Balai Pemuda Surabaya merupakan gedung kuno peninggalan kolonial lainnya di Kota Pahlawan ini yang sampai saat saya kunjungi masih ramai digunakan untuk berbagai aktivitas, dari pameran seni, tempat nongkrong sampai tempat resepsi. Pada September 2011 lalu Balai Pemuda terbakar, menimbulkan kerusakan pada separuh atap bagian belakang.
Sayangnya renovasi Gedung Balai Pemuda Surabaya berjalan sangat lambat, dan sempat terhenti. Hingga bulan Juni 2015, renovasi ternyata masih belum juga selesai dilakukan, dan sepertinya masih ada perbedaan pandangan tentang soal ini antara Dewan Kesenian Surabaya dengan Pemkot. Semoga saja perbedaan itu bisa segera dijembatani.
Balai Pemuda Surabaya memiliki halaman parkir yang cukup luas. Saat saya berkunjung tengah berlangsung sebuah acara yang disebut sebagai "Pasar Seni Lukis Indonesia" yang berlangsung selama sepuluh hari di gedung dan pelataran Balai Pemuda. Balai Pemuda memang kerap digunakan sebagai tempat penyelengaraan kegiatan seniman Surabaya.
Ikon kubah di bagian depan Gedung Balai Pemuda yang diambil pada sebuah malam. Lampu-lampu malamnya cukup mampu memberi pemandangan yang menarik. Jalanan di depan gedung merupakan jalan yang ramai dengan seliweran kendaraan bermotor menderu melintas susul menyusul yang membuat orang akan kerepotan ketika hendak menyeberangi jalan.
Saat itu bagian pelataran samping Gedung Balai Pemuda yang tengah digunakan sebagai tempat pameran dan penjualan lukisan para seniman Surabaya. Saat saya datang belum terlihat ada geliat kegiatan di sana. Mungkin hari masih terlalu pagi, karena banyak kios yang tidak ditunggui pelukisnya, dan pengunjung pun masih sepi.
Bangun simetri di bagian depan Gedung Balai Pemuda Surabaya, dengan ornamen langit-langit plafon bergaris-garis yang menyerupai jaring laba-laba. Susunan bata pada dinding gedung menyerupai tatanan sebuah benteng pertahanan. Dua buah pintu kayu yang anggun dibuat dalam posisi menyudut, menjadi akses masuk ke dalam ruangan.
Sejak 1980, Walikota Surabaya telah memberikan tempat bagi Dewan Kesenian Surabaya di bagian utara gedung, hanya saja tempat itu sudah perlu diperbaiki. Balai Pemuda Surabaya digunakan sebagai Pusat Pagelaran Kesenian Surabaya, pusat pembinaan seniman muda, selain disewakan untuk keperluan resepsi, seminar, pameran, konser, dll.
Terdapat tiga ruangan besar di Balai Pemuda Surabaya, dengan satu diantaranya merupakan ruang utama yang menjadi tempat pesta dansa-dansi para pembesar dan orang-orang penting di jaman pemerintahan kolonial Belanda. Ruangan depan saat itu dipakai sebagai Kantor Pusat Informasi Wisata, tepat di bawah kubah, dengan nomor telp. 031-5340444.
Selain sempat masuk ke dalam ruangan Pusat Informasi Wisata atau Tourist Information Center ini, saya sempat masuk ke bagian dalam ruangan. Pada salah satu dinding runagn menempel sebuah plakat Penghargaan Pelestarian Arsitektur Surabaya 1993, diberikan kepada pemilik / pengelola Gedung Balai Pemuda di Jl Pemuda No. 15 Surabaya, atas kerjasama Pemerintah Kotamadya Daerah Tingkat II Surabaya dengan Paguyuban Pelestarian Arsitektur Surabaya, yang bertanggal 31 Mei 1993.
Balai Pemuda dengan prasasti di tengah sebuah kolam, bertuliskan "Di jaman Belanda, gedung ini dipakai klab orang kulit putih. Orang pribumi dan anjing dilarang masuk. Dari bulan September - November 1945 dijadikan Markas Besar PRI (Pemuda RI), pusat perlawanan Pemuda Indonesia terhadap pasukan Inggris / Sekutu yang mencengangkan dunia." Sependek ingatan saya, prasasti dan kolamnya kini sudah tidak ada lagi, entah dipindahkan kemana.
Sejarah Balai Pemuda menyebutkan data sebagai berikut: Pada 1907 – 1945 Balai Pemuda dimiliki perkumpulan orang Belanda bernama “De Simpangsche Societeit” dan digunakan sebagai pusat rekreasi, pesta, dansa, bowling, dsb. Pada 1945 dikuasai Pemuda Republik Indonesia (PRI), dan menjadi markas arek Suroboyo, namun kemudian dikuasai lagi oleh Belanda. Pada 1950 Gedung Balai Pemuda digunakan Penguasa Militer Propinsi Jawa Timur, dan pada 1957 seluruh inventarisnya diserahkan kepada Dewan Pemerintah Daerah Kota Praja Surabaya dalam rangka operasi pembebasan Irian Barat. Pada 12 Desember 1957 Gedung Balai Pemuda diserahkan kepada Dewan Pemerintah Daerah Kota Praja Surabaya.
Tahun 1957 PemDa menggunakannya sebagai Balai Pertemuan Umum dan memberi nama Balai Pemuda. Pada 1965 Balai Pemuda digunakan sebagai markas Front Pemuda, serta sebagai markas KAMI dan KAPPI dalam menumpas G30S/PKI. Pada 1971 – 1972 Gedung Balai Pemuda sebelah timur mengalami kerusakan. Walikota Surabaya R. Soekotjo melakukan perbaikan pada gedung ini yang selesai di awal 1972 dan namanya berubah menjadi Balai Pemuda Mitra. Pada 1974 Balai Pemuda digunakan sebagai sekretariat Federasi Pemuda Indonesia dan KNPI. Tahun 1979 - 1980 Gedung Balai Pemuda dipugar dengan mempertahankan bentuk aslinya. Sejak tahun 1980 Balai Pemuda juga digunakan untuk kegiatan-kegiatan sosial dan sebagai pusat kegiatan apresiasi seni dan budaya seniman Surabaya.
Sayangnya renovasi Gedung Balai Pemuda Surabaya berjalan sangat lambat, dan sempat terhenti. Hingga bulan Juni 2015, renovasi ternyata masih belum juga selesai dilakukan, dan sepertinya masih ada perbedaan pandangan tentang soal ini antara Dewan Kesenian Surabaya dengan Pemkot. Semoga saja perbedaan itu bisa segera dijembatani.
Balai Pemuda Surabaya memiliki halaman parkir yang cukup luas. Saat saya berkunjung tengah berlangsung sebuah acara yang disebut sebagai "Pasar Seni Lukis Indonesia" yang berlangsung selama sepuluh hari di gedung dan pelataran Balai Pemuda. Balai Pemuda memang kerap digunakan sebagai tempat penyelengaraan kegiatan seniman Surabaya.
Ikon kubah di bagian depan Gedung Balai Pemuda yang diambil pada sebuah malam. Lampu-lampu malamnya cukup mampu memberi pemandangan yang menarik. Jalanan di depan gedung merupakan jalan yang ramai dengan seliweran kendaraan bermotor menderu melintas susul menyusul yang membuat orang akan kerepotan ketika hendak menyeberangi jalan.
Saat itu bagian pelataran samping Gedung Balai Pemuda yang tengah digunakan sebagai tempat pameran dan penjualan lukisan para seniman Surabaya. Saat saya datang belum terlihat ada geliat kegiatan di sana. Mungkin hari masih terlalu pagi, karena banyak kios yang tidak ditunggui pelukisnya, dan pengunjung pun masih sepi.
Bangun simetri di bagian depan Gedung Balai Pemuda Surabaya, dengan ornamen langit-langit plafon bergaris-garis yang menyerupai jaring laba-laba. Susunan bata pada dinding gedung menyerupai tatanan sebuah benteng pertahanan. Dua buah pintu kayu yang anggun dibuat dalam posisi menyudut, menjadi akses masuk ke dalam ruangan.
Sejak 1980, Walikota Surabaya telah memberikan tempat bagi Dewan Kesenian Surabaya di bagian utara gedung, hanya saja tempat itu sudah perlu diperbaiki. Balai Pemuda Surabaya digunakan sebagai Pusat Pagelaran Kesenian Surabaya, pusat pembinaan seniman muda, selain disewakan untuk keperluan resepsi, seminar, pameran, konser, dll.
Terdapat tiga ruangan besar di Balai Pemuda Surabaya, dengan satu diantaranya merupakan ruang utama yang menjadi tempat pesta dansa-dansi para pembesar dan orang-orang penting di jaman pemerintahan kolonial Belanda. Ruangan depan saat itu dipakai sebagai Kantor Pusat Informasi Wisata, tepat di bawah kubah, dengan nomor telp. 031-5340444.
Selain sempat masuk ke dalam ruangan Pusat Informasi Wisata atau Tourist Information Center ini, saya sempat masuk ke bagian dalam ruangan. Pada salah satu dinding runagn menempel sebuah plakat Penghargaan Pelestarian Arsitektur Surabaya 1993, diberikan kepada pemilik / pengelola Gedung Balai Pemuda di Jl Pemuda No. 15 Surabaya, atas kerjasama Pemerintah Kotamadya Daerah Tingkat II Surabaya dengan Paguyuban Pelestarian Arsitektur Surabaya, yang bertanggal 31 Mei 1993.
Balai Pemuda dengan prasasti di tengah sebuah kolam, bertuliskan "Di jaman Belanda, gedung ini dipakai klab orang kulit putih. Orang pribumi dan anjing dilarang masuk. Dari bulan September - November 1945 dijadikan Markas Besar PRI (Pemuda RI), pusat perlawanan Pemuda Indonesia terhadap pasukan Inggris / Sekutu yang mencengangkan dunia." Sependek ingatan saya, prasasti dan kolamnya kini sudah tidak ada lagi, entah dipindahkan kemana.
Sejarah Balai Pemuda menyebutkan data sebagai berikut: Pada 1907 – 1945 Balai Pemuda dimiliki perkumpulan orang Belanda bernama “De Simpangsche Societeit” dan digunakan sebagai pusat rekreasi, pesta, dansa, bowling, dsb. Pada 1945 dikuasai Pemuda Republik Indonesia (PRI), dan menjadi markas arek Suroboyo, namun kemudian dikuasai lagi oleh Belanda. Pada 1950 Gedung Balai Pemuda digunakan Penguasa Militer Propinsi Jawa Timur, dan pada 1957 seluruh inventarisnya diserahkan kepada Dewan Pemerintah Daerah Kota Praja Surabaya dalam rangka operasi pembebasan Irian Barat. Pada 12 Desember 1957 Gedung Balai Pemuda diserahkan kepada Dewan Pemerintah Daerah Kota Praja Surabaya.
Tahun 1957 PemDa menggunakannya sebagai Balai Pertemuan Umum dan memberi nama Balai Pemuda. Pada 1965 Balai Pemuda digunakan sebagai markas Front Pemuda, serta sebagai markas KAMI dan KAPPI dalam menumpas G30S/PKI. Pada 1971 – 1972 Gedung Balai Pemuda sebelah timur mengalami kerusakan. Walikota Surabaya R. Soekotjo melakukan perbaikan pada gedung ini yang selesai di awal 1972 dan namanya berubah menjadi Balai Pemuda Mitra. Pada 1974 Balai Pemuda digunakan sebagai sekretariat Federasi Pemuda Indonesia dan KNPI. Tahun 1979 - 1980 Gedung Balai Pemuda dipugar dengan mempertahankan bentuk aslinya. Sejak tahun 1980 Balai Pemuda juga digunakan untuk kegiatan-kegiatan sosial dan sebagai pusat kegiatan apresiasi seni dan budaya seniman Surabaya.
Balai Pemuda Surabaya
Alamat : Jl. Pemuda No. 15, Surabaya. Lokasi GPS : -7.26409, 112.74502, Waze. Rujukan : Hotel di Surabaya, Tempat Wisata di Surabaya, Peta Wisata SurabayaSponsored Link
Sponsored Link
Sponsored Link
Bagikan ke:
Facebook, Twitter, WhatsApp, Telegram, Email. Print!.