Kelenteng, Tradisi

Makna Hari Raya Twan Yang Ciat

Hari Raya Twan Yang Ciat atau Hari Raya Duan-Yang (Duan-Wu) atau lebih dikenai sebagai Peh Cun berlangsung pada Go-Gwee Ce-Go (tanggal 5 bulan 5 Imlek). [Awal tulisan: Tradisi, Arti dan Makna Sembahyang Besar di Kelenteng]

Upacara sembahyang Hari Raya Twan Yang dilaksanakan di rumah masing-masing, di lithang, di tanah lapang dekat tepi sungai atau laut, dilaksanakan pada saat Ngo Si (pukul 11.00 - 13.00).

Hari Raya Twan Yang adalah hari besar untuk bersujud ke hadirat Thian Kong / Tuhan Yang Mahaesa yang telah dijalankan di kalangan umat Khonghucu atau kaum Ji Kauw sejak zaman purbakala.

Twan berarti lurus, terkemuka, terang, yang menjadi pokok atau sumber, sedang Yang berarti sifat positif atau matahari. Jadi Twan Yang adalah saat matahari memancarkan cahaya paling keras.

Hari Raya ini disebut juga Twan Ngo, yang berarti saat antara pukul 11.00 - 13.00 siang hari, pada saat ini matahari benar-benar tegak lurus di atas tanah kelahiran Agama Khonghucu, juga posisi matahari paling dekat dengan bumi sepanjang tahun.

Pada hari tersebut antara pukul 11.00 - 13.00 (Twan Ngo), ada sebuah peristiwa yang aneh tapi nyata dan dapat dibuktikan bahwa telur ayam yang ditegakkan pada saat Twan Ngo dapat berdiri tegak lurus. Hal ini dikarenakan gravitasi kuat akibat bumi, matahari dan bulan berada satu garis lurus.

Hari Raya Twan Yang disebut pula dengan nama Peh Cun diambil dari lafal “Peh Liong Cun” (Pe = merengkuh dayung, Liong = Naga, Cun = perahu) atau Hari Raya Merengkuh Dayung. Dinamai demikian karena pada hari itu sering diadakan perlombaan perahu naga.

Mengenai perlombaan dengan perahu di sungdi-sungai itu dikaitkan dengan suatu peristiwa pada hari Twan Yang pada Zaman Cian Kek (zaman setelah wafat Nabi Khongcu) di negeri Cho. Upacara sembahyang Hari Raya Twan Yang khusus sebagai penghormatan kepada Khut Gwan disediakan sajian bak cang dan kue cang.

Perayaan Duan-Wu merupakan pesta menyambut musim panas. Duan-Wu juga bermakna untuk menghindari bencana (bi xie). Karena pada tanggal itulah bulan, matahari dan bumi terletak pada satu garis lurus, kemungkinan terjadinya bencana alam seperti gempa, angin topan, serta banjir lebih besar.

Untuk mencegahnya, penduduk lalu mengadakan sembahyangan.

Sesajian yang disiapkan untuk sembahyangan ini adalah ‘benang merah panjang umur’ (chang-ming-lu), arak realgar (xiong-huang-jiu), arak calamus (chang-pu-jiu) dan daun Moxa.

Chang-Ming-Lu atau benang panjang umur adalah benang-benang sutra warna-warni yang diikat dalam bentuk bermacam-macam dan dirupakan menjadi harimau, kembang, buah tho, pat-kwa dan lain-lain benda yang dianggap bertuah, kemudian diikatkan di leher atau lengan untuk menangkal sial.

Arak Xiong-Huang mengandung ramuan yang bisa tahan terhadap gigitan ular atau serangga, khusus diminum pada hari raya Peh Cun. Chang-Pu (calamus) dan Moxa digantungan di muka pintu. Chang-Pu diguting (?) membentuk pedang, berguna untuk menangkal pengaruh jahat. Sedangkan daun Moxa betmanfaat untuk mengundang rejeki. Di Indonesia biasanya diganti dengan ‘kue-cang’ dengan maksud yang kurang lebih sama.

Makna Hari Raya Twan Yang

Upacara pada saat Hari Raya Twan Yang merupakan upacara syukur kepada Tuhan YME untuk hari yang penuh rahmat. Selain itu juga merupakan saat memperingati tokoh suci Khut Gwan yang setia, perilaku dan kepribadiannya sebagai seorang susilawan yang rela berkorban demi rakyat dan negara.

Cahaya matahari ialah sumber kehidupan, lambang rahmat dan kemurahan Thian atas manusia dan segenap makhluk di dunia. Maka saat Twan Yang ialah saat kita bersuci, bermandi, bersujud menyampaikan puji dan sembah syukur kepada-Nya, karena pada saat Twan Yang kita rasakan sebagai saat paling besar Thian melimpahkan rahmat karunianya, khususnya pada saat Ngo, yaitu tengah hari, sehingga timbul kepercayaan pada saat Twan Ngo segala makhluk dan benda mendapat curahan kekuatan paling besar.

Masyarakat luas percaya bahwa ramuan obat-obatan yang dipetik pada saat itu akan besar khasiatnya, karena letak matahari tegak lurus.

Untuk penjelasan Hari Raya Twan Yang kita tinjau Kitab Suci Yak King, saat Twan Yang digambarkan dengan hexagram 1; Chien yang artinya Pencipta. Gambar tersebut mempunyai arti kekuasaan khalik yang maha awal mula, yang memberikan cahaya, hidup, semangat kakuatan dan roh, juga mempunyai arti sifat tentang kekuasaan yang tidak terbatas bagi kekuasaan Thian.

Gambar ini ditafsirkan dalam dua arti, yaitu:
1. Kekuasaan bagi Thian yang tidak terbatas oleh ruang dan waktu.
2. Kekuatan dan kemampuan manusia di dunia tidak terbatas oleh ruang namun dapat dibatasi oleh waktu tertentu.

Selanjutnya dijelaskan bahwa Thian yang bersifat Gwan, Hing, Li, Cing memberikan juga kekuatan kepada manusia sebagai modal utama dalam kehidupan di atas dunia ini. Modal utama ini merupakan bentuk dan gambaran dari kekuasaan Thian, yakni berupa Firman Thian yang terdiri atas: cinta kasih (lien), menjunjung kebenaran I keadilan / kewajiban (Gi), susila (Lee), bijaksana (Ti) dan dapat dipercaya (Slen).

Thian adalah Mahaesa, maka manusia adalah satu-satunya makhluk yang tertinggi di antara makhluk lain. Thian adalah Mahamulia, manusia adalah makhluk yang termulia.

Thian tidak terbatas oieh ruang dan waktu, sedangkan manusia terbatas oleh waktu, yang hanya semasa hidupnya saja mampu memperoleh kekuatan dan kekuasaan. Manusia pun tidak terbatas oleh ruang, karena ia dikaruniai semangat dan roh serta pikiran.

Jadi pengertian dari perayaan Twan Yang ini lebih bersifat hakiki dalam hubungan manusia dengan Thian.

Akan menjadi lebih jelas lagi apabila kita tinjau pengertian Twan Yang dari segi etimologi, yang bertitik tolak dari ideogram huruf Tionghoa sebagai arti yang sebenarnya, karena huruf Tionghoa adalah huruf gambar (piktogram), dalam setiap coretan-coretannya inilah terkandung pengertian yang sesungguhnya. Terdiri atas huruf Li, San dan ol = chuan; istimewa / luar biasa.

Huruf Li, artinya berdiri tegak, huruf ini pun terdiri atas ta dan 1

Huruf ta, artinya manusia sebagai makhluk yang tertinggi, terbesar, termulia diantara makhluk lainnya.

Huruf 1, mempunyai arti tanah, pijakan, dasar, alas.

Huruf Li, di sini berarti manusia sebagai makhluk yang tertinggi dan termulia harus hidup berdasarkan atau berpijak pada Finnan Thian yang satu, sehingga manipu hidup di dunia ini dengan tegak. Manusia menghubungkan hal ini dengan peristiwa alam yang bersifat positif yaitu matahari bercahaya tegak lurus dengan bumi pada kutubnya.

Huruf = san, artinya gunung, puncak, arah vertikal dan alas ke bawah lurus.

Telah dijelaskan sebelumnya bahwa peristiwa alam semesta yang sesuai dengan pengertian tersebut aaalah tanggal lima bulan lima Imlik, matahari bersinar pada puncaknya.

Hal ini menggambarkan pula sikap manusia hidup di atas dunia harus berdasarkan FirmanNya dengan belajar dan berlatih dari tempat yang rendah terus maju menuju tempat tinggi menempuh Jalan Suci ke arah vertikal pada titik puncak.

Oleh karena dalam perayaan Twan Yang dilengkapi pula makanan khas bacang dan kuecang. Kita dapat melihat dari bentuknya yang kerucut menyerupai gunung, ini melambangkan makna dan tujuan manusia hidup.

Huruf ol, artinya kata ganti kepunyaan.
Di sini mewakili kepunyaan manusia yang dimiliki dirinya, yaitu cinta kasih (Jien), kebenaran / keadilan / kewajiban (Gi), susila (Lee), bijaksana (Ti), dan dapat dipercaya (Sien).

Dengan pengertian tersebut dapat kita simpulkan arti, maksud dan tujuan perayaan Hari Raya Twan Yang yang sesungguhnya.

Dengan peristiwa Twan Yang ini manusia harus berusaha dengan belajar, berlatih dan membina dirinya hidup dalam Jalan Suci, sesuai dengan kodrat yang dimilikinya sebagai makhluk pengemban Firman Thian dalam sifat kemanusiaannya yang sejati yakni Cinta kasih (Jien), Kebenaran (Gi), Susila (Lee), Bijaksana (Ti), dan dapat dipercaya (Sien).

Hal ini harus terus menerus dibina dari rendah terus maju menuju tinggi, sampai berhenti pada puncak kebaikan dan puncak keimanannya (Tiong Yong XIV: 1). [bersambung ke Cerita Kepahlawanan Khut Gwan]


Bagikan ke:
Facebook, Twitter, WhatsApp, Telegram, Email. Print!.

, seorang pejalan musiman dan penyuka sejarah. Penduduk Jakarta yang sedang tinggal di Cikarang Utara. Traktir BA secangkir kopi. Secangkir saja ya! April 04, 2022.