Foto TPI Kronjo

Deret perahu nelayan di Pangkalan Pendaratan Ikan Kronjo seperti inilah yang membuat saya tertarik dan memutuskan turun dari mobil untuk melihat dan memotretnya, meski jalan di sana terbilang sempit yang membuat kendaraan sulit parkir sehingga pak Dayat harus mencari ceruk jalan yang cukup lebar agar kendaraan roda empat masih bisa lewat.



Kesibukan para nelayan yang tengah merapikan jaring ikannya dan hampir memenuhi kapal mereka yang relatif kecil. Jaring adalah salah satu "nyawa" utama nelayan. Saat merapikan jaring, para nelayan juga sambil memungut ikan yang masih tersangkut di dalamnya. Keranjang-keranjang plastik disediakan untuk menampung ikan-ikan hasil tangkapan itu, untuk dilelang di TPI Kronjo atau dijual ke tengkulak.



Pemandangan di Tempat Pelelangan Ikan Kronjo dengan atap tinggi dan lantai yang tampak cukup bersih meski sudah terkelupas di sana sini dan memberi kesan agak kurang sedap. Diperlukan lantai tegel yang sangat keras untuk bisa menahan gesekan ganas boks-boks plastik ikan yang beratnya bisa puluhan kg itu.



Foto di bawah ini adalah undakan tak terawat yang menjadi penanda Pangkalan Pendaratan Ikan Kronjo dengan jalan beton di sebelahnya yang hanya bisa dilalui satu mobil. Di ujung sebelah kanan sana terlihat SPBU Pertamina. Segmen Sungai Pasilian dimana PPI dan TPI Kronjo ini berada masih berjarak sekitar 3,2 km dari muaranya yang ada di Laut Jawa, lumayan jauh, lewat jalur berkelok.



Sebuah perahu motor bernama Kurnia dengan penumpang tunggal tampak melaju di belakang sana, sementara perahu yang tengah sandar bernama Wulandari yang jika bukan nama isteri tentulah nama anak kesayangannya. Sayang kebersihan sungai masih tak terjaga, yang jika berketerusan akan membuat sungai dangkal dan sulit dilewati perahu lagi, dan banjir di musim penghujan.



Sebuah perahun nelayan dengan nama "Robana" dicat pada badan kampal tampak tengah melintas di depan area TPI Kronjo. Kebanyakan perahu nelayan yang kecil memiliki atap sederhana sebagai peneduh dari panas dan hujan ketika melaut.



Sebuah perahu kecil yang kemasukan air dan nyaris tenggelam. Perahu di sebelahnya juga tampak sudah rusak parah. Ketimbang mengotori pemandangan lebih baik diangkat ke darat dijadikan kayu bakar, atau diperbaiki.



Keranjang plastik yang berisi penuh ikan, sepertinya ikan kembung. Lazimnya pelelangan ikan dilakukan pada pagi hari ketikan banyak perahu nelayan telah mendarat dan merapikan ikannya. Jika sudah siang mungkin tinggal menunggu pembeli langsung yang tak datang sewaktu pelelangan.



Keranjang berisi ikan kembung yang menunggu diangkut pembeliya. Di ujung kanan atas tampaknya adalah tumpuk ikan layur.



Beberapa ikan kembung tampak masih terjerat di dalam jaring menunggu diangkat sambil merapikannya untuk nanti dibawa melaut lagi.



Sepanjang mata memandang masih berlangsung kesibukan para nelayan merapikan jaring setelah beberapa saat sebelumnya sandar di PPI Kronjo. Boleh jadi sebagian mereka adalah "orang darat" dan nelayannya sedang beristirahat setelah lelah bekerja.



Merapikan jaring di atas perahu dengan tulisan "Benalu cinta" di buritannya. Cinta memang susah dibuang kalau sudah melekat, bak benalu yang menggerogoti inangnya.



Pekerjaan sudah hampir selesai. Jaring sudah "rapi" dan ikan sedang dibersihkan untuk kemudian berpindah tangan ke mereka yang mau menukarnya dengan lembaran kertas keluaran Bank Indonesia.



Duduk santai melipat kaki menunggui ikan dagangannya yang diletakkan di dalam wadah keramik seperti baskom. Itu adalah ikan-ikan yang lebih mahal dari ikan kembung.



Ikan ini hanya punggungnya yang berwarna kemerahan, sementara bagian perutnya kebanyakan putih, tidak sebagaimana kakap merah. Ikan inilah yang tampaknya disebut Bambangan. Diperlukan pengetahuan dan kearifan agar populasi ikan tetap terjaga, dengan menghindari penangkapan yang berlebihan dan tidak menangkap ikan saat bertelur.



Ikan laut tangkapan nelayan kronjo lainnya yang tampak gemuk, mungkin Ikan Kuwe namanya. Jika tiap hari bergumul dengan ikan, meski jumlahnya ratusan orang akan ingat apa saja namanya.



Ikan dengan garis badan yang khas, namun tak saya catat namanya apa. Laut memberi begitu banyak kehidupan bagi manusia, dan sudah semestinya manusia ikut menjaganya.



Sebuah kapal dengan tangga sederhana untuk naik ke atas dek yang cukup tinggi. Ada cukup banyak jenis perahu nelayan yang sandar di tempat pendaratan ikan Kronjo, namun saya tak melihat ada dimana galangan pembuatan dan tempat mereparasi perahu jika rusak.



Beginilah cara mereka menggelontorkan es balok ke dalam kapal untuk dijadikan pengawet ikan, dengan cara didorong dan es baloknya meluncur di atas gantungan ram besi.



Pemandangan pada deret perahu nelayan lainnya yang masih sibuk merapikan jaring. Kabarnya ada ratusan perahu nelayan di wilayah Kronjo ini, dengan kapal yang berukuran lebih besar bisa mendarat seminggu sekali, sedangkan yang kecil bisa setiap hari.



Sebuah perahu bernama Sri Rama terlihat melintas dengan pengemudi berdiri tegak memegang sayap kayu besar sebagai kemudi, sementara motor dan bilah roda penggeraknya ada di depan dan bawah kakinya.



Suasana Sungai Pasilian di depan TPI Kronjo saat sebuah perahu berjalan melintas di sebelah kanan, dan banyak perahu nelayan lainnya tengah berlabuh setelah semalaman melaut menjaring dan menumpahkan ikannya di tempat pendaratan. Air sungai terlihat tenang, namun entah sampai kapan bisa dilayari jika sampah terus dibuang ke sungai.



©2021 Ikuti