Dongeng, Hiburan

Dongeng Anak : Monster Laut yang Baik

Cerita pendek Monster Laut yang Baik (The Good Sea Monster) adalah karya Abbie Phillips Walker, dan diilustrasikan oleh Rhoda. C. Chase. Kisah itu disalin dari situs gutenberg.org. Project Gutenberg adalah perpustakaan online dengan lebih dari 60.000 eBook gratis. Anda dapat memilih di antara eBook epub dan Kindle gratis, mengunduh atau membacanya secara online.

Moral kisah dari dongeng anak luar negeri dalam bahasa Inggris ini adalah jangan selalu melihat orang dari hanya penampilan luarnya. Orang jahat sering berpenampilan baik dan bermulut manis. Sebaliknya orang berhati baik kadang tersembunyi dibalik wajah yang keras dan penampilan seadanya. Jangan mudah menghakimi orang, namun juga harus selalu hati-hati.

Monster Laut yang Baik

Di sebuah pulau karang di laut, hiduplah seekor monster laut. Kepalanya besar, dan ketika ia membuka mulutnya akan tampak seperti mulut gua yang tinggi besar.

Konon monster itu sangat besar sehingga bisa menelan kapal, dan pada malam-malam di tengah badai ia akan duduk di bebatuan karang dan kilatan matanya bisa dilihat dari jarak bermil-mil jauhnya.

Dongeng Anak Monster Laut yang Baik

Para pelaut berbicara tentang monster itu dengan ketakutan dan badan gemetaran, tetapi, seperti yang Anda lihat, monster laut itu sebenar-benarnya adalah teman mereka, karena menunjukkan kepada para pelatu bahwa ada batu karang di tengah badai dengan memancarkan sinar dari matanya; namun karena dia terlihat sangat mengerikan maka semua orang yang melihatnya mengira bahwa ia pastilah monster yang kejam.

Suatu malam terjadi badai yang dahsyat, dan monster itu pergi ke laut untuk melihat apakah ada kapal yang karam di malam itu, dan, dan jika mungkin ia hendak membantu siapa pun yang mengambang di permukaan air laut.

Monster itu lalu menemukan seorang bocah lelaki yang mengambang di atas sebuah papan. Namanya bocah itu Ko-Ko, dan ketika melihat monster itu dia merasa ketakutan. Tapi ketika Ko-Ko melihat bahwa monster itu tidak berusaha melukainya, dia pun naik ke punggung monster itu dan membawanya ke pulau karang.

Kemudian monster itu kembali ke laut dan Ko-Ko bertanya-tanya apakah dia harus dibiarkan sendirian di sana. Tapi setelah beberapa saat monster itu kembali dan membuka mulutnya yang sangat lebar.

Ko-Ko berlari ketika dia melihat mulut monster yang sangat besar itu, karena dia mengira bahwa si monster bermaksud untuk menelannya, tetapi karena monster laut itu tidak mengikutinya, Ko-Ko pun kembali ke tempatnya semula.

Monster itu membuka mulutnya lagi, dan Ko-Ko bertanya, "Kamu mau aku masuk ke dalam mulutmu?" dan monster itu menganggukkan kepalanya.

"Itu pasti untuk kebaikanku sendiri," pikir Ko-Ko, "karena dia bisa dengan mudah menelanku jika mau, tanpa menunggu aku masuk ke sana."

Akhirnya Ko-Ko masuk ke dalam mulut monster laut yang besar itu dan turun ke lorongnya yang gelap, tapi monster itu rupanya ingin agar Kok-Ko melakukan apa yang tak terpikir olehnya.

Setelah matanya mulai terbiasa dengan kegelapan, Ko-Ko sekarang bisa melihat dengan sangat samar , dan setelah beberapa saat dia melihat ada kompor, kursi, dan meja. "Aku akan mengeluarkan ini," pikir Ko-Ko, "karena aku yakin bisa menggunakannya."

Dia membawa benda-benda itu ke sebuah gua di pulau karang itu, dan ketika dia kembali si monster laut itu telah pergi; tetapi tak lama kemudian ia kembali, dan membuka mulutnya lagi.

Kali ini Ko-Ko langsung berjalan masuk ke mulut si minster tanpa menunggu, dan dia menemukan ada kotak dan tong makanan, yang ia keluarkan dari mulut si monster dan disimpan di dalam gua. Ketika Ko-Ko telah mengeluarkan semua benda it, si monster pun berbaring dan tidur nyenyak.

Ko-Ko memasak makan malamnya dan kemudian dia membangunkan si monster laut dan berkata, "Makan malam sudah siap," tapi monster itu menggelengkan kepalanya dan terjun ke laut. Dia segera kembali dengan mulut penuh ikan.



Ko-Ko pun tahu bahwa monster itu telah membawa semua barang dari kapal yang tenggelam untuknya, dan dia mulai berharap agar monster itu bisa berbicara, karena dia tidak lagi takut padanya.

"Saya berharap kamu bisa berbicara," katanya.

"Aku bisa," jawab monster itu. "Tidak ada yang pernah menginginkan hal itu sebelumnya. Seorang penyihir tua mengubahku menjadi monster dan membawaku ke pulau ini, di mana tidak ada orang yang bisa menghubungiku, dan satu-satunya cara agar aku bisa dikembalikan ke wujud asliku adalah ada orang yang menginginkannya."

"Aku menginginkannya," kata Ko-Ko.

"Kamu sudah menyatakan keinginanmu," kata monster itu, "dan aku bisa bicara; tetapi agar aku bisa kembali menjadi seorang pria, harus ada orang lain yang menginginkannya."

Si Monster dan Ko-Ko tinggal lama di pulau karang itu. Dia membawa Ko-Ko untuk pergi jauh dengan duduk di atas punggungnya, dan ketika ombak laut terlalu tinggi dan Ko-Ko takut maka si monster akan membuka mulutnya dan Ko-Ko merangkak masuk dan dibawa kembali dengan selamat ke pulau karang itu.



Suatu malam, setelah badai reda, Ko-Ko melihat sesuatu mengambang di atas permukaan air laut, dan dia pun melompat ke atas punggung monster itu.

Ternyata seorang gadis kecil, seusia Ko-Ko, yang tengah berada di salah satu kapal yang rusak. Ko-Ko dan si monster pun membawa gadis kecil itu ke pulau karang.

Awalnya si gadis kecil merasa takut pada si monster, tetapi ketika dia tahu bahwa monster itu telah menyelamatkan Ko-Ko dan juga dia yang membawakan semua makanan mereka, si gadis kecil akhirnya menyukai si monster seperti dia juga menyukai Ko-Ko.

"Aku berharap dia adalah seorang pria," kata si gadis kecil suatu hari saat dia dan Ko-Ko duduk di punggung si monster, siap berlayar. Suara berdebur membawa kedua anak itu ke air laut, dan di tempat yang tadinya monster kini terlihat ada seorang lelaki tua. Dia menangkap anak-anak itu dalam pelukannya dan membawa mereka ke pantai.

"Tapi apa yang akan kami lakukan untuk mendapatkan makanan, sekarang kamu sudah jadi laki-laki?" tanya Ko-Ko.

"Kita tidak akan menginginkan apa pun lagi sekarang," jawab orang tua itu. "Aku adalah dewa laut dan dapat melakukan banyak hal, sekarang aku sudah memiliki wujudku sendiri lagi. Kita akan mengubah pulau ini menjadi taman yang indah, dan pada saat si gadis kecil dan kamu sudah dewasa dan menikah, kamu akan memiliki sebuah kastil, dan semua dewa laut dan peri laut akan merawatmu. Kamu tidak akan pernah menginginkan apapun lagi."

"Aku akan membawamu keluar ke laut dengan menunggangi lumba-lumbaku."

Ko-Ko dan gadis kecil itu pun tinggal di pulau yang penuh pesona itu, dan semua hal yang dijanjikan dewa laut tua itu menjadi kenyataan.


Bagikan ke:
Facebook, Twitter, WhatsApp, Telegram, Email. Print!.

, seorang pejalan musiman dan penyuka sejarah. Penduduk Jakarta yang sedang tinggal di Cikarang Utara. Traktir BA secangkir kopi. Secangkir saja ya! Agustus 06, 2020.