Foto RTH Kalijodo

Pemandangan mata burung ke arah utara atau sedikit barat daya dari atas undakan pemisah RTH Kalijodo Jakarta dan RPTRA, dengan area berumput dan pepohonan yang belum lama ditanam. Membutuhkan waktu setidaknya sepuluh tahun hingga area ini rimbun dan teduh. Kotak merah diantara dua mobil paling kiri adalah parkir meter, sementara parkir motor terlihat menyita jalur pedestrian. Google Maps menyebut sungai di sebelah kiri itu Kali Angke, sebagai kelanjutan dari Kali Ciliwung, dan berlanjut ke Banjir Kanal Barat.



Penampakan bangunan utama di RTH Kalijodo yang sepertinya terbuat dari struktur baja ringan dengan penutup atap polycarbonat yang menghilangkan sama sekali panas matahari jika berada di bawah bayangannya. Ada cukup banyak tempat duduk tersedia di sana dengan dua buah vending machine dari produsen minuman lokal. Toilet, termasuk untuk difabel, dan ruang mushola ada di bagian ujung bangunan ini.



Mural cantik yang menghias sebagian dinding sepanjang 24 meter itu juga merupakan ikon favorit RTH Kalijodo, tempat para pengunjung tua muda bergaya lebay bombay di depan kamera. Lokasinya berada di sebelah kanan bangunan utama. Mural yang mengambil tema Kalijodo dan sejarahnya itu dikerjakan selama sekitar empat hari oleh 11 seniman, yaitu Bujangan Urban, Darbot, Gigin, Marishka, Older Plus, Popo, Smokie, Stereoflow, Tutugraf, Tuyuloveme, dan Wormo. Bidang tapak kaki sempit di depan dinding mural, dan ketiadaan kesadaran pengunjung, membuat mereka menginjak-injak rumput untuk saling potret. Sehingga terlihat ada tali rafia dipasang di pinggir rerumputan yang membuat buruk pemandangan.



Seorang anak muda tengah memacu sepedanya di arena bermain sepeda BMX yang dibuat bergelombang. Tua muda, kaya miskin, bisa bermain sepeda butut atau baru di lintasan melingkar itu secara gratis. Ada pula seorang anak yang menggunakan skateboard di lintasan ini. Area skate park dengan standard internasional tampak di sisi kanan pada foto, yang mulai ramai setelah hari beranjak sore.



Lubang bundar dengan dahan dan ranting gundul menyajikan pemandangan yang menarik.



Tulisan di bawah logo sinarmas land itu berbunyi "Melalui program CSR PT Bumi Serpong Damai Tbk". Pada karikatur paling kanan atas ada teks "Kamera.... Eksyen!", dan di bawahnya ada lukisan kandang burung serta seorang pria tengah mengepak-ngepakkan burung betina agar si jantan turun menukik dari angkasa, sementara temannya duduk mengamati.



Anak tangga yang lumayan banyak, namun pemandangan dari atasnya elok. Rugi jika tak naik ke sana.



Jika sedang tidak banyak pengunjung maka anak-anak masih bisa bermain skuter dengan nyaman di sini sambil menunggu matahari turun lebih dalam ke barat.



Vending machine atau mesin jual yang menyediakan berbagai pilihan minuman dari sebuah produsen lokal. Praktis, hanya saja tidak ada kembalian, sehingga harus memasukkan uang pas.



Pandangan tengah yang mengarah ke ujung sebelah sana. Bentuk piramid terpancung di sebelah kanan adalah ruang serbaguna kecil yang saat itu digunakan sebagai tempat pengambilan sampel darah dan pemeriksaan HIV gratis.



Pandangan ke arah tembok mural dan anak tangga menuju RPTRA. Banyak orang menginjak rumput di sebelah kanan tangga untuk menyeberang ke jalan, membuatnya rumputnya mati dan tanahnya jadi gundul. Baiknya dibuat saja undakan dan jalan pintas kecil ketimbang rumput rusaknya semakin melebar.



Pandangan pada sisi sebelah kiri dengan dinding di ujung sana masih dibiarkan kosong. Mungkin sebagai simbol bahwa masa depan yang terbentang luas bergantung kepada masing-masing orang untuk bagaimana mengisinya.



Bangunan putih di sebelah kiri adalah mushola, dan di sebelah kanan adalah toilet. Tampak seorang petugas kebersihan yang tengah bekerja dengan sapu dan pengkinya. Soal kebersihan umumnya sudah ada kesadaran. Hanya kedisiplinan untuk tak menginjak rumput yang belum ada.



Pandangan pada skate park yang masih sepi karena terik matahari yang belum berkurang sengatnya. Namun sesekali ada saja anak muda yang meluncur dengan skate boardnya. Mudah-mudahan dari sana muncul pemain-pemain yang handal.



Tas-tas yang bertumpuk di pinggir itu adalah milik para pekerja kreatif yang tengah membuat film iklan komersial sebuah produk minuman nasional. Persoalan di RTH Kalijodo adalah bagaimana memaksa orang memakai jalan yang telah disediakan seperti tampak di sana dan tidak menginjak rumput.



Bagi beberapa orang anak, mesin penjual masih merupakan barang baru sehingga menarik untuk melihat proses transaksinya hingga barangnya diambil.



Area jalan diantara bangunan utama dan area berumput ini cukup lebar, bisa digunakan untuk kegiatan insidentil. Tak berapa lama setelah foto ini diambil, di tempat ini didirikan dua buah tenda sebagai tempat untuk menyediakan makan bagi para pekerja film yang tengah bekerja.



Pandangan lebih dekat pada ujung mural yang memperlihatkan beberapa orang anak sedang terjun dan berenang di sungai. Moga-moga Ahok diberi waktu cukup untuk menjadikan Ciliwung menjadi sungai yang layak mandi lagi.



Jalur jalan inspeksi ini berada di bagian ujung belakang RTH, biasa dipakai sebagai jalur mobil onthel. Di sebelah kanan adalah Kali Kerendang yang juga telah bersih dari sampah.



Rada repot memang mengambil foto di sini, karena bidang tembak yang sempit, atau harus memotretnya dari seberang lapangan rumput. Mesti ada solusi agar tak perlu lagi dipasang tali rafia, namun orang juga tak injak rumput.



Pandang dekat pada mural yang ada di ujung sebelah kanan.



Pengambilan foto dari jalur jalan di depan mural memang memberi sudut pandang latar mural yang sempit.



Pengambilan foto dari seberang lapangan rumput yang memberi hasil jauh lebih baik meski orangnya tampak kecil.



Adanya tali rafia memang merusak pemandangan, namun tanpanya rumput bisa rusak dan gundul. Serba susah.



Snapshot pada mural lainnya yang memperlihatkan wajah-wajah yang kebanyakan tanpa ekspresi dan miskin senyum, kecuali satu. Banyaknya lukisan bunga matahari mungkin menggambarkan optimisme.



Snapshot lainnya pada mural dengan vignet bentuk-bentuk geometris dengan warna yang cukup berani.



Snapshot mural berikutnya dengan lukisan berbagai bentuk mata aneh dan dibuat tidak simetris.



Pandangan pada pojok bawah dinding mural dan awal undakan. Desain RTH Kalijodo boleh dibilang sangat baik dan berkelas.



Pandangan pada bulatan lubang lainnya dan pohon yang masih berjuang untuk hidup dan tumbuh.



Pembatas antara anak tangga dengan area di belakang tembok yang merupakan bagian dari RPTRAalijodo. Mungkin tempat ini yang disebut sebagai rumah pompa.



Seorang anak tampak sedang bermain skate board di lintasan sepeda BMX. Jika tak bawa sepeda saya kira ada pula sewaan sepeda di sana.



Seorang pemuda tanggung mencoba lengkung skate park dengan sepeda kecilnya. Lintasan skate board di RTH Kalijodo ini dibuat dengan standard dunia, sehingga siapa pun yang berlatih di sini dengan tekun berpotensi menjadi atlet skate board yang berprestasi.



Seorang anak lainnya dengan sepeda sederhananya tengah beraksi di lintasan sepeda BMX. Apa pun jenis sepedanya, kalau hanya sekadar menikmati lintasan bisa saja bermain di sini. Namun ada juga saya kira yang berlatih serius.



Arena permainan anak yang terlihat masih sangat sederhana dan terkesan tak berkelas. Dengan merombak bagian bawah, dan mungkin membuat ornamen pembatas rendah di sebelah kanan bisa membuat tempat itu menjadi lebih menarik.



Sudah mulai muncul di RTH Kalijodo orang yang memerankan karakter tertentu, yang dalam foto berdandan sebagai hantu. Ia tengah mencicipi minuman gratis yang tengah dipromosikan di sana.



Sejumlah kendaraan sewaan untuk anak-anak yang tersedia RTH Kalijodo. Ada skate board bertumpuk di sebelah kiri, becak mini di sebelah kanan, dan mobil mini yang digerakkan dengan listrik atau aki.



Mainan anak lainnya berupa kuda-kudaan yang tampaknya masih belum mendapatkan pelanggan. Ada cukup banyak kegiatan ekonomi yang mulai berputar di sana, meski tentu saja jauh lebih kecil ketimbang jumlah uang haram yang sebelumnya berputar di tempat itu.



Layanan naik andong juga ada di RTH Kalijodo, yang membawa pengunjung memutari Kali Angke dengan membayar Rp,30.000. Harga yang sama dengan naik mobil onthel.



©2021 Ikuti