Jawa Tengah, Kebumen, Makam

Makam R.A. Tan Peng Nio Kalapaking Kebumen

Makam R.A. Tan Peng Nio Kalapaking atau R.A. K.R.A.T. Kalapaking III secara tidak sengaja saya temukan saat berhenti untuk bertanya arah di dekat pertigaan jalan tidak jauh dari lokasi makam yang unik ini. Yang membuat saya tertarik ketika melihatnya adalah karena cungkup makamnya berbentuk khas bangunan Tionghoa.

Hal lain yang menarik adalah karena makam itu berada sendirian di tengah sawah, dengan pondasi lebih tinggi dari area di sekitarnya. Ketika belum mengetahui penghuni makamnya, pikiran saya adalah makam itu pastilah bukan sembarang makam. Menapaki pematang sawah, karena memang tidak ada jalan lain, saya mengayun kaki mendekati lokasi makam seraya waspada, berharap tidak bertemu binatang melata berbisa di sana.

Tan Peng Nio adalah puteri Tan Wan Swee, seorang jenderal pelarian dari Tiongkok semasa dinasti Qing. Tan Wan Swee dikabarkan ikut dalam pemberontakan etnis Tionghoa bersama Mas Garendi yang dikenal sebagai peristiwa Geger Pecinan yang menyerbu Keraton Kartasura. Tan Wan Swee juga dianggap berpengaruh dalam membawa seni beladiri Kuntao (Konto) ke Kebumen.

makam ra tan peng nio kalapaking

Penampakan Makam R.A. Tan Peng Nio Kalapaking dengan dinding cungkup terbuka disangga empat pilar dan atap lengkung berbentuk pelana khas bangunan Tionghoa. Petak area segi empat Makam R.A. Tan Peng Nio Kalapaking itu dibatasi dengan tatanan batu yang direkat semen dengan tinggi sekitar satu meter.

Tak ada undakan di sana, sehingga saya harus melompat naik ketika tiba di lokasi. Tanda Benda Cagar Budaya yang sudah mulai pudar dipasang di sebelah kanan makam. Di sekitar tengara cagar budaya telah ditumbuhi tumbuhan alang-alang yang tinggi, menandai bahwa makam ini sudah lama tidak didatangi.

Selain ilalang tinggi, di bagian belakang makam tumbuh sejumlah pohon, termasuk beberapa pohon pisang yang salah satunya telah berbuah dengan tandan padat dan hampir siap untuk diambil. Sejumlah pohon perdu juga tumbuh di samping dan belakang makam.

makam ra tan peng nio kalapaking

Kijing Makam R.A. Tan Peng Nio berbentuk khas kubur Tionghoa yang lazim dikenal dengan sebutan Bong. Relief sepasang burung berkaki panjang terdapat di bagian atas nisan yang seolah sedang berebut sekuntum bunga putih gemuk, dan relief sepasang burung lebih besar berekor merak ada di sayap kanan kiri nisan.

Di tengah nisan terdapat tulisan "R.A. K.R.A.T. Kalapaking III (R.A. Tan Peng Nio), istri R.M. Soleman Kertawangsa." Lalu ada tulisan "Anak: K.R.T. Endang Kertawangsa, R.A. Mulat Ningrum" dan "Menantu: R.A. Jati Arum, R. Tjondro Dahono, R. Kertalaksana", serta "Cucu: R. Kertawangsa Gandawijaya / Ki Pongge, R. Kertawangsa Tjandrawijaya / Ki Legowo, R.A. Eguningrum, R. Bintara Ajiwijaya, R. Harjo Jadmiko".

R.M. Soleman Kertawangsa atau Kalapaking III adalah penguasa Panjer yang memerintah tahun 1751 - 1790, dan R.A. Tan Peng Nio Kalapaking adalah isteri yang kedua. Salah satu putera mereka, yaitu KRT Endang Kertawangsa, adalah yang kemudian menjadi KRT Kalapaking IV, menggantikan ayahandanya. Tak jelas kenapa makam R.A. Tan Peng Nio terpisah dengan kompleks Makam Tumenggung Kalapaking di Kalijirek, Kebumen.

makam ra tan peng nio kalapaking

Pandangan samping pada cungkup Makam R.A. Tan Peng Nio Kalapaking memperlihatkan sebuah cungkup kecil di sisi kirinya. Di dalam cungkup kecil itu ada semacam altar dengan tulisan "Fu Shen" yang diukir pada dinding. Fu Shen atau Cai Shen adalah dewa kekayaan, harta, atau rezeki dalam mitologi Tionghoa. Fu Shen adalah salah satu dari Tiga Dewa Fu Lu Shou (Dewa Rejeki, Bahagia, Panjang Usia).

Mungkin sudah menjadi sifat manusia yang umumnya gampang tertarik dengan pasangan yang berbeda ras, meskipun ketertarikan itu derajatnya tidak sama. Orang Jawa umumnya gampang tertarik dengan wanita kulit putih dan perempuan keturunan Tionghoa, meskipun dengan paras kecantikan yang biasa saja. Tak heran banyak penguasa di jaman dahulu yang memiliki isteri keturunan Tionghoa seperti Kalapaking III ini.

Pada jaman ayah saya masih kecil, sekitar tahun 1920-an (ayah lahir tahun 1910), bela diri Kuntao sepertinya masih merupakan salah satu jenis beladiri yang terkenal dan disegani. Setidaknya ayah beberapa kali pernah bercerita mengenai kesaktian seorang pendekar Tionghoa yang melakukan atraksi memukau yang sanggup menerima lemparan batu besar dengan punggungnya. Karena leluhur ayah adalah KRT Aroeng Binang I dari Kebumen juga, boleh jadi yang ia ceritakan ada hubungannya dengan Tan Wan Swee, ayah R.A. Tan Peng Nio yang jago Kuntao itu.

Keturunan R.A. Tan Peng Nio dan Kalapaking III tersebar di Kebumen, Purwokerto, Surabaya, dan di kota-kota lainnya. Sebuah tulisan menyebutkan bahwa keturunan R.A. Tan Peng Nio di Purwokerto ada yang telah mengajukan permohonan Serat Kekancingan ke Tepas Darah Dalem Kraton Yogyakarta. Bagaimana pun aliran darah dari pihak ibu sama derajatnya dengan aliran darah dari pihak ayah.

Garis leluhur Kalapaking III ke atas adalah <-- RT Kalapaking II (RM Mandingan) <-- RT Kalapaking I (+ BRAJ Mulat, Kletingabang, puteri Amangkurat I) <-- Kyai Curiga <-- RM Kertasuta <-- RM Badranala <-- RM Madusena <-- Ki Ageng Mangir Wonoboyo ( + Dewi Retno Pembayun, puteri Panembahan Senapati, pendiri dan raja pertama Mataram).

Melihat kondisinya, Makam R.A. Tan Peng Nio Kalapaking sudah memerlukan perawatan, yang merupakan kewajiban keturunannya serta pemerintah setempat karena statusnya sebagai cagar budaya. Ada baiknya papan pamer berisi sejarah mendiang dan Kalapaking III dalam kaitan dengan sejarah Kebumen juga dipasang di area makam. Akses jalan setapak yang memadai ke lokasi makam perlu pula dibuat, setidaknya selebar satu meter dengan paving blok yang rapi.


Makam R.A. Tan Peng Nio Kalapaking

Alamat : Desa Jatimulyo, Kecamatan Alian, Kebumen. Lokasi GPS : -7.66095, 109.68207, Waze. Hotel di Kebumen, Tempat Wisata di Kebumen, Peta Wisata Kebumen.


Bagikan ke:
Facebook, Twitter, WhatsApp, Telegram, Email. Print!.

, seorang pejalan musiman dan penyuka sejarah. Penduduk Jakarta yang sedang tinggal di Cikarang Utara. Traktir BA secangkir kopi. Secangkir saja ya! September 11, 2020.