Musik, Percikan

Musik Pintu Maksiat

Tidak salah pendapat bahwa musik pintu maksiat, namun pendapat itu hanya separuh benar, setidaknya begitulah menurut saya. Separuh benarnya lagi adalah bahwa musik adalah juga menjadi pintu masuk menuju kebaikan dan kebahagiaan.

Dengan kata lain, sebagaimana banyak hal di dunia yang tak pernah sempurna dan selalu berubah dari buruk ke baik dan sebaliknya, musik menyediakan dua pintu itu buat semua orang, tanpa kecuali. Semua orang bisa masuk atau kesasar ke pintu yang mana saja, tak ada diskriminasi berdasar SARA, tanpa sebab atau alasan apa pun.

Jika ada yang berpendapat bahwa musik itu haram, maka ia juga tidak salah. Namun orang itu pun hanya separuh benar, karena yang separuhnya lagi adalah pendapat bahwa musik itu halal, halal untuk dimainkan dan halal pula untuk dinikmati oleh siapa saja, tanpa batasan usia, gender, atau batasan lainnya.


Jika semuanya benar, maka semuanya juga bisa salah, karena hal itu memang sering bergantung pada sudut pandang orangnya. Seperti yang orang dusun bilang "Your right is my left", yang kamu bilang kanan itu adalah kiri buat saya. Yang kamu sebut angka 6 adalah angka 9 buat saya. Kadang kebenaran dan kesalahan memang relatif. Tidak semuanya demikian tentu.

Banyak sekali bukti bahwa musik memang telah menjadi pintu maksiat, namun sama banyaknya pula dengan bukti yang menunjukkan bahwa musik sudah begitu banyak menjadi pintu pembuka kebaikan. Kemana Anda akan condong berpihak, bergantung kepada siapa tokoh panutan Anda, jika tak hendak menggunakan nalar sendiri untuk memutuskannya.

Buat sebagian orang, musik adalah pintu tol menuju pesta miras dengan mabuk-mabukan, kehidupan seks bebas, narkoba, dan kehidupan rusak lainnya. Banyak sudah korban jatuh oleh karena bersentuhan dengan musik, baik di jalur utama musiknya atau pun kehidupan sampingannya. Beritanya sudah kelewat sering kita baca di medsos dan layar TV.

Namun buat sebagian sisanya, musik adalah pintu pembuka bagi banyak amal kebaikan yang di jaman internet ini bisa secara sangat cepat, efektif dan efisien menembus secara telak sekat-sekat suku bangsa, negara, bahasa, agama dan kepercayaan, serta pilihan politik sekalipun.

Saya akan berikan satu contoh saja bahwa musik adalah pintuk masuk kebaikan, yaitu gayajari gitar (fingerstyle guitar) yang dimainkan oleh Alip Ba Ta. Anda tentu tahu siapa dia. Jika belum, cobalah cari di YouTube dengan kata kunci itu. Lalu coba juga cari dengan kata kunci "Alip Ba Ta reactions".

Selain telah membuat terpukau dan menghibur para penggemarnya di tanah air dengan permainan dan teknik gitarnya yang luar biasa, Alip Ba Ta juga telah "mengguncang" dunia "reaction video" para YouTuber yang berasal dari banyak negara. Sebut saja, Singapura, Malaysia, Filipina, Jepang, Israel, India, Itali, Inggris, Jerman, Canada, Amerika Serikat, Korea, dan entah dari mana lagi asal negara mereka.

Selain memang ada yang hanya memanfaatkan kefanatikan para fans Alip Ba Ta (atau Alipers) untuk mendongkrak jumlah subscriber dengan membuat reaction video, namun saya juga melihat ada begitu banyak kebahagiaan yang terpancar secara spontan, tanpa dibuat-buat, ketika orang-orang itu melihat permainan gitar Alip Ba Ta.

Tak saya hitung apakah mencapai ribuan orang yang telah membuat video reaksi Alip Ba Ta, namun yang pasti jutaan orang sudah pernah mencecap kebahagiaan melalui musik Alip Ba Ta, karena subscriber Alip sendiri sudah lebih dari 5 juta, ditambah lagi dengan subscriber para video reactor itu, dan mereka yang menonton namun tidak subscribe.

Coba tengoklah video di bawah ini, dari seorang wanita bernama Alessandra Bonadonna yang tinggal di London namun berasal dari Sicilia, ketika ia membuat video reaksi Alip Ba Ta pada lagu "The Godfather Theme Song".


Jika tak terbiasa mendengar orang bicara dalam bahasa Inggris, maka klik ikon setting pada video, klik panah kanan pada Subtitles/CC, lalu klik Auto-translate, dan pilih Indonesian. Tak sempurna transkrip dan terjemahannya, namun lumayanlah.

Ada masanya ketika saya cukup rajin melihat-lihat video reaksi musik-musik Alip Ba Ta, dan sering terperangah dengan kegembiraan yang terpancar secara spontan dari muka orang-orang itu.

Hati saya kadang berbisik, inilah penyumbang tiket Alip untuk mendapat tempat di surga, karena begitu banyak kebaikan yang ia telah tebar melalui musiknya. Maafkan saya, karena soal surga neraka tentulah hanya Tuhan yang tahu.

Alip adalah satu contoh saja bagaimana musik bisa membawa kegembiraan, kebaikan, dan kebahagiaan bagi banyak orang. Ada ribuan atau bahkan jutaan contoh lainnya tentang kebaikan musik bagi peradaban umat manusia, tanpa menutup mata bahwa memang ada sisi buruknya karena dimana ada kebaikan di situ pula ada potensi keburukan.

Nah, sisi baik atau buruk yang akan Anda ambil adalah menjadi urusan individual, yang orang lain perlu menghargai dan menghormatinya. Ini adalah soal pilihan, kepercayaan, dan mungkin kekuatan iman seseorang. Jika tak sanggup bertahan dengan godaan yang ada di sekeliling musik, maka menghindar mungkin lebih baik.

Namun bukankah tidak berarti bahwa karena selain mengandung oksigen ada pula kotoran dan kuman berbahaya di udara maka lebih baik tidak usah bernafas, atau karena makanan bisa mendatangkan keburukan maka lebih baik tidak usah makan. Yang perlu dilakukan tentunya adalah memilih lingkungan di mana udara lebih bersih, atau memilih makanan yang lebih sehat.

Begitu pun dengan musik, pilih musik dan lingkungan sekitarnya yang baik, agar tidak perlu hidup menyepi di dalam gua untuk bebas dari siksaan suara gendang atau rebana dan setiap kali harus menutup telinga rapat-rapat ketika bepergian yang tentu akan sangat menyiksa. Tapi jika sudah memilih, maka tentu harus siap dengan konsekuensinya, yang baik maupun sebaliknya.

Jika Anda punya pendapat sendiri tentang kemaksiatan atau kebaikan musik, silahkan tulis di komentar. Apa pun itu, jangan lupa untuk bahagia.


Bagikan ke:
Facebook, Twitter, WhatsApp, Telegram, Email. Print!.

, seorang pejalan musiman dan penyuka sejarah. Penduduk Jakarta yang sedang tinggal di Cikarang Utara. Traktir BA secangkir kopi. Secangkir saja ya! September 20, 2021.