Penampakan utuh pada altar Hok Tek Tjeng Sin dengan rumahan dan ornamen yang terlihat elok.
Altar pemujaan bagi Houw Tjiang Kong atau Houw Tjiang Kun, Panglima Harimau yang menjadi pengawal setia Hok Tek Tjeng Sin.
Altar selanjutnya adalah tempat sembahyang kepada Budha Gautama, dengan aksara China tegak serta rupang atau patung-patung berukuran besar dan kecil yang tampak memikat. Di sana ada Buddha Tertawa yang wajahnya membawa kedamaian.
Pandangan dekat pada rupang atau patung Tian Siang Seng Bo (Tian Shang Sheng Mu) yang juga dikenal dengan sebutan Ma Zu atau Mak Co. Ia adalah Dewi Laut, penolong para pelaut, serta pelindung etnis Tionghoa.
Ornamen ini mestinya ada nama dan maknanya, namun tak saya tanyakan kepada penjaga. Bentuknya menyerupai pasu, tempat untuk menyimpan abu jenazah setelah dikremasi.
Sebuah tambur yang kondisinya masih cukup baik tampak menggantung di ruangan kelenteng. Tambur dan genta biasa ditabuh untuk memberitahu umat akan dimulainya suatu ritual. Ketika loud speaker belum menjamur seperti sekarang ini, kebanyakan masjid juga mengandalkan bedug untuk menandai awal waktu ibadah salat yang kemudian diikuti oleh adzan.
Tengara nama Vihara Budhi Luhur atau Kelenteng Poo An Bio di Jl Siwalan No 3 Demak yang tekah mulai pudar.
Sponsored Link