Jokowi, Pilpres 2024

Menimbang Calon Presiden RI 2024

Masa depan Indonesia tampaknya bakal dipertaruhkan dalam Pemilihan Umum (Pemilu) 2024, dimana akan diselenggarakan pemilihan anggota legislatif (Pileg), pemilihan kepala gubernur bupati dan walikota (Pilkada), serta terutama adalah pemilihan presiden dan wakil presiden RI (Pilpres).

Sesuai Peraturan KPU (PKPU) Nomor 3 Tahun 2022 tentang Tahapan dan Jadwal Penyelenggaraan Pemilu Tahun 2024, maka gelaran Pileg 2024 dan Pilpres 2024 akan diselenggarakan secara serentak pada hari Rabu, Tanggal 14 Februari 2024. Kemudian gelaran pilkada serentak dilakukan pada Hari Rabu, Tanggal 27 November 2024.

Meski Pileg dan Pilkada tentu ikut menentukan kemajuan atau keumunduran bangsa ini dalam lima tahun mendatang, namun tak bisa disangkal bahwa adalah hasil Pilpres 2024 yang akan menjadi penentu utama arah perjalanan dan capaian bangsa ini nantinya.

Pilpres 2024 bukan sekadar untuk menentukan siapa calon presiden dan wakil presiden pengganti Pak Jokowi, namun setidaknya 6 hal besar yang dipertaruhkan oleh bangsa ini, yang bisa digunakan untuk menimbang calon presiden RI 2024.

  1. Keberlanjutan proyek-proyek strategis nasional pemerintahan Presiden Jokowi, baik itu pembangunan infrastruktur jalan tol, pelabuhan, bandara, bendungan, jalan negara, tol laut, tol langit, ekosistem kendaraan listrik, green industrial park, food estate dsb, serta tentunya keberlanjutan proyek pembangunan IKN Nusantara.

  2. Keberlanjutan kebijakan hilirisasi Presiden Jokowi yang telah dimulai dengan penghentian ekspor bahan mentah Nickel dan Bauksit, serta kemungkinan penghentian ekspor satu hingga tiga bahan mentah tambang lainnya sebelum beliau lengser di akhir 2024 nanti.

  3. Keberlanjutan sikap tegas pemerintah dalam menghadapi dan menangani kelompok radikal yang akan terus menjadi ancaman nasional, dan kelompok itu berpotensi untuk digunakan sebagai alat pemecah belah serta melemahkan NKRI guna merampok kekayaannnya.

  4. Keberlanjutan tradisi kerja, kerja, dan kerja, dengan mengeksekusi kajian-kajian penting pada berbagai proyek strategis yang telah pernah dibuat dan masih valid, ketimbang hebat bernarasi nir eksekusi dan menghabiskan waktu dengan membuat kajian atau narasi baru.

  5. Keberlanjutan tradisi management by wandering around, dengan sering turun ke lapangan yang dilakukan Presiden Jokowi guna memastikan berjalannya proyek-proyek strategis dengan menghilangkan hambatan dan secara efektif menyelesaikan masalah, serta berdialog dengan berbagai kalangan masyarakat untuk belanja masalah dan memantau inflasi.

  6. Keberlanjutan tradisi politik gaya Jokowi yang menjadikan jabatan sebagai tempat berbakti kepada bangsa dan negara, bukan menjadi penguasa dengan memanfaatkan segala previlege-nya. Tidak ada keluarga yang berbisnis dengan negara, ibu negara tidak ikut campur dalam urusan politik, ibu negara atau keluarganya tidak membuat yayasan untuk mendapat kucuran dana hibah APBN, dan tradisi yang jauh dari korupsi serta gratifikasi.

Jika mau ditambahkan, bisa ada hal besar yang ketujuh dan seterusnya, namun cukuplah enam itu dulu untuk menimbang calon presiden RI 2024 yang layak menjadi penerus pekerjaan dan kebijakan yang bakal diwariskan oleh Presiden Jokowi.

Akan sangat membantu jika capres punya pengalaman dan kemampuan manajemen pemerintahan daerah dan atau pusat, dekat atau berada dalam kabinet pemerintahan Presiden Jokowi dan tidak pernah dipecat karena kinerja buruk, mampu membangun kerjasama lintas kementrian dan pusat daerah dengan baik, serta memiliki karakter kepemimpinan kuat dalam menghadapi tantangan dan tekanan elit politik lokal dan global.

Kiranya aman untuk berpendapat bahwa tidak seorang pun dari nama-nama yang sejauh ini disebut-sebut sebagai capres atau cawapres di Pilpres 2024 nanti, yang memiliki karakter dan kemampuan mendekati Presiden Jokowi saat ini. Wajar karenanya jika orang berharap-harap cemas tentang pergantian presiden dan masih banyak yang belum rela untuk melepas Pak Jokowi.

Namun demikian ada sejumlah nama yang bisa menjadi pilihan cukup baik, merujuk pada keenam hal di atas dan sejumlah catatan lainnya. Tentu ada pula yang menjadi pilihan buruk yang baiknya dihindari.

Mahfud MD

Menteri Koordinator Bidang Politik, Hukum, dan Keamanan RI saat ini. Nama Mahfud bisa dikatakan sangat jarang disebut sebagai capres 2024, nyaris tidak pernah muncul dalam survey, dan memang kecil kemungkinannya ada partai politik besar yang akan mengusungnya menjadi capres.

Namun orang inilah sebenarnya salah satu kandidat yang paling pas, jika bukan satu-satunya yang paling pas, sebagai pengganti pak Jokowi di 2024 nanti. Dari enam hal di atas, hanya di nomor lima beliau agak lemah oleh sebab jarang ke lapangan.

Tingginya keterlibatan dalam sidang kabinet yang bukan saja membahas dan memutus persoalan polhukam, namun juga persoalan perekononomian dan penyelesaian kasus-kasus besar seperti BLBI, Asabri, pelanggaran HAM berat, dll, memberi keterpaparan yang sangat berharga buatnya. Sikapnya yang tegas dan frontal terhadap para pendukung khilafah juga sangat mengesankan.

Perkataan dan sikap Mahfud umumnya punya kredibilitas tinggi, sangat tinggi, hanya saja bisa goyah dan kompromistis ketika ia sedang dikuasai oleh suatu ambisi politik. Ia juga tak pandai dan kurang proaktif dalam membangun komunikasi yang efektif dengan para petinggi partai politik, yang sepertinya menjadi salah satu sebab kenapa ia gagal menjadi cawapres di 2019.

Karakternya mengingatkan saya pada sifat Ahok yang keras, lurus, frontal nir takut, getas, dan cenderung kurang lentur. Karenanya cocok jika Mahfud MD menjadi capres dan Ganjar Pranowo sebagai cawapres, meski Ganjar belum selentur dan setaktis Pak Jokowi dalam menyikapi berbagai persoalan.

Karena jarang turun ke lapangan, baik sendiri maupun mendampingi pak Jokowi, bisa dimaklumi bahwa popularitas Mahfud jauh lebih rendah dibanding Ganjar, Erick Thohir, dan Prabowo. Ini tentu saja menjadi faktor minus bagi para petinggi partai.

Satu-satunya peluang bagi Mahfud untuk mencapres adalah jika pak Prabowo legowo untuk memilih sebagai king maker dengan memberi dukungan kepadanya. Jangan lupa, Mahfud adalah ketua Tim Pemenangan Prabowo pada Pilpres 2014.

Prabowo Subianto

Pendukung setia Pak Jokowi, bukan hanya pendukung abal-abal dan pendukung oportunis yang mudah lompat pagar mengikuti arah angin, sudah ada yang secara terbuka menyatakan dukungan kepada Pak Prabowo di Pilpres 2024.

Sebagian ini dikarenakan bergabungnya Prabowo di Kabinet Indonesia Maju sebagai Menteri Pertahanan, yang sejauh ini beliau terlihat sangat loyal kepada presiden serta berusaha menjalankan tugasnya sebagai Menhan dengan baik.

Sebagian lagi ada yang menghubungkan dengan kesepakatan Batu Tulis dengan PDIP, dan seperti yang pernah disampaikan oleh Pak Jokowi di sebuah kesempatan, meski itu mungkin sambil berkelakar, bahwa Pilpres 2024 adalah jatahnya Pak Prabowo.

Ada kemungkinan besar Prabowo telah belajar dari Jokowi dalam menjalankan roda pemerintahan, sehingga mungkin hanya point-3 terkait ketegasan sikapnya terhadap kelompok khilafah dan Islam garis keras yang masih bisa dipertanyakan. Itu karena kedekatannya dengan mereka di masa lalu, walau kelompok itu sekarang telah punya kuda tunggangan lain.

Peluang Prabowo untuk menang di Pilpres 2024 sesungguhnya kecil, oleh karena para pembenci pak Jokowi, kaum pengasong khilafah, dan kelompok Islam garis keras yang pada pilpres lalu mendukungnya kini sepertinya sudah merapat ke jago mereka yang baru. Sementara pendukung setia pak Jokowi mungkin baru bagian kecil saja yang akan legowo untuk memilih beliau.

Oleh sebab itu, hemat saya, ketimbang memilih untuk maju di Pilpres 2024, dan kalah lagi, sesungguhnya akan jauh lebih terhormat jika Pak Prabowo yang sudah sepuh itu berperan sebagai King Maker, mendukung capres yang memiliki peluang menang lebih besar dibanding jika beliau sendiri yang maju, dan yang bisa menjamin kesinambungan kerja-kerja besar warisan pak Jokowi.

Akan halnya nama-nama lain yang sering muncul di lembaga survey, silahkan dianalisa sendiri dulu ya, baik menggunakan keenam tolok ukur di atas, atau menggunakan cara Anda sendiri.

Pesan saya, jangan pernah tertarik dengan capres yang tak punya komitmen dan tak mampu melanjutkan program dan kebijakan pemerintahan Presiden Jokowi, jangan pula pilih capres yang pintar ngomong tapi payah eksekusi, jauhi orang yang punya rekam jejak buruk dengan halalkan cara kotor ketika berkompetisi termasuk menggunakan politik identitas, dan rekam jejaknya buruk pula setelah menjabat. Ingat, sesal kemudian tak berguna. Namun, Hanya Allah Yang Maha Tahu.


Bagikan ke:
Facebook, Twitter, WhatsApp, Telegram, Email. Print!.

, seorang pejalan musiman dan penyuka sejarah. Penduduk Jakarta yang sedang tinggal di Cikarang Utara. Traktir BA secangkir kopi. Secangkir saja ya! Maret 14, 2023.