Hok Tek Ceng Sin juga dikenal sebagai Thouw Te Kong atau dewa bumi dan dewa keberuntungan. Tugas dewa bumi adalah untuk menjaga agar kehidupan rakyat aman, bahagia dan banyak rejeki. Selain itu ia juga mencatat perbuatan jahat dan melaporkannya kepada Seng Hong (Dewa Penjaga Kota) untuk bahan pemeriksaan pada waktu orang meninggal. Dulu pemujaan kepada Dewa Bumi biasanya dilakukan setelah panen raya.
Wangi-wangian di dalam kelenteng lazimnya sengaja diciptakan oleh pengelola untuk membantu memberi suasana yang kondusif bagi umat ketika bersembahyang. Selain wewangian dari pembakaran hio dan lilin, bunga sedap malam dan sejumlah bunga lainnya juga sering diletakkan di atas meja altar untuk memberi keharuman.
Dahulu tambur dan genta digunakan sebagai petunjuk waktu. Pada pagi hari, genta dipukul dahulu baru kemudian tambur dipukul, dan pada sore hari tambur dulu yang dipukul baru kemudian genta dibunyikan. Tambur dan genta biasanya selalu ada di setiap kelenteng sebagai tanda dimulainya ritual ibadah.
Salah satu dari tiga arca Tek Hay Cin Jin (Kwee Lak Kwa) di Kelenteng Po An Thian yang dipuja sebagai dewa perdagangan. Sebuah versi menyebutkan bahwa ia adalah salah seorang tokoh pemberontak yang melawan VOC sekitar tahun 1741-1742, dan perahunya ditenggelamkan oleh Belanda disekitar perairan Tegal. Ada pula yang percaya bahwa ia pernah tinggal di Tegal dan mengajarkan cara-cara bertani dan bernelayan. Karena jasanya yang besar, ia mendapatkan Tao serta mencapai tingkat Cin Jin (Dewa).
Sponsored Link