Foto Ereveld Ancol

Gerbang Ereveld Ancol Jakara dengan nama yang diembos mencolok di pilar gerbang sebelah kiri dan kanan. Pagar berjeruji besi memiliki roda yang bisa digeser ke dalam untuk membukanya, dan di tengah jeruji terdapat lambang kerajaan berupa singa. Sebelumnya Olive memencet bel di sisi kanan tembok, dan muncul penjaga yang membukakan gembok pintu.



Deret kubur Ereveld Ancol Jakarta yang berada di paruh area kiri depan. Jalan paving blok membelah Ereveld Ancol di bagian tengah. Ada tiga jalan paving blok dalam posisi melintang yang membagi deretan kubur menjadi enam bagian hampir sama besar. Tulisan pada nisan kubur pada sisi ini kebanyakan berisi nama-nama orang Belanda.



Prasasti bertulis "Oorlogs Graven Stichting, opdat zij met eere Mogen Rusten" atau "Yayasan Makam Perang, Supaya mereka beristirahat dengan kehormatan". Di tengahnya ada perisai dengan singa bermahkota menggenggam pedang dan tujuh anak panah (melambangkan tujuh provinsi persekutuan Utrecht).

Di atasnya ada mahkota kerajaan dan perisai dipegang dua ekor singa yang berdiri di atas pita bertuliskan "Je Maintiendrai", dari Bahasa Perancis abad pertengahan yang berarti "Aku akan bertahan". Di sudut perempatan blok terdapat tengara "Dit Ereveld wordt onderhouden door de Oorlogsgravenstichting", atau "Ereveld ini dikelola oleh Yayasan Makam Perang".



Sejenis Pohon Mindi, yang dulu merupakan satu-satunya pohon besar yang tumbuh di tempat itu, kini menjadi pohon yang diawetkan.Di sinilah tempat eksekusi ratusan tawanan yang dilakukan oleh tentara Jepang. Pada batang Pohon Surga (Hemelboom) ini terdapat penggalan puisi karya Laurence Benyon (Binyon) berjudul "For the Fallen", yang berbunyi Hemelboom. They shall not grow old, as we that are left grow old. Age shall not weary them, nor the years condemn at the going down of the sun and the morning. We shall remember them. We shall remember them. Antjol 1942 - 1945.

Robert Laurence Binyon, CH (10 Agustus 1869 - 10 Maret 1943) adalah penyair, dramawan dan sarjana seni Inggris. For the Fallen, digunakan dalam Kebaktian Remembrance Sunday, yang di Inggris dilakukan pada Minggu kedua November, hari terdekat dengan Armistice Day, peringatan berakhirnya Perang Dunia I pada jam 11.00 pagi, 11 November 1918.


Pemandangan yang saya lihat sesaat setelah melewati gerbang Ereveld Ancol. Cukup mengesankan. Di sebelah kiri ada jalan beraspal cukup lebar, yang sepertinya diperuntukkan bagi tamu VIP yang berkunjung ke makam.



Sebuah poster pada papan informasi di tepi jalan sebelah kiri yang berisi riwayat Ereveld Ancol, ditulis dalam bahasa Indonesia. Agak jauh di sebelah kanan pada papan yang sama ada pula versi dalam Bahasa Belanda.



Tengara peresmian pembukaan kembali Ereveld Menteng Pulo pada 25 Februari 2010, ditulis dalam bahasa Belanda dan ditandatangani oleh RS Croll, Presiden Oorlogs Graven Stichting.



Poster riwayat Ereveld Ancol dalam bahasa Belanda. Pengunjung yang tak bisa membaca tulisan bahasa Indonesia dan bahasa Belanda harus puas dengan penjelasan oleh tour guide... .



Di belakang papan informasi dan prasasti peresmian, di batas atas tanggul ada sebuah gazebo bambu yang dari tempat ini pengunjung bisa melihat genang air laut persis dibalik tanggul dan garis pantai Ancol memanjang di sisi kiri.



Olive dan Dicky di dalam cungkup pendopo tanpa dinding dimana tamu biasa diterima saat pertama kali datang. Air mineral dalam gelas plastik disediakan bagi para tamu di tempat ini secara cuma-cuma.



Paruh kiri Ereveld Ancol dilihat dari luar pendopo. Tak ada pohon sama sekali di tengah area kubur ini, hanya hijau rumput yang sedikit membantu pemandangan pejalan. Meski di sisi sebelah kanan lumayan banyak pohon berdaun rimbun, namun tidak demikian dengan sisi kubur di sebelah kiri.



Paruh kiri kubur dilihat dari dekat jalan pedestrain yang membelah area menjadi dua. Tengara nama tersusun rapi dan sangat sempurna. Tak ada yang miring satu pun. Jauh di belakang sana adalah monumen utama di dalam kompleks kubur ini.



Foto yang memperlihatkan posisi cungkup pendopo terhadap posisi bangunan dimana terdapat poster dan prasasti, serta posisi Gazebo di atas tanggul. Di sebelah kiri pendopo (tak terlihat pada foto) ada bangunan kantor, rumah dinas, garasi, dan ruang kerja.



Foto Ereveld Ancol yang diambil dari pojok kanan area, memperlihatkan hampir keseluruhan area kubur, yang berbatas tembok di sebelah kanannya. Pepohonan ditanam di luar tembok pembatas itu. Monumen Ereveld terlihat jauh di sebelah kanan belakang.



Foto yang memperlihatkan batas kiri Ereveld Ancol dengan paving blok dan tembok rendah, serta Gazebo bambu di ujung sana. Kubur di paruh kanan ini diperuntukkan bagi jasad orang-orang pribumi korban perang dengan penanda kubur sesuai dengan agamanya.



Ada banyak penanda kubur dengan pemilik tak dikenal bertuliskan "Geexecuted Bandjermasin" pada blok ini, yang menandai kubur pindahan dari Banjarmasin. Masih di blok ini ada pula korban perang yang dieksekusi di Ancol.



Selain penanda kubur "Geexecuteerd Antjol", ada pula penanda kubur lebar dengan judul "Verzmelgraf" atau Kuburan Massal dengan banyak nama di bawahnya. Pada baris paling bawah terdapat nama Prof. Dr. A. Mochtar yang dieksekusi Jepang pada 3 Juli 1945. Prof. Dr. Achmad Mochtar adalah Direktur Pertama Lembaga Eijkman.



Paving blok jalan yang membelah Ereveld Ancol menjadi dua dan berujung di Monumen Ereveld Ancol. Di sisi sebelah kiri terlihat penanda kubur dari mereka yang dieksekusi di Ancol. Sedangkan di sebelah kanan ada banyak korban perang yang dieksekusi oleh tentara Jepang di Bojonegoro.



Di sebuah sudut perempatan blok terdapat lagi tengara yang berbunyi “Dit Ereveld wordt onderhouden door de Oorlogsgravenstichting”, atau “Ereveld ini dikelola oleh Yayasan Makam Perang”. Pot-pot tanaman berdaun merah yang diletakkan di setiap sudut perempatan memberi warna berbeda pada kompleks Ereveld Ancol yang didominasi warna hijau rumput dan nisan putih ini. Membayangkan jika saja yang ditanam adalah bunga tulip beraneka warna tentu akan memberi kesan lebih hidup.



Di blok paling ujung kanan ini tampaknya hampir semuanya berisi korban yang dieksekusi oleh tentara Jepang di Ancol. Blok ini letaknya paling dekat ke lokasi pohon dimana pembantaian itu dulu dilakukan oleh bala tentara Jepang.



Olive di dekat pohon yang menjadi tempat eksekusi ratusan tawanan yang dilakukan oleh tentara Jepang. Sejenis Pohon Mindi yang dulu merupakan satu-satunya pohon besar yang tumbuh di tempat itu kini menjadi pohon mati yang diawetkan. Di sebelah kiri ada nisan terpisah, yang menurut Dicky adalah kubur seorang wanita korban salah tangkap. Pada nisan tertera nama L. Ubels. Luuth Ubels dieksekusi karena kebetulan memiliki nama depan yang sama dengan nama saudara laki-lakinya.



Pada batang pohon yang disebut sebagai Pohon Surga (Hemelboom) ini terdapat tengara berisi penggalan puisi karya Laurence Benyon (Binyon) berjudul “For the Fallen” yang tengah dipotret oleh Olive.



Diapit oleh dua tiang bendera di sebelah kanan terdapat tengara berbunyi “Ter eerbiedige nagedachtenis aan de vele ongenoemden die hun leven offerden en niet rusten op de erevelden”. dengan terjemahannya ada pada bawah tiang di blok paruh kiri: “Untuk mengenang dengan hormat mereka yang tak disebut tetapi telah mengorbankan dirinya dan tidak beristirahat di taman-taman kehormatan.”



Pandangan samping Monumen Ereveld Ancol dengan pot-pot bunga yang cukup membantu memberi suasana lebih asri dan ramah. Di tempat itu dulu para korban dikubur secara massal oleh tentara Jepang setelah dieksekusi.



Pada bawah tiang di sisi kiri ini terdapat tengara bertuliskan "Untuk mengenang dengan hormat mereka yang tak disebut tetapi telah mengorbankan dirinya dan tidak beristirahat di taman-taman kehormatan."



Di dinding depan Monumen Ereveld Ancol terdapat tulisan “Hun geest heeft overwonnen” atau semangat mereka telah menang. Di tempat inilah para korban pembantaian dikubur oleh Jepang secara masal dan disemen bagian atasnya. Tentara Jepang hanya memberi tanda salib bertuliskan ‘orang Eropa yang telah meninggal’. Setelah ditemukan, berkat petunjuk penjaga kelenteng itu, lubang kubur digali, dikumpulkan kerangkanya, dan lalu dikubur kembali di tempat ini.



Sisi kiri luar kubur Ereveld Ancol dengan pepohonan yang mulai tumbuh. Pada saatnya nanti pohon-pohon itu bisa memberi sedikit keteduhan atau setidaknya menambah keramahan tempat ini. Tanggul laut terlihat ada di sebelah kiri.



Dicky di Gazebo dengan latar belakang air laut di kawasan Ancol. Dari tempat ini saya bisa melihat sebuah pipa besar yang secara periodik memuntahkan air kotor buangan perumahan ke laut. Entah sampai kapan pemprov DKI bisa memaksa para pengembang untuk lebih dahulu mengolah air sebelum dibuang ke laut.



Panorama Ereveld Ancol dilihat dari dalam Gazebo di atas tanggul penahan air laut. Kerapihan dan kebersihan area yang cukup luas ini patut dipuji, meski tidak mengutip uang satu peser pun dari para pengunjung.



Foto yang memperlihatkan perbandingan ketinggian air laut di luar tanggul di sebelah kiri dengan area kubur yang terletak di bawah. Tak heran sebelum tanggul diperbaiki, setiap musim penghujan Ereveld Ancol selalu kebanjiran.



Suasana kubur memang mestinya tenang dan rapi asri seperti ini, mungkin bukan bagi si mati, namun lebih bagi keluarga agar mereka bisa khusuk berdoa bagi sanak saudara yang telah mendahului mereka pergi ke alam langgeng.



Olive di pojok Gazebo bambu dengan latar belakang pintu gerbang masuk ke Ereveld Ancol. Sebuah kebaikan hati dari pengelola, yang selain menyediakan pendopo dengan minuman cuma-cumanya, juga menyediakan tempat seperti ini untuk para pejalan sejenak beristirahat sebelum meneruskan perjalanan.



Pandangan utuh pada pohon Surga di Ereveld Ancol Jakarta Utara.



©2021 Ikuti