Saat itu mungkin kali pertama saya mendengar ada kain batik yang berasal dari daerah Sumatera Barat, namanya Batik Tanah Liek Citra Monalisa Padang. Tanah Liek adalah tanah liat dalam bahasa setempat, karena batik ini diwarnai dengan pewarna yang berasal dari tanah liat.
Batik Tanah Liek Citra Monalisa di Kota Padang ini adalah sebuah toko batik yang dimiliki oleh Wirda Hanim, seorang pengusaha wanita yang berhasil menghidupkan dan mempopulerkan kembali batik motif lokal yang beberapa waktu sebelumnya kabarnya sudah nyaris punah.
Sumatera Barat tentu saja lebih dikenal dengan songket dan kain tenun Pandai Sikek serta Silungkang, ketimbang kain batik yang terlanjur lekat dengan kerajinan tangan yang diwariskan secara turun temurun di kota-kota pesisir pantai utara serta di pedalaman Pulau Jawa dan Madura.
Ada cukup banyak koleksi Batik Tanah Liek Citra Monalisa yang dipajang saat itu di ruangan toko. Mungkin karena ada motif burung hong (phoenix) pada batik tanah liek kuno yang masih tersisa, maka ada dugaan bahwa batik tanah liek berasal dari Cina.
Namun pengaruh Cina memang terasa pada produksi batik di Jawa ketika Cina perantauan mulai masuk ke Jawa pada abad ke-13, dan mulai membuat motif Cina pada batik sejak abad ke-19. Sehingga yang lebih mungkin adalah pedagang Cina dari Jawa yang membawanya ke ranah Minang, ketimbang pedagang Cina yang membawa kain dari negeri Cina, karena batik adalah warisan budaya nasional.
Wirda Hanim, pemilik Batik Tanah Liek Citra Monalisa, saat itu masih melayani pelanggan di tokonya yang berada di Jalan Sawahan Dalam 33, Padang. Wirda Hanim pertama kali melihat peninggalan batik tanah liek ketika mengikuti upacara adat pengangkatan kepala nagari pada 1994 di Kenagarian Sumani, kampungnya yang berada di Kabupaten Tanah Datar.
Motif kain koleksi Batik Tanah Liek Citra Monalisa ada beraneka rupa, mulai dari berbagai jenis daun, kelinci, jam gadang, dan binatang bersayap seperti capung berbadan langsing panjang, dengan warna tanah liat. Motif-motif khas lainnya adalah sirih dalam carano, tumbuhan merambat, pucuk rebung, keluk daun pakis, kucing tidur, lokcan, batang kayu, tari piring, kipas, dan motif-motif Cina.
Kerena tidak ada lagi yang membuat batik tanah liek selama puluhan tahun, maka timbul niatnya untuk membuat batik tanah liek ini, dan ia pun melakukan eksperimen untuk mendapatkan warna tanah liat yang sesuai. Berbagai usaha dilakukannya, termasuk mengikuti kursus membatik, dan mendatangkan pembatik dari Yogyakarta, namun hasilnya belum memuaskannya.
Kemauan keras Wirda akhirnya membuka jalan, meski pada sisi yang sering tidak terduga. Adalah pelajaran membuat warna hiasan kue pengantin dan kue ulang tahun yang pernah diikutinya di Jakarta yang menginspirasinya membuat percobaan dengan menggunakan pewarna sintetis, dan berhasil mendapatkan warna batik tanah liek pada dua dari sepuluh kain yang dicobanya.
Beberapa piagam penghargaan dari pemerintah dan BUMN menghias dinding toko Batik Tanah Liek Citra Monalisa, disamping salah satu batik koleksinya yang terlihat cantik dan anggun. Di toko ini ada pula bordir yang merupakan usaha awal Wirda Hanim, sebelum mulai menggeluti Batik Tanah Liek.
Usaha bordir ini sempat sementara dikesampingkannya ketika ia tengah giat-giatnya mengembangkan usaha Batik Tanah Liek-nya. Fokus, dan menentukan prioritas yang baik adalah apa yang dilakukannya, sehingga Wirda Hanim bisa berhasil mengembangkan Batik Tanah Liek Citra Monalisa. Dukungan berbagai pihak kepadanya juga ikut berperan pada keberhasilannya.
Selain dugaan pengaruh batik yang dibawa para pedagang Tionghoa, ada yang menduga bahwa batik tanah liek dibawa oleh seorang puteri bangsawan Minang yang menikah dengan Adityawarman. Bagaimana pun, penemuan teknik pembuatan pewarnaan pada Batik Tanah Liek Citra Monalisa adalah berkat usaha keras dari Wirda Hanim.
Batik Tanah Liek Citra Monalisa di Kota Padang ini adalah sebuah toko batik yang dimiliki oleh Wirda Hanim, seorang pengusaha wanita yang berhasil menghidupkan dan mempopulerkan kembali batik motif lokal yang beberapa waktu sebelumnya kabarnya sudah nyaris punah.
Sumatera Barat tentu saja lebih dikenal dengan songket dan kain tenun Pandai Sikek serta Silungkang, ketimbang kain batik yang terlanjur lekat dengan kerajinan tangan yang diwariskan secara turun temurun di kota-kota pesisir pantai utara serta di pedalaman Pulau Jawa dan Madura.
Ada cukup banyak koleksi Batik Tanah Liek Citra Monalisa yang dipajang saat itu di ruangan toko. Mungkin karena ada motif burung hong (phoenix) pada batik tanah liek kuno yang masih tersisa, maka ada dugaan bahwa batik tanah liek berasal dari Cina.
Namun pengaruh Cina memang terasa pada produksi batik di Jawa ketika Cina perantauan mulai masuk ke Jawa pada abad ke-13, dan mulai membuat motif Cina pada batik sejak abad ke-19. Sehingga yang lebih mungkin adalah pedagang Cina dari Jawa yang membawanya ke ranah Minang, ketimbang pedagang Cina yang membawa kain dari negeri Cina, karena batik adalah warisan budaya nasional.
Wirda Hanim, pemilik Batik Tanah Liek Citra Monalisa, saat itu masih melayani pelanggan di tokonya yang berada di Jalan Sawahan Dalam 33, Padang. Wirda Hanim pertama kali melihat peninggalan batik tanah liek ketika mengikuti upacara adat pengangkatan kepala nagari pada 1994 di Kenagarian Sumani, kampungnya yang berada di Kabupaten Tanah Datar.
Motif kain koleksi Batik Tanah Liek Citra Monalisa ada beraneka rupa, mulai dari berbagai jenis daun, kelinci, jam gadang, dan binatang bersayap seperti capung berbadan langsing panjang, dengan warna tanah liat. Motif-motif khas lainnya adalah sirih dalam carano, tumbuhan merambat, pucuk rebung, keluk daun pakis, kucing tidur, lokcan, batang kayu, tari piring, kipas, dan motif-motif Cina.
Kerena tidak ada lagi yang membuat batik tanah liek selama puluhan tahun, maka timbul niatnya untuk membuat batik tanah liek ini, dan ia pun melakukan eksperimen untuk mendapatkan warna tanah liat yang sesuai. Berbagai usaha dilakukannya, termasuk mengikuti kursus membatik, dan mendatangkan pembatik dari Yogyakarta, namun hasilnya belum memuaskannya.
Kemauan keras Wirda akhirnya membuka jalan, meski pada sisi yang sering tidak terduga. Adalah pelajaran membuat warna hiasan kue pengantin dan kue ulang tahun yang pernah diikutinya di Jakarta yang menginspirasinya membuat percobaan dengan menggunakan pewarna sintetis, dan berhasil mendapatkan warna batik tanah liek pada dua dari sepuluh kain yang dicobanya.
Beberapa piagam penghargaan dari pemerintah dan BUMN menghias dinding toko Batik Tanah Liek Citra Monalisa, disamping salah satu batik koleksinya yang terlihat cantik dan anggun. Di toko ini ada pula bordir yang merupakan usaha awal Wirda Hanim, sebelum mulai menggeluti Batik Tanah Liek.
Usaha bordir ini sempat sementara dikesampingkannya ketika ia tengah giat-giatnya mengembangkan usaha Batik Tanah Liek-nya. Fokus, dan menentukan prioritas yang baik adalah apa yang dilakukannya, sehingga Wirda Hanim bisa berhasil mengembangkan Batik Tanah Liek Citra Monalisa. Dukungan berbagai pihak kepadanya juga ikut berperan pada keberhasilannya.
Selain dugaan pengaruh batik yang dibawa para pedagang Tionghoa, ada yang menduga bahwa batik tanah liek dibawa oleh seorang puteri bangsawan Minang yang menikah dengan Adityawarman. Bagaimana pun, penemuan teknik pembuatan pewarnaan pada Batik Tanah Liek Citra Monalisa adalah berkat usaha keras dari Wirda Hanim.
Batik Tanah Liek Citra Monalisa
Alamat : Jalan Sawahan Dalam 33, Padang, Telp 0751 37465. Lokasi GPS : -0.94622, 100.36959, Waze. Jam buka pagi hingga malam hari. Hotel di Padang, Tempat Wisata di Padang, Peta Wisata Padang.Sponsored Link
Sponsored Link
Sponsored Link
Bagikan ke:
Facebook, Twitter, WhatsApp, Telegram, Email. Print!.