjang tinggi yang membendung aliran Sungai Citarum dan menciptakan waduk ini. Anak-anak tampak bermain layangan di jalan yang berada di atas bendungan Waduk Jatiluhur itu.



Bangunan bendungan yang berfungsi debagai pengatur tingkat ketinggian air Waduk Jatiluhur. Jika air waduk sedikit maka sedikit pula yang akan dikeluarkan, dan jika telah sampai pada ketinggian maksimum, maka semua kelebihan air akan dimuntahkan oleh waduk. Pengaturan air karenanya harus mempertimbangkan curah hujan di bagian hulu.



©2021 Ikuti