Kereta Api, Museum, Sawahlunto, Sumatera Barat

Museum Kereta Api Sawahlunto

Museum Kereta Api Sawahlunto layak didirikan di bekas kota tambang batu bara di wilayah Sumatera Barat ini, karena memang memiliki sejarah yang cukup panjang dengan kereta besi. Sejarah yang tidak lepas dengan kegiatan eksploitasi tambang batu bara secara besar-besaran di daerah Sawahlunto oleh pemerintah kolonial Belanda.

Setelah penemuan kandungan batu bara yang mencapai 200 juta ton oleh WH de Greeve pada 1868, Belanda menanamkan modal 5,5 juta golden untuk membangun permukiman dan fasilitas perusahaan tambang batu bara Ombilin. Jalur kereta api Sawahlunto – Emma Haven (Teluk Bayur) pun dibangun, memulai sejarah perkeretaapian di Sumatera Barat.

Jalur Pulau Aie (Padang) - Padangpanjang selesai 12 Juli 1891, Padangpanjang - Bukittinggi selesai 1 November 1891, dilanjutkan jalur ke Solok yang selesai 1 Juli 1892. Jalur Solok - Muarokalaban dan jalur Padang - Telukbayur selesai secara bersamaan pada 1 Oktober 1892, dan akhirnya jalur Muarokalaban - Sawahlunto pun selesai pada 1 Februari 1894.

museum kereta api Sawahlunto
Museum Kereta Api Sawahlunto menempati ruangan di dalam bangunan Stasiun Kereta Api Sawahlunto ini. Gedung stasiun dibangun pada 1912 dan aktif hingga tahun 2003 manakala angkutan batu bara tidak lagi memakai kereta api. Sejak tahun itulah stasiun ini hanya digunakan untuk melayani kereta api wisata sewa dan reguler pada hari Minggu.

Pintu Museum Kereta Api Sawahlunto masih tertutup rapat ketika kami tiba di sana sekitar jam 7 pagi. Museum baru buka jam 07.30 pagi. Setelah sempat berbincang dengan kepala perawatan merangkap masinis serta kepala stasiun, petugas akhirnya datang membukakan pintu. Tiket masuk saat itu Rp.3.000 untuk umum dan Rp.1.000 untuk pelajar.

museum kereta api Sawahlunto
Ruangan Museum Kereta Api Sawahlunto yang ditata apik, dengan roda kereta asli dan dokumentasi foto masa kejayaan kereta api dan batu bara. Di jalur kereta api angkutan batu bara Sawahlunto - Teluk Bayur sejauh 151,5 Km dibangun lima stasiun, yaitu di Solok, Batubata, Padang Panjang, Kayu Tanam, dan Teluk Bayur. Dibutuhkan 10 jam non-stop untuk mengangkut batu bara melewati jalur ini, karena kondisi jalan yang menanjak dan berkelok.

Koleksi Museum Kereta Api Sawahlunto lainnya berupa peralatan seperti alat komunikasi, sinyal, pet, lampu, roda, baterai lokomotif, dsb. Seluruh koleksi museum berjumlah 106 buah. Saat itu ruangan audio-visual Museum Kereta Api Sawahlunto tampak sepi, mungkin hanya diputar jika diminta. Juga ada terompet langsir yang digunakan juru langsir saat berganti posisi loko, dengan semboyan maju dan mundur. Museum ini diresmikan pada 17 Desember 2005, merupakan museum kereta api kedua setelah Museum Kereta Api Ambarawa.

museum kereta api Sawahlunto
Koleksi Museum Kereta Api Sawahlunto berupa kelengkapan dan peralatan semboyan, yaitu pesan atau tanda yang memberikan isyarat berupa gerak tangan, sinyal, suara, bentuk, warna, atau cahaya untuk mengatur pengoperasian kereta api di sebuah stasiun. Diantaranya adalah lampu yang digunakan untuk memberi isyarat pada malam hari, serta eblek, yaitu tongkat dengan rambu berbentuk bundar.

Ada koleksi jam besar stasiun di Museum Kereta Api Sawahlunto yang sebelumnya digantung di dinding luar stasiun. Setiap pagi, semua stasiun di wilayah Sumatera Barat akan diberitahukan melalui morse untuk menyamakan jarum jam. Angka empat Romawi pada jam ini sama dengan angka pada Jam Gadang Bukittinggi, yang ditulis memakai angka IIII.

museum kereta api Sawahlunto
Dokumentasi foto Loko Uap Wisata Mak Itam seri E 1060 di Museum Kereta Api Sawahlunto. Loko aslinya saya lihat di dalam cungkup bengkel stasiun. Loko ini beroperasi kembali sejak 21 Februari 2009, dengan sewa Rp.3,5 juta untuk umum, dan Rp.1,5 juta untuk anak sekolah dan pelajar. Ada pula jadwal kereta api diesel yang beroperasi setiap hari Minggu dari Stasiun Padang Panjang Solok ke Stasiun Sawahlunto.

Lokomotif Mak Itam Museum Kereta Api Sawahlunto menggunakan batu bara, yang saya lihat terserak di depan tungku pembakaran loko, untuk memanaskan ketel uapnya. Lokomotif Mak Itam seri E 1060 itu dibuat di Jerman tahun 1965 dan beroperasi sejak 1966. Sempat dibawa ke Museum Kereta Api Ambawarawa pada 1996, sebelum dikembalikan ke Sawahlunto pada tahun 2008.

Gerbong KA Wisata Mak Itam berkapasitas 30 orang saat itu diletakkan sendirian di luar cungkup bengkel. Sedangkan di dalam bengkel ada satu gerbong kereta lagi yang berkapasitas 23 orang, serta satu gerbong VIP. Untuk sampai ke stasiun Muara Kalaban dibutuhkan waktu sekitar setengah jam, dengan kecepatan kereta rata-rata 10 km/jam saja. Menurut Pak Bukhari, kepala perawatan kereta api dan masinisnya yang saya temui di bengkel, tidak begitu mudah untuk mengoperasikan KA Wisata Mak Itam yang rem-nya manual ini, melewati terowongan Lubang Kalam sepanjang 835 m yang lintasan di separuh terowongannya naik menanjak.

Museum Kereta Api Sawahlunto

Jalan Kampung Teleng, Kelurahan Pasar, Kecamatan Lembah Segar, Kota Sawahlunto, Sumatera Barat. Telepon 0754-61023. Lokasi GPS: -0.6828877, 100.7770461, Waze. Jam Buka Selasa – Minggu: 08.00 – 17.00, Senin: Tutup. Tiket Masuk Umum: Rp 3.000, Pelajar dan anak-anak: Rp 1000, Kereta Api Mak Hitam (hanya hari Minggu) Rp. 50.000. Rujukan : Hotel di Sawahlunto, Peta Wisata Sawahlunto, Tempat Wisata di Sawahlunto.


Bagikan ke:
Facebook, Twitter, WhatsApp, Telegram, Email. Print!.

, seorang pejalan musiman dan penyuka sejarah. Penduduk Jakarta yang sedang tinggal di Cikarang Utara. Traktir BA secangkir kopi. Secangkir saja ya! Februari 26, 2018.