Banyumas, Jawa Tengah, Makam, Sokaraja

Makam Kyai Haji RM Muhammad Ilyas Sokaraja

Sudah sangat lama saya tidak datang berziarah ke makam mBah Ilyas, sebutan yang biasa kami pakai untuk menyebut Makam Kyai Haji RM Muhammad Ilyas yang ada di Sokaraja Lor, sebuah kota kecamatan kecil yang terkenal dengan makanan getuk goreng Sokaraja dan Soto Sokaraja, soto ayam dengan kuah berbumbu kacang yang nikmat.

Saat kecil saya sering berziarah ke Makam Kyai Haji Muhammad Ilyas dengan mendiang ibu dan lalu ke rumah tua antik di sebelahnya yang dihuni Kyai Rifangi, abang sepupu ibu, juga cucu dan penerus mBah Ilyas sebagai mursyid Tarekat Naqsabandiah Kholidiyah di Sokaraja Lor. Saya tak pernah mengenal secara pribadi mBah Ilyas, karena mbah buyut saya ini wafat pada 1916, jauh sebelum saya lahir.

Sebagai anak kesembilan, saya hanya beruntung bisa mengenal nenek dari pihak ibu, yaitu mBah Dul Jamil (Abdul Jamil) putri yang menjadi puteri kesayangan mBah Ilyas. Mbah Dul Jamil putri adalah adik kandung mBah Dul Malik (Abdul Malik) Kedung Paruk. Lokasi makam mbah Ilyas bisa diakses melewati Jembatan Kali Pelus di Sokaraja lalu belok kiri. Makamnya ada di sebelah kanan jalan, ditandai dengan adanya kompleks makam kecil di bagian depan makam beliau.

Terakhir kali saya berziarah, makam mbah Kyai Haji Muhammad Ilyas terlihat sederhana. Tembok hijau di belakangnya adalah bagian belakang masjid. Poster di belakang makam berbunyi "Kyai Haji Raden Mas Muhammad Ilyas Bani P. Diponegoro" berdasar layang kakancingan angka 11553 yang dikeluarkan pada 18 September 1960 M oleh Pangageng Tepas Dwarapura Kraton Ngayogyakarta Hadiningrat.

Tengara di bagian depan atas makam berbunyi "Makam Kyai Haji Muhammad Ilyas, Guru Mursyid, Toriqoh Annaqsyabandiyyah Al Mujaddadiyyah Al Kholidiyyah, Wafat 29 Shafar 1334 H", atau Senin 4 Januari 1916. Mursyid adalah guru pembimbing tarekat yang telah mendapat ijin dan ijazah dari guru mursyid di atasnya dan bersambung sampai Nabi Muhammad SAW.

Sebelum tinggal di Sokaraja, mbah Ilyas berdiam di Kedung Paruk yang menjadi tempat kelahirannya, yaitu sebuah pedukuhan kecil di sebelah timur Desa Mersi, Purwokerto. Sejak awal 1880-an, KH Muhammad Ilyas telah menjadi mursyid (guru tarekat) terkemuka yang amat disegani, bahkan sampai di luar daerah Banyumas. Beliau adalah salah satu khalifah wilayah Jawa dari Syekh Sulaiman Zuhdi, guru tarekat Naqsabandiah Kholidiyah di Makkah yang berasal dari Turki.

Awalnya mBah Ilyas menyebarkan ajaran tarekat dari langgarnya di Kedungparuk, namun sambutan luas masyarakat membuat pemerintah Belanda gerah, sehingga mBah Ilyas ditahan pada 1888 dengan tuduhan melawan pemerintah. Saat berada di penjara Belanda dekat Alun-alun Banyumas itu, pada malam harinya terlihat sinar terang keluar dari sel dimana mBah Ilyas ditahan.

Syekh Abubakar, Penghulu Landraad Banyumas, kemudian datang ke penjara setelah mendapat laporan mengenai keanehan itu. Mengetahui bahwa yang dipenjara ternyata bukan orang biasa, akhirnya mBah Ilyas dikeluarkan dari penjara oleh Syekh Abubakar dengan syarat ia bersedia menjadi menantunya. Makam mBah Syekh Abubakar ada persis di depan makam mBah Ilyas.

Setelah bebas dari tahanan Belanda, mBah Ilyas kemudian pindah dan selanjutnya menetap di Sokaraja Lor serta meneruskan kegiatannya dalam mengembangkan ajaran tarekatnya. Alasannya adalah karena ia hanya diijinkan mengajar tarekat dari masjid wakaf mertuanya, yaitu Penghulu Landraat Syekh Abubakar, di Sokaraja Lor ini.

mBah Ilyas adalah putera KH Raden Mas Ali Dipawangsa yang kuburnya ada di Kedung Paruk. Kakeknya adalah Kanjeng Pangeran Haryo Diponegoro II (Raden Mas Muhammad Ngarip), putera pertama Pangeran Diponegoro (Ontowiryo, Sultan Abdul Hamid). Sedangkan Pangeran Diponegoro adalah putera Sultan Hamengku Buwono III.

Dua makam di luar cungkup Makam Kyai Haji Muhammad Ilyas adalah Makam KH Afandi, salah satu putera Kyai Ilyas yang menjadi penerusnya, wafat pada 12 Besar 1348 H (Kamis 10 Mei 1930). Di sebelahnya adalah Makam KHR Achmad Rifangi, putera KH Afandi, yang wafat pada 10 Jumadil Awal 1388 H (Sabtu 4 Agustus 1968).

Pandangan yang ditarik lebih ke belakang lagi pada bagian samping Makam Kyai Haji RM Muhammad Ilyas Sokaraja memperlihatkan deretan makam keluarga selain ketiga makam utama di bagian depan. Sebagian masih berupa kotak yang belum ada isinya, mungkin untuk mempermudah alokasi tempat ketika ada keluarga wafat.

Selain tawajuhan, pengikut tarekat Naqsabandiyah Kholidiyah juga melakukan Khalwat dan Suluk. Dalam tawajuhan seorang mursyid melakukan kontak dengan murid-muridnya sewaktu melakukan wirid, seperti menyentuh kening murid dengan surban, agar murid mendapat luberan barokah serta ilmu darinya serta dari para guru-guru di atasnya.

Khalwat adalah melatih jiwa dan hati untuk selalu ingat kepada Allah dan tetap menghambakan diri kepada-Nya. Sedangkan suluk atau mondok adalah tinggal selama beberapa waktu di pondok mursyid, misalnya selama bulan puasa, untuk melakukan wirid dan meningkatkan ibadah secara intensif. Berbeda dengan suluk, khalwat bisa dilakukan di rumah sendiri.

Ada kisah menarik tentang mBah Ilyas yang menjadi legenda keluarga. Peristiwa ini terjadi pada hari beliau meninggal dunia dan dikubur di depan pengimaman masjid. Pada saat maghrib tiba, mBah Dul Jamil putri melihat munculnya berkas sinar terang dari makam mBah Ilyas dan tampak jasadnya melayang ke atas. Para santri yang hendak shalat maghrib juga ikut melihat peristiwa langka itu.

Mas Rumani, abang sekandung saya lain ayah, menceritakan bahwa ada habib dari Jawa Timur datang ke makam mBah Ilyas ditemani mBah Dul Malik. Namun pagar makamnya digembok. Habib pun membaca qasidah ciptaan Habib Abdullah bin Husein yang berbunyi "Salamullah ya saddah minar-rahman yaghsyakum, 'ibadallah ji'nakum qashadnakum tahalbnakum, dst". Tiba-tiba "klik", kunci gembok makam terbuka sendiri.

Beberapa waktu kemudian habib itu datang lagi berziarah, namun makam mbah Ilyas telah dibongkar atas perintah mBah Afandi, konon untuk menghindari pengkultusan. Melihat makam sudah berubah, Habib pun berucap "Wah, mBah Ilyas sudah tidak ada lagi di sini". Kabarnya setelah itu mBah Afandi sempat jatuh sakit karena merasa menyesal telah membongkar makam.

Ketika tinggal di Makkah, mBah Ilyas hidup prihatin. Ia selalu masak nasi sendiri yang dengan sengaja dicampuri pasir olehnya. Sewaktu hendak makan nasi, pasir itu satu per satu diambilnya dari sela-sela nasi yang ada di piringnya, baru kemudian ia makan. Hal itu dilakukannya untuk melatih kesabaran dan agar tidak rakus terhadap makanan.

Mas Rumani juga bercerita bahwa saat berguru di Makkah, angsa anak kesayangan sang guru jatuh ke dalam jumbleng (tempat menampung tinja). Gurunya bingung, murid-murid lain pun bingung tak tahu harus berbuat apa. Adalah mBah Ilyas yang kemudian turun ke jumbleng untuk mengambil angsa itu. Sampai di atas, masih berlumuran tinja, mBah Ilyas dipeluk oleh gurunya.

Menurut cerita mBah Dul Jamil putri, mBah Ilyas sering kedatangan tamu dari Arab dan Maroko. Suatu ketika, mBah Dul Jamil putri sedang memijat kaki mBah Ilyas, namun mBah Ilyas tiba-tiba berbicara sendiri dalam bahasa Arab. Karena merasa takut, mBah Dul Jamil putri pun lari menjauh. Saat dipanggil, mBah Ilyas berkata sambil tertawa bahwa yang datang tadi adalah Malaikat Jibril ...

makam kyai haji rm muhammad ilyas sokaraja makam kyai haji rm muhammad ilyas sokaraja makam kyai haji rm muhammad ilyas sokaraja makam kyai haji rm muhammad ilyas sokaraja makam kyai haji rm muhammad ilyas sokaraja makam kyai haji rm muhammad ilyas sokaraja makam kyai haji rm muhammad ilyas sokaraja makam kyai haji rm muhammad ilyas sokaraja makam kyai haji rm muhammad ilyas sokaraja makam kyai haji rm muhammad ilyas sokaraja makam kyai haji rm muhammad ilyas sokaraja makam kyai haji rm muhammad ilyas sokaraja makam kyai haji rm muhammad ilyas sokaraja makam kyai haji rm muhammad ilyas sokaraja makam kyai haji rm muhammad ilyas sokaraja makam kyai haji rm muhammad ilyas sokaraja makam kyai haji rm muhammad ilyas sokaraja

Ketika pulang dari Makkah, mBah Ilyas tiba di Jawa bersama tiga orang teman seperguruan lainnya, salah satunya adalah mBah Sholeh Darat, Semarang. Namun yang diberi ijazah oleh Syekh Sulaiman Zuhdi (silsilah tarekat ke-32) untuk mengajarkan Tarekat Naqsyabandiyah Khalidiyah hanyalah mBah Ilyas dan satu orang lagi.

Lokasi Makam Kyai Haji Muhammad Ilyas berada di Sokaraja Lor, Sokaraja, Banyumas. Lokasi GPS : -7.455942, 109.297764, Waze. Hotel di Purwokerto, Hotel di Baturraden, Tempat Wisata di Banyumas, Tempat Wisata Kuliner Banyumas, Peta Wisata Banyumas.


Bagikan ke:
Facebook, Twitter, WhatsApp, Telegram, Email. Print!.

, seorang pejalan musiman dan penyuka sejarah. Penduduk Jakarta yang sedang tinggal di Cikarang Utara. Traktir BA secangkir kopi. Secangkir saja ya! Juli 02, 2019.