Covid-19, Kesehatan, Trend, Tutorial

Lebih baik face shield atau masker, atau dua-duanya harus dipakai?

Ini pertanyaan yang wajar untuk diajukan, apakah lebih baik memakai face shield atau masker, atau harus dipakai secara bersamaan untuk mencegah penularan COVID-19? Seperti biasa, dan secara ringkas, para ahli berbeda pendapat tentang hal ini.

Pada awal pandemi COVID-19, yang harus memakai masker adalah para petugas medis, dan orang yang sakit. Yang disebut pertama untuk mencegah mereka tertulari virus dari pasien yang telah terinfeksi Severe Acute Respiratory Syndrome Coronavirus 2 (SARS-COV2), dan yang disebut terakhir adalah agar tidak menulari orang lain.

Kebijakan resmi WHO itu, serta sikap CDC dan kementrian kesehatan di hampir seluruh negara, adalah terutama ditujukan agar tidak sampai terjadi kelangkaan pasokan masker bagi tenaga medis, oleh karena maskernya diborong orang yang ketakutan tertulari virus SARS-COV2.

lebih baik face shield atau maskerFoto: tokopedia.com

Ketika pasokan masker dunia mulai meningkat berbarengan dengan ancaman meluasnya penularan virus yang semakin nyata dan COVID-19 sudah ditetap sebagai pandemi global, kebijakan resmi pun berubah dimana setiap orang, sakit atau pun sehat, wajib menggunakan masker ketika keluar rumah. Menggunakan masker kain pun jadi, asalkan tidak tipis.

Sosmed kemudian memperkenalkan face shield lewat postingan foto dan video, baik yang dibuat sendiri dari bahan yang tersedia di rumah, maupun yang siap pakai dan bisa dibeli secara online. Pelan namun pasti, face shield menjadi semakin populer dan mulai 'mengancam' dominasi masker di pasaran.

Nah, kembali ke pertanyaannya, apakah lebih baik face shield atau masker, atau dua-duanya harus dipakai?

Face shield lebih baik dari masker

Pertama, mari kita lihat pendapat mereka yang menyebut bahwa memakai face shield lebih baik daripada menggunakan masker dalam mencegah penularan penyakit COVID-19. Namun sebelum itu harus disebutkan bahwa belum ada satu pun penelitian ilmiah yang membandingkan efektifitas keduanya dalam mencegah penularan COVID-19.

Situsweb ctgn menulis bahwa sebuah tim ahli medis dari University of Iowa telah menegaskan bahwa face shield atau tameng wajah lebih nyaman dan lebih efektif untuk mencegah penularan COVID-19.

Salah satu tutorial membuat face shield yang baik, karena bagian atasnya tertutup.

Di Journal of American Medical Association (JAMA), Dr. Eli Perencevich, Dr. Daniel Diekema, dan Dr. Michael B. Edmond menuliskan opini mereka bahwa face shield sederhana dapat membantu mengurangi penularan infeksi virus ketika disertai dengan langkah-langkah lain seperti peningkatan jumlah tes, pelacakan kontak, dan menjaga jarak fisik.

Dr. Edmond, chief quality officer dan profesor Penyakit Menular di University of Iowa Hospitals & Clinics, menulis,
"Kami percaya bahwa face shield benar-benar menawarkan sejumlah kelebihan nyata dibandingkan masker. Kebanyakan orang akan mendapati bahwa face shield lebih nyaman dari masker, tidak sepanas masker, dan Anda merasa bisa bernapas lebih baik.... face shield juga melindungi mata yang tidak Anda dapatkan dengan memakai masker."

Sedangkan Dr. Diekema, direktur Divisi Penyakit Menular di University of Iowa, menulis, "Ada banyak orang yang tidak bisa memakai masker karena kondisi medis yang mendasari atau punya penyakit pernapasan tertentu di mana Anda tidak dapat memasang penutup di mulut Anda."



Face shield transparan tak punya masalah seperti itu. Face shield juga sangat ringan, pas (ke wajah) dengan mudah, menutup area di atas mata sampai di bawah dagu dan di sisi wajah untuk melindungi mata dari droplet. Permukaannya pun halus, sehingga mudah dibersihkan.

Berbeda dengan masker, face shield sangat tahan lama dan dapat digunakan kembali, hany saja perlu dibersihkan secara teratur agar tetap efektif, setidaknya sekali sehari setelah dipakai. Yang dibutuhkan untuk melakukan itu hanyalah sabun dan air mengalir, atau desinfektan jika tak ada sabun dan air.

Masalah pada masker adalah karena banyak orang tidak memakai masker dengan benar, sering menyentuh bagian luar masker yang mungkin telah terkontaminasi untuk menggesernya, atau bahkan menurunkannya hingga di bawah dagu ketika berbicara, minum, atau makan. Ketika menarik kembali masker ke atas, kemungkinan bagian dalam masker sudah terkontaminasi.

Laman aarp.org menuliskan pernyataan Amesh Adalja MD, seorang ahli kesiapsiagaan pandemi di Johns Hopkins Center for Health Security, bahwa ada banyak kemungkinan biologis untuk menduga face shield jelas lebih baik dari masker wajah buatan sendiri, dan bahkan mungkin lebih baik dari masker jenis lainnya juga, karena tidak hanya mencegah penyebaran virus namun juga menutupi mata, sehingga memberi lebih banyak perlindungan pada selaput lendir wajah yang bisa terinfeksi.

Laman yang sama juga menuliskan pernyataan dari James Cherry, MD, seorang profesor penelitian terkemuka dan ahli penyakit menular di Fakultas Kedokteran David Geffen di UCLA, bahwa meskipun para ahli belum yakin tentang seberapa rentan mata terhadap infeksi coronavirus ini namun sebagaimana dengan banyak virus, mata itu penting, seperti pada virus campak dan adenovirus yang diketahui menginfeksi orang melalui mata.



Adalja juga menyebut bahwa ketika memakai masker, Anda bisa sering menyesuaikan posisinya dan karena itu akan sering menyentuh wajah dan mungkin memindahkan virus dari tangan ke wajah. Dengan mengenakan face shield Anda tidak perlu menyentuh wajah, karena mudah dipakai. Selain itu masker yang dibuang menjadi faktor risiko bagi orang lain, sedangkan face shield bisa dibersihkan dan digunakan kembali.

Di JAMA, Eli Perencevich MD, seorang profesor penyakit dalam dan epidemiologi di Fakultas Kedokteran Universitas Carver, Iowa, dan dua rekannya yang pendapatnya telah dikutip di bagian atas tulisan ini, menyebutkan bahwa face shield tampaknya secara signifikan mengurangi jumlah paparan inhalasi ke virus influenza, yang juga menular melalui droplets.

Dalam sebuah studi simulasi, tameng wajah terbukti mengurangi paparan virus langsung hingga 96% ketika dikenakan oleh petugas kesehatan dalam jarak 18 inci dari orang yang batuk. Dalam tweet 19 April, Perencevich menulis, "Manfaat terbesar dari face shield ada di dalam situasi kantor yang ramai di mana pertukaran udara tidak ideal."

Di cuaca yang lebih hangat, face shield juga akan terasa lebih dingin dan nyaman untuk dipakai daripada masker kain.

Lauren Lek, kepala sekolah di Akademi Our Lady of Peace, di San Diego, berencana untuk meminta 750 staf pengajar dan siswanya untuk menggunakan face shield di sekolah daripada memakai masker pada bulan Agustus ini.

Lek menambahkan bahwa tameng wajah lebih baik daripada masker untuk siswa dengan kebutuhan khusus, termasuk gangguan spektrum autisme (ASD), karena memungkinkan tatap muka dengan ekspresi wajah penuh yang dapat membantu mereka membaca dan memahami isyarat .

Masker Yang Utama, Face Shield Pelengkap

Pendapat ini dikemukakan oleh Leong Hoe Nam, spesialis penyakit menular di Rumah Sakit Mount Elizabeth Novena Singapura, yang percaya bahwa tameng wajah hanya efektif jika dikenakan di atas masker. Menurut pendapatnya, face shield memberikan sedikit perlindungan jika dipakai sendirian. Alasan utamanya adalah karena tameng wajah hanya menutupi wajah, dan ada kesenjangan jelas yang datang dari samping mapun dari atas dan dari bawah.

Meskipun Dr. Diekema bisa menerima argumen bahwa bahwa face shield tidak sedekat ke mulut dan hidung sebagaimana masker, namun jika face shield menutupi sisi wajah dan sampai di bawah dagu ia pasti akan memblokir droplet besar atau sedang, melindungi pemakainya maupun orang lain.

Namun jika transmisi COVID-19 bisa disebabkan oleh aerosol sangat kecil yang dibawa pada arus udara untuk jangka waktu yang lama, maka jelas pelindung wajah akan kurang protektif. Namun jika demikian adanya, masker kain dan masker medis juga memiliki kerentanan sama.

WHO belum secara resmi merubah posisinya tentang cara penularan virus penyebab COVID-19, hanya mengatakan bahwa kemungkinan penularan melalui udara (airborne) tidak bisa dikesampingkan, terutama di tempat dimana ada banyak orang berada di dalam ruangan dengan sirkulasi udara yang tak begitu baik.

Di lapangan, otoritas di sejumlah daerah telah mewajibkan pemakaian masker jika berada di luar rumah, dengan sanksi denda jika melanggarnya, guna menurunkan resiko penularan virus. Namun belum ada keharusan memakai face shield dan belum pula ada rilis resmi bahwa orang boleh memakai face shield sebagai ganti masker.

Sebaiknya, ikuti dulu aturan resmi yang telah dikeluarkan oleh otoritas kesehatan setempat, terutama jika berada di tempat umum, atau menggunakan face shield sebagai proteksi tambahan tanpa melepas masker. Jika berada di ruangan dengan resiko penularan yang lebih kecil, maka gunakan pertimbangan Anda sendiri apakah akan tetap memakai keduanya atau salah satunya. Yang tak kalah pentingnya adalah tetap disiplin jaga jarak, sering cuci tangan, hindari kerumunan, tingkatkan daya tahan tubuh dengan makanan bergizi seimbang dan istirahat yang cukup.


Bagikan ke:
Facebook, Twitter, WhatsApp, Telegram, Email. Print!.

, seorang pejalan musiman dan penyuka sejarah. Penduduk Jakarta yang sedang tinggal di Cikarang Utara. Traktir BA secangkir kopi. Secangkir saja ya! Agustus 10, 2020.