Foto Congo Gallery & Cafe

Tengara Congo Gallery & Cafe Dago Pakar Bandung yang area sekitarnya ditata dengan elok dan berkelas. Semakin langkanya pohon besar yang masih hidup lestari membuat kayu mati pun tak mengapa untuk dijadikan hiasan dan pengingat betapa fananya dunia, dan bahwa yang abadi adalah nafsu manusia.



Di bagian depan Congo Gallery & Cafe Dago Pakar Bandung ada koleksi potongan kayu trembesi tanpa sambungan. Itu adalah salah satu koleksi paling mengesankan yang saya lihat di sana, karena ukurannya yang sangat besar. Anda akan melihatnya ketika menuju ke restoran. Seorang pematung Bandung terkenal membubuhkan cap jempol tangan di atas kayu itu. Meja kayu besar semacam ini juga ada di Villa La Lita Gunung Bunder, Bogor.



Galeri Congo dengan koleksi karya perkayuan yang mengesankan itu. Beberapa nama yang cukup dikenal telah ditempelkan pada beberapa benda yang dipajang, yang menunjukkan bahwa mereka akan segera menjadi pemilik benda-benda berharga tinggi itu. Sebuah koleksi dan investasi yang baik untuk mereka yang menyukainya.



Area balkon pada restoran Congo Dago Pakar Bandung di lantai tiga memiliki pemandangan luas ke arah pusat kota Bandung dan perbukitan di sekitarnya. Area ini merupakan salah satu tempat terbaik untuk menikmati panorama Bandung utara, dengan bangku-bangku dan meja kayu trembesi utuh yang kelihatan berkelas.



Lorong masuk menuju ke galeri, retoran dan cafe, dengan kayu besar di ujung sana. Aroma kayu berkelas tinggi memang sangat kental di tempat ini.



Sebuah instalasi akar pohon berukuran besar dengan lekak-lekuk unik diletakkan di debelah bersebelahan dengan mesin pemotong kayu.



Sisi lain pada potongan batang kayu sangat besar yang dijadkan meja itu pada sisi dimana tercetak cap cempol seorang perupa patung Bandung yang terkenal.



Pandang samping pada mesin pemotong atau pengolah kayu. Melihat ukuran mesinnya, tampaknya hanya kayu besar yang bisa dikerjakan dengan mesin ini.



Karet-karet penghubung dan penggerak roda dari mesin kayu ini tampak masih dalam kondisi baik. Namun tak jelas apakah mesin ini masih bisa dihidupkan atau tidak.



Masih pada mesin, karena entah sudah berapa puluh atau ratus pohon besar yang telah "dimakan" olehnya dalam waktu sekejap. Manusia mestinya membuat juga mesin yang bisa menumbuhkan pohon dengan cara cepat, sehingga tak perlu puluhan atau ratusan tahun untuk membesarkannya. Itu baru adil pada alam.



Pokok pohon yang sudah memucat karena terpapar panas dan hujan dalam waktu lama terlihat diletakkan di sebelah cafe.



Deretan meja yang masih menunggu pemiliknya atau sudah ada pemilik tinggal dikirim. Sebagian besar atau semua meja itu kini tentu sudah tidak ada lagi, berganti dengan koleksi yang baru.



Sebuah meja dari potongan kayu utuh tanpa sambungan, entah trembesi atau angsana karena warnanya yang agak kemerahan. Dibanding menggunakan sofa dan meja makan modern, meja seperti ini memang kelihatan jauh lebih berkelas untuk menghias rumah besar di kota.



Meja-meja lainnya dalam ukuran yang lebih kecil. Sudah sangat sulit untuk menemukan meja kayu jati berukuran besar yang utuh, karena mungkin hampir semuanya telah ditebang. Jika pun ada tentu harganya akan sangat mahal.



Sebuah kursi malas dari kayu utuh yang tampaknya dilengkungan dengan bantuan panas dan mesin. Kayunya mungkin Angsana atau sonokembang.



Sebuah koleksi kayu bertekstur unik yang tampak seperti seekor binatang tengah mendekam.



Kawasan di sekitar resto dan galeri Congo ini memang ditata dengan sangat baik dan terlihat asri. Resto-resto kelas atas di area Dago Pakar seperti ini baiknya ikut aktif melakukan konservasi dengan membuat bangunan ramah resapan serta menanam pepohonan dalam jumlah besar.



©2021 Ikuti