Foto Museum Indonesia

Tampak samping Museum Indonesia TMII Jakarta. Patung naga menghiasi jembatan masuk ke ruang museum, lambang jembatan yang dibuat pasukan wanara anak buah Raja Wanara Sugriwa, saat Rama menyerbu Alengka. Dalam kisah Ramayana versi Jawa, jembatan itu bernama Situbondo atau Situbondolayu yang dirancang Hanila, kera sakti berbulu biru tua anak angkat Batara Narada, penasihat dan tangan kanan Batara Guru, raja kahyangan versi pewayangan Jawa.



Relief Kala berukuran besar terpasang di atas pintu masuk Museum Indonesia TMII, dengan naga menjadi penghias pilarnya. Pintu museum berhias suluran dan bebungaan yang elok. Saat itu kursi jati berukir lengkap untuk resepsi sudah terpasang, siap menjadi tempat duduk pengantin. Dengan tata lampu, berhias relief Kala, arca, dan bias cahaya kolam, akan menjadi acara pesta pernikahan agung bak raja jaman dahulu.



Lantai dua Museum Indonesia TMII bertema Manusia dan Lingkungan, diantaranya diorama upacara adat tedak siten atau turun tanah. Ada pula diorama tentang ritual tradisi tujuh bulan, khitanan, potong gigi, dan penobatan datuk.

Museum ini menyimpan benda-benda dari kayu jati dan logam, diantaranya gebyok, tombak, lampu antik, lemari dan meja kayu jati, serta manekin pria berpakaian adat Jawa yang sedang membersihkan bilah keris.



Arca Ganesha dari perunggu ini duduk di atas tengkorak manusia. Lantai 3 yang bertema Seni dan Kriya memamerkan perhiasan dari perak, kuningan, tembaga, kayu, serta keramik, juga koleksi tenun ikat, songket, batik, serta mata uang kuno kertas dan uang kepeng.



Instalasi batang pohon terbalik yang memperlihatkan akar-akarnya adalah salah satu diantara pohon tua yang dipajang di pelataran Museum Indonesia TMII. Di sebelah kanan tampat meja pesta telah dipasang untuk acara resepsi pernikahan pada malam harinya.



Patung naga di jembatan menuju pintu masuk Museum Indonesia TMII. Jembatan ini melambangkan jembatan yang dibuat pasukan wanara (kera) anak buah Raja Wanara bernama Sugriwa, saat Rama hendak menyerbu Rahwana di Kerajaan Alengka.



Ornamen Kala ini dibuat dengan detail yang sangat indah, namun tak jelas siapa yang membuatnya. Mengingat nama besar Soeharto pada jaman itu, tentulah dibuat oleh perupa arca terbaik yang ada di negri ini. Menariknya, diantara kedua telapak tangan dan kepala Kala yang besar, ada lagi kepala Kala berukuran kecil pada posisi menyamping.



Di lantai satu Museum Indonesia TMII teradapat gelaran lukisan peta Indonesia dengan motif batik mega mendung berjudul Citra Indonesia. Lukisan Garuda di sebelah kiri melambangkan dunia atas, menonjolkan unsur udara, awan, dan cahaya, yang disebut bapak angkasa. Naga bersisik kemerahan yang kepalanya di sisi kanan menjadi perlambang dunia bawah, menonjolkan unsur air dan bumi, biasa disebut ibu pertiwi. Keduanya melambangkan perpaduan keseimbangan gerak alam yang saling bertentangan namun tak terpisahkan.



Lantai satu Museum Indonesia TMII bertema Bhinneka Tunggal Ika, dengan sajian ragam budaya bangsa, seperti pakaian pasangan pengantin dan pakaian adat, alat musik daerah, dan wayang (kulit dan golek) dari seluruh suku. Semua pakaian itu terawat baik dan disimpan di ruangan berpendingin cukup dengan penataan cahaya memadai.



Pakaian Pengantin dari Tapanuli Selatan. Pada pria tutup kepalanya disebut Ampu, bajunya disebut Baju Godang, dengan selipan dua buah pisau kecil yang disebut bobat di dalam kain songket. Sedangkan pada wanita penutup kepalanya disebut Bulang.



Pakaian pengantin dari daerah Jambi. Penutup kepala pada wanita disebut Pasangkon, baik pengantin wanita dan pria mempergunakan hiasan dada. Sulaman benang berwarna keemasan membuat pakaian pengantin ini terkesan mewah.



Pakaian pengantin tradisional dari Bali dan Jawa Timur. Calon pengantin yang akan menyewa Museum Indonesia untuk resepsi pernikahan bisa melihat pakaian pengantin tradisional dari seluruh Indonesia di sini, dan bisa menjadikannya sebagai inspirasi.



Jejeran wayang lengkap dengan kelirnya. Wayang yang ditengah kiri bentuknya aneh, mungkin punakawan, demikian juga bentuk kedua wayang yang berhadapan paling depan. Wayang Jawa atau Wayang Purwa cerita besarnya diadopsi dari kisah Mahabharata dari India, namun wayang menggambarkan pola pikir orang Jawa.



Jejeran Wayang Golek dan Wayang Tengul dari Bojonegoro. Wayang tenguljuga disebut wayang menak, sejenis dengan wayang golek namun bentuk dan perniknya berbeda. Ada yang menyebut bahwa Wayang Tengul bermula ketika Sunan Kalijaga memainkan wayang golek buatan masyarakat untuk merayakan selesainya pembangunan Masjid Agung Demak.



Di sebuah ruang kaca terdapat seperangkat gamelan komplit asli, manekin para penabuh berpakaian Jawa lengkap, dua sinden, dalang yang tengah menampilkan Hanoman dan Kumbakarna, serta jejeran wayang kulit lengkap, kelir, dan blencong.



Instalasi ruang dalam rumah tradisional di Jawa Tengah. Pria yang duduk itu tengah membersihkan keris. Di sekitarnya ada dakon, vas bunga dari kuningan, kepala menjangan yang diawetkan, lampu kayu, meja kayu berlapis kaca, lemari kayu jati, tombak dari bahan kayu jati, dan gebyok atau penyekat ruangan.



Lesung dengan relief sepasang naga bermahkota dalam posisi berhadapan dengan seikat padi di tengahnya. Pada kaki-kaki lesung juga ada relief untaian padi. Lesung ini terkesan sangat indah, dan hanya bisa dimiliki oleh bangsawan.



Perlengkapan tradisional untuk masa panen, diantaranya adalah Geblokan untuk merontokkan gabah atau kedele yang terbuat dari kayu, Cetakan Gula Aren yang terbuat dari tanah liat, Gilingan Jagung terbuat dari kayu, Rejangan Tembakau juga dari kayu, Pikulan Legen untuk mengangkut tuak, dan Coker dari kayu untuk membalik atau mengaduk kedele.



Upacara tujuh bulan pada masyarakat Jawa. Perlengkapannya meliputi kain batik untuk penutup tubuh saat siraman, Jambangan dari tanah liat untuk tempat air, Buah-buahan, Mangkon da Baki dari tanah liat untuk tempat air, Anglo untuk membakar dupa, kendi berpenutup untuk air minum, Gentong tempat air, serta kelapa muda dan golok.



Tengara pada dinding ketika kami baru saja mendaki undakan dan sampai di lantai tiga yang berisikan Seni dan Kriya atau kerajinan tangan. Dinding sebelahnya yang berwarna kelabu dihias relief yang indah. Di pojok kiri terdapat patung raja kera Subali.



Melongok ke luar saat hendak menuju ke lantai tiga Museum Indonesia TMII, terlihat beragam patung yang diambil dari kisah Ramayana, dengan detail ukiran yang halus dan indah.



Olyve tengah memotret bagian bawah Pohon Hayat atau Pohon Kehidupan. Pada bagian bawah itu terdapat relief Kala, dan seperti ada pintu di bawahnya. Bagian bawah pohon ini berbentuk potongan bola yang mungkin melambangkan bumi. Pohon mitos inu cukup besar dan tinggi.



Pohon Hayat atau Pohon Kehidupan diletakkan di bagian tengah lantai tiga Museum Indonesia TMII. Koleksi dengan tinggi 8 m dan lebar 4 m ini dibuat sepenuhnya dari tembaga. Pohon Hayat merupakan lambang alam semesta dengan unsur udara, air, angin, tanah, dan api. Selain suluran, terdapat pula ukiran Burung Garuda, naga di setiap sisi dengan kepala berada di bawah, serta ukiran Kala.



Decyca (R.I.P) dan Olyve berada di area di lantai 3 dimana dipamerkan puluhan keris dengan ornamen indah. Keris-keris itu ada yang masih tersimpan di dalam wrangkanya, ada juga yang telanjang memperlihatkan jenis dan jumlah lekuk serta pamor yang dimilikinya.



Sejumlah mata uang kertas lawas koleksi Museum Indonesia di TMII dengan berbagai nominal, asal dan tahun terbit. Ada uang kertas yang diterbitkan di Jakarta, di Sumatera Selatan, uang logam yang diterbitkan di Kepulauan Riau, dan beberapa uang daerah lainnya.



Pohon Hayat (Tree of Life) yang berada di tengah-tengah ruangan di lantai 3 Museum Indonesia, kabarnya dikerjakan bersama oleh beberapa seniman ukir dari Asmat, Bali, Jepara, dan Toraja. Di sebelah kiri terdapat miniatur kapal Majapahit



Sejumlah perhiasan kalung yang indah dan anggung. Ada Kalung Marjan berwarna merah tanah dan hijau asal Kalimantan, Kalung Merjan berhias traing babi dan manik-manik biru asal Kalimantan, Kalung Koral warna merah muda dengan hiasan bunga kecil logam pipih denganlintin orang diapit naga asal Sumatera, Kalung Merjan dengan kotak jimat asal Bengkulu.

Ada pula Kawet Bajee Meu Anteng-Anteng yang dipakai sebagai hiasan dada atau hiasan kalung bermata yakut asal Aceh, Kalung Tenggalan Kecil bersusun tiga bermata yakut asal Jawa Tengah, Kalung Tangalan Besar susun tiga bermata yakut dan batu merah asal Jawa Tengah, liontin bentuk teratai dan uang kepeng berlubang di tengahnya lambang Syiwa asal Bali, Kalung Tanggalan bermata intan dan batu mirah asal Jawa, dan beberapa buah kalu elok lainnya.



Instalasi yang memperlihatkan proses membatik yang dilakukan dengan cara tradisional oleh seorang wanita. Kata batik berasal dari kata Jawa "tik", yang memiliki pengertian berhubungan dengan suatu pekerjaan halus, lembut, dan kecil yang mengandung unsur keindahan. Secara teknis, batik adalah sebuah cara penerapan corak di atas kain melalui proses celup rintang dengan malam sebagai bahan perintang dan melibatkan pemakaian zat pewarna alami atau buatan.



Sejumlah gelang yang terlihat antik dan elok. Diantaranya Gelang Poto Lola (Ponto Si Papa) asal Sulawesi Selatan, Gelang dengan bentuk hiasan cupu asal Karawang, Gelang Ulan-Ulan yang kepala dan ekornya dihiasi mata yakut asal Yogyakarta, Gelang tangan asal Kalimantan, dan Gekang Gading untuk wanita muda asal Flores, serta dua buah gelang lainnya.



Bura-Bura, yang terbuat dari kuningan, biasa dipakai di dahi dan leher baik oleh pria maupun wanita dalam upacara adat. Perhiasan ini bisa dijumpai di daerah Batak, Sumatera Utara.



Perhiasan dari Batak Karo lainnya adalah Padung-Padung yang dipakai sebagai hiasan telinga, diletakkan pada ujung-ujung ikat kepala. Padung yang kiri diletakkan agak ke belakang. Lalu ada Hiasan Kepala Wanita dari bahan logam, dan Rai yang dipakai sebagai hiasan kepala bagian belakang terbuat dari kuningan. Ada pula Gelang Karo yang terbuat dari kuningan.



Snowbay Watertainment TMII yang saya lihat dari Ruang Pandang di lantai empat Museum Indonesia TMII. Ruang Pandang ini memiliki pemandangan luas ke delapan penjuru angin kompleks TMII.



Bergeser sedikit ke arah kanan terlihat area di dalam komplek TMII dengan sebuah tiang kereta gantung di sebelah kanan. Sebuah kereta gantung tampak baru saja melewati tiang tinggi berwarna orange iitu. Tak ingat saya apakah pernah naik kereta gantung ini.



Bergeser ke arah sisi depan, masih di Ruang Pandang lantai empat, saya bisa mendapatkan pemandangan Kori Agung atau Gapura Paduraksa di gerbang depan Museum Indonesia TMII. Di latar belakangnya Teater Imax Keong Mas, dan di latar depan terlihat tenda-tenda untuk pesta pernikahan.



Orang-orang berkumpul berdempetan di bawah tong air besar yang baru saja menumpahkan isinya, sementara orang-orang menyaksikan dari pinggiran kolam. Atraksi ini memang menarik perhatian.



Tumpahan air yang membentuk buih putih seperti kapas sudah separuh jalan melewati papan besar yang dibuat miring. Di sebelah kanan terdapat luncuran rendah yang dumulai dari dalam perut sebuah ikan paus raksasa.



Ujung air tumpah sudah sampai ke bawah dan mengguyur orang-orang yang telah menunggunya sejak tadi, sementara air di atas masih belum lagi habis. Buih putih air tumpah selaras dengan tema tempat ini dengan salju putih dan penguin di sekelilingnya.



Pemandangan saat air sudah tumpah seluruhnya dari dalam tong raksasa di puncak menara, membuat kerumunan orang di bawahnya sepenuhnya tertutup oleh butir dan kabut air. Pemandangan ini sungguh menghibur setelah melihat koleksi Museum Indonesia.



Tengara peresmian renovasi Ruang Pandang Museum Indonesia Taman Mini Indonesia Indah pada 3 Mei 2012 yang disponsori oleh sebuah perusahaan otomatif. Ruang Pandang ini saya kira belum banyak diketahui oleh pengunjung TMII.



Kali kedua saya melihat air tumpah dari tong raksasa tampak ada dua kereta gantung yang tengah lewat di sisi kiri dan kanan. Sebuah momen yang pas buat penumpang kedua kereta gantung itu.



Menonton tong tumpah dari atas memang mengasyikkan. Pasti lebih mengasyikkan lagi jika berada di bawah tong dan merasakan guyuran air yang banyak dalam waktu singkat.



Tong pada posisi tegak lurus dengan air di dalamnya sudah tumpah semua. Dua saluran air di atasnya terus mengisi tanpa henti, sampai wahana ini ditutup dan suasana menjadi sepi. Tong pun perlu beristirahat ....



©2021 Ikuti