Dongeng, Gutenberg

Dongeng - Jenderal dan Burung Kecil

Sebuah pertempuran besar telah dimulai. Suara meriam terdengar meledak di sana-sini. Ada yang jauh, ada pula yang terdengar sangat dekat. Sepasukan tentara menyerbu cepat melewati ladang penduduk. Pasukan kavaleri dengan gesit memacu kuda tunggangannya menuju ke garis depan.

"Wuuuzzz, blammm!" Sebuah bola meriam menghantam tanah cukup dekat dengan sebuah kompi tentara. Tapi mereka tetap begerak lurus ke arah depan. Genderang dibunyikan dan seruling ditiup keras untuk membakar semangat.

"Wuuuzzz, blammm!" Bola meriam lain terbang di udara dan menghantam pohon di dekat pasukan. Seorang jenderal yang gagah berani tampak sedang memacu kudanya melintasi medan pertempuran. Satu demi satu bola meriam datang mendesing di dekatnya.

"Jenderal, Anda berada dalam bahaya jika berada di sini," kata seorang perwira yang menunggang kuda di dekatnya. "Sebaiknya jenderal segera kembali ke tempat yang aman."

Tapi sang jenderal tak menggubrisnya dan terus memacu kudanya ke garis depan.

Namun tiba-tiba ia berhenti di bawah sebuah pohon.

"Berhenti!" serunya kepada orang-orang yang berkuda bersamanya. Ia melompat turun dari punggung kudanya, dan lalu membungkuk untuk mengambil sarang burung yang jatuh ke tanah. Di dalam sarang itu ada beberapa burung kecil yang sayapnya masih belum tumbuh sempurna. Mulutnya terbuka mengharapkan makanan dari induk mereka.

"Aku tak tega untuk meninggalkan burung-burung kecil ini mati diinjak-injak pasukan kita," kata sang jenderal.

Ia kemudian mengangkat sarang burung it dan dengan lembut dan meletakkannya di tempat yang aman di percabangan pohon.

"Wuuuzzz, blammm!" Bola meriam lainnya meledak tak jauh dari pohon itu.

Sang jenderal segera melompat ke atas pelana, dan dengan cepat memacu kudanya diikuti oleh perwira dan pasukan yang ada di belakangnya.

"Wuuuzzz! Wuuuzzz! Wuuuzzz blammmmm!"

Sang jenderal telah melakukan satu perbuatan baik, dan melakukan lebih banyak lagi perbuatan baik lainnya sebelum perang usai. "Blammmmm! Blammmmm! Blammmmm!"

Suara meriam terus menderu, bola-bola beterbangan, dan pertempuran hebat berkecamuk. Namun di tengah semua kekacauan dan bahaya itu, burung-burung kecil berkicau gembira di tempat perlindungannya yang aman dimana sang jenderal besar, Robert E. Lee, telah meletakkan mereka.

"Dia pendoa terbaik, yang sangat mencintai semua hal yang besar maupun kecil. Untuk Tuhan terkasih yang mencintai kita, dia menciptakan dan mencintai semua."

Robert Edward Lee (19 Januari 1807 - 12 Oktober 1870) adalah seorang jenderal pasukan Konfederasi selama Perang Saudara Amerika yang berlangsung dari 12 Apr 1861 hingga 9 Apr 1865.

Ia merupakan putera seorang perwira pada zaman Perang Revolusi Amerika yang bernama Henry "Light Horse Harry" Lee III. Lee merupakan lulusan terbaik Akademi Militer Amerika Serikat.

Disadur dari Fifty Famous People karya James Baldwin, yang dimuat di situsweb The Project Gutenberg Ebook.


Bagikan ke:
Facebook, Twitter, WhatsApp, Telegram, Email. Print!.

, seorang pejalan musiman dan penyuka sejarah. Penduduk Jakarta yang sedang tinggal di Cikarang Utara. Traktir BA secangkir kopi. Secangkir saja ya! Juni 25, 2021.