Dongeng, Hiburan

Dongeng Anak : Kisah Paman Posum

Dongeng adalah salah satu cara untuk memperkenalkan anak dengan dunia luar, dunia yang belum pernah dijelajahi namun suatu saat mungkin mereka akan bertemu atau datang ke tempat yang mereka dengar ceritanya di waktu kecil. Dongeng Anak Kisah Paman Posum ini merupakan adaptasi dari cerita pendek menarik karangan Abbie Phillips Walker dengan Ilustrasi oleh Rhoda. C. Chase.

Moral cerita dari dongeng anak luar negeri dalam bahasa Inggris ini adalah tindakan buruk yang kita lakukan saat ini bisa mencoreng seluruh keturunan dan sulit untuk dihapus sepanjang masa. Karena itu berhati-hati dalam bertindak, dan selalu berusah menghindari perbuatan yang bisa mencoreng nama keluarga.

Kisah Paman Posum

Paman Posum tinggal di sebuah pohon di hutan tempat dimana Beruang tinggal. Suatu pagi tepat sebelum musim semi tiba, Paman Posum terbangun dengan perut sangat lapar. (Possum adalah hewan kecil berkantung yang hidup di Australia, Papua Nugini, Sulawesi, dan kemudian dibawa ke Selandia Baru dan China).

Dongeng Anak Kisah Paman Posum

Ia pun berlari ke dekat rumah Tupai dan mencoba mendapat tawaran undangan untuk sarapan, tetapi makanan Tupai hanya cukup untuk dirinya sendiri.

Tupai tahu bahwa Paman Posum selalu berada di sekitar tempat tinggalnya sendiri jika bisa, jadi ia berkata: "Tentu kau sudah sarapan pagi, Paman Posum. Kau orang yang sangat pintar, jadi aku tidak akan menawarkan makanan apa pun untukmu."

Meski lapar, tentu saja Paman Posum berkata bahwa ia sudah sarapan, hanya mampir sejenak dan sedang dalam perjalanan ke rumah Kelinci.

Tetapi Paman Posum tidak lebih beruntung di tempat Kelinci, karena Kelinci hanya mengeluarkan hidungnya dari balik pintu rumahnya, dan ketika melihat siapa yang ada di luar, ia berkata: "Aku sedang sangat sibuk, bersiap untuk penanaman musim semi. Maukah paman masuk dan membantu menyortir benih? "

Kelinci tahu cara termudah untuk mengusir Paman Posum adalah dengan memintanya untuk bekerja.

"Aku akan sangat senang membantumu," jawab Paman Posum, "tetapi aku sedang sangat terburu-buru pagi ini. Aku punya urusan penting dengan Beruang dan hanya mampir untuk bertanya kabarmu."

"Oh begitu, tapi aku khawatir Beruang tidak akan menerima kedatanganmu," kata Kelinci. "Masih terlalu pagi baginya untuk bangun, bukan?"



"Kupikir karena matahari cerah dan hangat jadi Beruang mungkin sudah bangun, dan boleh jadi dia akan merasa senang jika aku ke sana untuk menyambutnya," kata Paman Posum. "Selain itu, aku ingin bertemu dengannya untuk urusan bisnis."

Sekarang Paman Posum tahu bahwa Beruang belum bangun, dan ia ingin agar Beruang tetap tidur dengan nyenyak.

Ia pun pergi ke pintu rumah Beruang dan mengetuk pelan, lalu menunggu, dan karena tidak mendengar suara apapun dari dalam, ia lalu pergi ke jendela dan melihat ke dalam. Ada kursi dan pipa Beruang yang berada di posisi tepat seperti saat Beruang meninggalkannya untuk pergi tidur.

Paman Posum melihat ke jendela kamar tidur dan bisa melihat bahwa di tempat tidur itu ada setumpuk besar seprei, dan hanya terlihat ujung kecil dari hidung Beruang.

Paman Posum mengangkat daun telinganya untuk mendengarkan, dan ia sedikit gemetar karena bisa menangkap suara keras dari nafas Beruang yang sama sekali tidak enak untuk didengar.

"Oh, dia bakal tertidur lelap selama seminggu lagi!" pikir Paman Posum. "Apa gunanya takut?" Ia pun berjalan mengelilingi rumah hingga sampai di jendela dapur; lalu dia berhenti dan mengangkat bingkai jendelanya.



Ia meletakkan dua kakinya di ambang jendela, lalu dua kaki sisanya lagi, dan lalu duduk diam mendekam di ambang jendela sambil mendengarkan. Semua hening, sehingga dengan hati-hati ia pun meluncur turun ke dalam rumah. Paman Posum melihat sekeliling dapur Beruang yang berisi penuh makanan. Ia tidak tahu harus makan mulai dari yang mana, dan dia sangat lapar.

Dia menjadi begitu bersemangat dan sangat rakus sehingga lupa bahwa ia ada di dapur Beruang, dan ia terus berada di sana, dan terus makan dan makan.

Karena perutnya kekenyangan ia pun tertidur, dan hal pertama yang dia lihat saat terbangun adalah ada sepasang mata berkilat dan kepala besar dengan mulut merah penuh dan gigi putih panjang menusuk masuk ke dalam dapur.

Paman Posum mengira ajalnya telah tiba, jadi dia hanya memejamkan mata dan berpura-pura sudah mati, tetapi dia mengintip sedikit untuk melihat apa yang terjadi.

Kepala besar itu bergerak diikuti oleh tubuh, dan ketika telah seluruhnya berada di ambang jendela, Paman Posum melihat bahwa itu adalah Rubah, dan hal berikutnya yang ia tahu adalah Rubah melompat masuk ke dalam dapur dan dengan keras menabrak panci kacang dan lalu menjatuhkan toples makanan.

Suara berisik di dapur itu cukup untuk membangunkan semua beruang sejauh bermil-mil, dan Paman Posum ketakutan setengah mati, karena dia mendengar suara Beruang menggeram di kamar sebelah.

Sementara Rubah yang jatuh ke lantai sedang mencoba untuk berdiri, Paman Posum melompat secepat kilat keluar dari jendela dapur rumah Beruang.

Rubah melihat sesuatu, tetapi dia tidak tahu itu apa, dan sebelum ia bisa melarikan diri, pintu dapur telah terbuka dan di sana berdiri Beruang dengan lilin di tangannya, melihat ke dalam.

"Oh, oh!" Beruang menggeram, "jadi kamu yang mencoba merampokku saat aku sedang tidur," dan badan Beruang yang sangat besar itu pun melompat ke arah Rubah.

"Tunggu, tunggu," kata Rubah buru-buru. "Biar kujelaskan, Beruang tersayang. Kau salah, karena aku sedang mencoba melindungi rumahmu. Aku melihat jendela dapurmu terbuka dan tahu bahwa kau sedang tidur, dan ketika masuk masuk lewat jendela, pencuri itu menyerangku dan hampir saja membunuhku dan sekarang kau menyalahkan aku. Kau binatang yang paling tidak tahu berterima kasih. Aku akan tahu lain kali apa yang harus kulakukan."

Beruang menatapnya dengan tajam. Mulut Rubah tidak menunjukkan tanda-tanda makanan, dan Rubah membuka mulutnya serta menyuruh Beruang untuk melihatnya sendiri.

"Aku ingin tahu siapa pencuri itu." kata Beruang, ketika ia yakin bahwa Rubah bukanlah pencurinya. "Mungkin saja si Paman Posum. Aku akan pergi ke rumahnya besok pagi."

Keesokan paginya Beruang mengunjungi rumah Paman Posum. Ia menemukan Paman Posum sedang tidur nyenyak dan ketika akhirnya membuka pintu rumahnya, Paman Posum menggosok matanya seolah-olah masih setengah tidur.

"Kenapa, bagaimana kabarmu?" katanya saat melihat Beruang. "Kupikir kau belum bangun."



"Kau belum bangun juga?" tanya Beruang, lalu dia menatap mantel Paman Posum. "Ada apa dengan mantelmu?" ia bertanya. "Kau punya rambut putih yang mencuat di sekujur tubuhmu, dan mantelmu pun hampir putih juga."

Sebelumnya warna mantel bulu Paman Posum adalah hitam, dan ia pun berlari ke cermin dan memandang dirinya di kaca. Memang benar, tubuhnya hampir berwaran putih. Ia tahu apa yang terjadi. Itu karena ia sangat ketakutan ketika terperangkap di dapur Beruang bersama Rubah, dan ketika mendengar Beruang menggeram maka tubuhnya memucat saking ketakutan.

"Aku sakit parah," katanya pada Beruang, sambil berjalan kembali ke pintu. "Dan aku berada di sini sendirian selama musim dingin ini. Penyakitku parah; kurasa itulah penyebabnya."

Beruang pergi sambil menggelengkan kepalanya. "Paman Posum ini licik," pikirnya. "Aku yakin dia pencurinya, tapi dia memang terlihat sakit."

Setelah kejadian itu, tubuh Paman Posum menjadi berwarna putih kusam, dengan rambut putih panjang tersebar di sana-sini di atas bulu-bulunya. Seluruh keturunannya tidak pernah bisa menghilangkan tanda akibat mencuri yang ditinggalkan oleh Paman Posum.


Bagikan ke:
Facebook, Twitter, WhatsApp, Telegram, Email. Print!.

, seorang pejalan musiman dan penyuka sejarah. Penduduk Jakarta yang sedang tinggal di Cikarang Utara. Traktir BA secangkir kopi. Secangkir saja ya! Agustus 09, 2020.