Foto Situ Patengan

Situ Patengan Ciwidey Bandung yang terlihat sangat cantik ini kami lihat dari jalanan beberapa saat sebelum sampai ke tempat parkir kendaraan. Situ ini dikelilingi oleh tanaman teh yang dikelola oleh Perkebunan Teh Rancabali. Perkebunan teh yang sangat luas itu memberi ruang resapan air yang sangat mencukupi dan membantu kelestarian danau elok ini.



Pemandangan perkebunan teh yang dikelola Perkebunan Teh Ranca Bali ini terlihat menyejukkan, dan berada di sekitaran Situ Patengan dengan kontur berbukit-bukit. Pepohonan di belakang kebun teh ini adalah merupakan bagian dari hutan lindung kehutanan.



Sebuah gundukan bukit kecil terlihat di tepian perkebunan teh yang sekaligus juga menjadi tepian dari Situ Patengan. Dari puncak bukit yang rendah itu mestinya keelokan pemandangan sekitaran danau bisa dinikmati dengan leluasa.



Sepetak tanah ramping menjorok jauh ke dalam air Situ Patengan, dihias pohon cemara, terlihat indah dan menjadi tempat nyaman untuk duduk-duduk menikmati pemandangan di tengah hawa sejuk nyaman pada ketinggian 1600 mdpl.



Gerumbul pepohonan di sisi sebelah kanan perkebunan teh ini berada di kawasan wisata Situ Patengan. Jika saja menginap di penginapan tepi danau maka akan cukup waktu untuk menelusuri setiap jengkal tanah menarik yang berada di sekeliling dan di tengah danau.



Pandangan lebih dekat pada area semacam laguna dan tanjung di sisi Situ Patengan, memperlihatkan adanya gazebo di tepian danau dan lintasan jalan setapak untuk menuju ke sana. Sayang kami tak sempat menyambangi tempat itu.



Sebuah perahu wisata baru saja berangkat meninggalkan tepian Situ Patengan menuju Pulau Asmara, yang jika melihat awal keberangkatannya kelihatannya adalah perahu sewaan. Sementara perahu wisata reguler tampaknya berangkat dari undakan turun yang berada di sebelah kiri atap perahu yang berwarna biru di ujung sana.



Pemandangan setelah beberapa saat kemudian ketika perahu wisata itu sudah mulai agak jauh meninggalkan tepian danau.



Perahu semakin jauh lagi meninggalkan tepian danau, memotong tengah danau untuk menuju ke 'pulau' di tengah danau dimanan di sana terdapat Batu Cinta.



Deretan perahu di tepian pantai masih setia menunggu pengunjung yang hendak menikmati keindahan panorama sekitar danau dari atas perahu. Akan baik bagi pengunjung dan pemilik perahu jika ada kepastian harga sewa yang wajar, baik di hari biasa maupun hari libur.



Gerumbul pepohonan yang cukup lebat terlihat di seberang sana, memberi keteduhan pada pandang mata, dan keberadaannya sangat membantu dalam menjaga kesehatan lingkungan dan udara di sekitar danau.



Panorama Situ Patengan dengan sebuah pulau yang berada di sisi sebelah kanan area wisata. Waktu terbaik untuk pergi ke tempat ini agaknya adalah pagi hari, ketika matahari belum naik dan sinarnya masih hangat. Jika datang sore hari maka beresiko turun hujan.



Pemandangan ke arah Pulau Asmara dari tepian Situ Patengan. Menurut legenda pulau ini merupakan jejadian dari kapal yang dibuat oleh Ki Santang untuk memenuhi keinginan Dewi Rengganis.



Panorama yang diambil dari tepian danau dimana terdapat deretan perahu yang tengah menunggu penumpang. Di tempat ini juga disewakan perahu angsa yang bergerak dengan cara digenjot dengan kaki.



Perahu-perahu angsa para pelancong tampak mengambang di atas permukaan danu. Air danau yang relatif tenang membuat nyaman pengunjung yang hendak menikmati suasana alam sekitar dari atas perahu angsa.



Sebuah perahu yang sarat penumpang tampak melintas di ujung sana, dengan latar pepohonan rimbun di tepian danau.



Masih pemandangan yang mengarah ke Pulau Asmara. Area di ujung danau sebelah sana itu, jika dilihat dari udara, tampaknya sekarang sudah dikembangkan dan menjadi salah satu spot yang patut dikunjungi jika ke Situ Patengan.



Sebuah bukit kecil di area wiasata Situ Patengan dengan prasasti yang berisi tulisan mengenai legenda dan riwayat tentang danau ini.



Perahu wisata di latar depan dan di latar ujung sana terlihat beberapa buah rumah yang berdiri di tepian danau. Penataan pendirian bangunan yang ketat perlu dilakukan untuk menjaga kelestarian lingkungan di sekitar danau.



Sejumlah perahu tengah mengalami perbaikan dan perawatan. Suatu indikasi yang baik, karena setidaknya ada perhatian terhadap kondisi perahu yang sudah tak layak lagi. Keselamatan adalah faktor yang sangat penting bagi pengunjung, dan bagi pelaku bisnis wisatanya sendiri.



Pemandangan yang saya ambil sesaat setelah kami naik ke dalam perahu untuk menikmati suasana danau dari atas air, dan untuk mengunjungi Pulau Asmara.



Moncong perahu tampak sudah mengarah ke Pulau Asmara yang berada di sisi sebelah kanan. Kami menyewa perahu agar lebih leluasa dari sisi waktu, namun sebenarnya tak perlu jika saja kami sedikit sabar untuk menunggu bersama pengunjung lain.



Suasana yang terlihat di Pulau Asmara yang terlihat gundul tanahnya di bagian depan, oleh sebab terlalu sering diinjak pengunjung dan tidak dilakukan perawatan ulang. Sebuah gazebo dan atap sebuah warung juga tampak di sana.



Tulisan yang berbunyi "Lokasi Batu Cinta" terlihat mata manakala perahu yang kami tumpangi mendekati bibir pulau kecil itu.



Tengara tentang Batu Cinta yang berbunyi "Di kaki Gunung Patuha yang udaranya sejuk serta panorama alamnya yang indah, terbentang sebuah danau yang konon danau ini mengkisahkan dua insan yang telah lama berpisah (ki Santang dan Dewi Rengganis). Karena asmaranya yang begitu dalam akhirnya mereka dipertemukan kembali di sebuah tempat yang sampai sekarang disebut "Batu Cinta". Batu inilah yang menjadi saksi bisu dipertemukannya kembali cinta mereka".



Perahu yang kami tumpangi. Bentuknya ramping memanjang, dengan tempat duduk dari papan kayu yang dijajar dari depan ke belakang. Atap berupa kain terpal menutupi tiga perempat perahu, dan ada plastik tergulung di sebelah kiri kanan perahu yang akan dibuka jika hujan turun.



Pemandangan yang saya ambil dari tepian Pulau Asmara di bagian ujungnya. Ada sejumlah bebatuan di sana, namun tak ada yang terlihat terlalu istimewa.



Panorama elok yang saya ambil dari atas Pulau Asmara, dikelilingi oleh pohon teh yang rimbun.



Sudut pandang pada sisi Pulau Asmara lainnya yang memilik lereng cukup curam, meski ada pohon teh di sana yang tentu tak akan begitu mudah ketika hendak memetik daunnya.



Pemandangan Situ Patengan yang indah dan tenang, serta Pulau Asmara dilihat dari perbukitan yang berada di atas Batu Cinta.



Melangkah lebih jauh lagi untuk menelusuri perbukitan teh di Pulau Asmara saya mendapatkan pemandangan panorama seperti ini. Di bawah sana tampaknya enak untuk duduk-duduk memadu kata.



Memandang ke semua arah, hanya keindahan yang tampak di mata. Cuaca pun agak bersahabat ketika itu, sedikit berawan namun tidak hujan. Di sebelah kanan tampak seorang pengunjung wanita tengah bercanda dengan temannya.



Deretan kursi di dalam perahu yang kami tumpangi. Setiap deret bangku kayu yang diberi senderan punggung itu bisa diduduki 2 orang dengan nyaman. Tukang perahu tampak memegang kemudi di samping motor yang mendorong perahu melaju ke depan. Secara umum perahu-perahu di Situ Patengan dalam kondisi yang baik.



Pemandangan yang tertangkap kamera pada saat kami kembali dari Pulau Asmara dan hendak mendarat di tempat dimana kami naik ke atas beberapa menit sebelumnya.



Tengara yang berisikan kisah legenda seputar Situ Patengan. Tengara ini berada di dekat lokasi dermaga perahu wisata. Situ Patengan berasal dari bahasa Sunda Pateangan-teangan, atau saling mencari. Adalah Ki Santang dan Dewi Rengganis yang telah lama berpisah, sehingga membuat mereka saling mencari. Cinta kasih yang begitu dalam, membuat mereka dipertemukan di tempat yang kemudian dikenal sebagai "Batu Cinta". Dewi Rengganis meminta kepada Ki Santang untuk dibuatkan danau dan perahu berbentuk hati. Permintaan itu dikabulkan, sehingga tercipta Situ Patengan, dan perahu itu kemudian menjadi Pulau Asmara atau Pulau Sasaka. Pasangan yang singgah di Batu Cinta, dan mengelilingi Pulau Asmara, konon akan senantiasa mendapatkan berkah cinta abadi.



Beberapa orang pria tampak tengah bekerja memperbaiki perahu untuk menyambut musim liburan yang saat itu hampir tiba.



Memperbaiki bagian yang rusak dan mengecat ulang perahu akan membuatnya menjadi lebih aman dan terlihat jauh lebih cantik untuk menyenangkan para pelancong yang datang ke danau.



Pemandangan lainnya pada pangkalan perahu wisata dan perahu angsa. Saat itu belum dibuat dermaga perahu yang memadai. Mudah-mudahan semakin lama kawasan ini akan semakin cantik dan layak dikunjungi bukan hanya wislok tapi juga wisman.



Sebuah perahu yang tampak baru saja dicat ulang tampak terlihat cantik di tepian danau.



Pemandangan yang saya ambil ketika masih berada di atas perahu. Jika saja infrastruktur jalan ke wilayah ini sudah sangat baik, dengan jalan arteri lebar dan akses langsung dari jalan tol, tempat ini bisa menarik investor besar untuk mengembangkannya menjadi kawasan wisata modern dengan tetap mempertahankan kelestarian alamnya.



Sebuah batu besar tampak di tepian danau, dengan batu-batu kecil di sekitarnya. Jika setiap batu berasal dari magma yang membeku, maka entah dari letusan gunung mana yang membawa lahar hingga sampai ke tempat ini.



Pemandangan elok lainnya yang saya sempat ambil dari tepian Pulau Asmara, dengan perahu yang kami tumpangi tengah menunggu di bawah sana.



Pemandangan panorama yang dibuat dari tiga buah frame foto yang memperlihatkan bentang Situ Patengan dengan perkebunan teh serta hutan lindung yang mengelilinginya. Bersyukur bahwa masih ada area terbuka hijau sangat luas seperti ini, yang harus terus dijaga agar tidak dijarah menjadi area permukiman.



©2021 Ikuti