
Pada tembok pilar penyangga Jembatan Kota Intan yang terlihat sangat kekar ini terlihat ada tengara "No.21", sebuah ketaklaziman karena jarang sekali ada sebuah jembatan yang mendapatkan nomor identitas layaknya sebuah rumah.

Ada lampu sorot besar di sebelah kiri bawah yang dipasang pada halaman Jembatan Kota Intan, terpisah sekitar satu meter dari undakan terbawah jembatan. Lampu sorot itu masih terlihat cukup rapi, meskipun warnanya sudah agak kusam terkena panas dan hujan.

Susunan kayu pada lantai dasar Jembatan Kota Intan yang terlihat tertata rapi setelah direnovasi, namun saya tidak terlalu yakin untuk mencoba lewat di atasnya padahal mestinya masih cukup kuat untuk menopang tubuh yang tak terlalu besar ini. Alhasil saya pun hanya melihat jembatan ini dari samping saja.

Pandangan pada sisi kanan Jembatan Kota Intan yang memperlihatkan beton yang ditanam di Kali Besar untuk menopang bentang jembatan.

Sistem lampu pada bagian kiri Jembatan Kota Intan. Mungkin memang akan menarik untuk melihat bagaimana lampu-lampu itu menyala menerangi Jembatan Kota Intan.

Sistem lampu yang dipasang di sebelah kanan Jembatan. Jembatan Kota Intan dikenal sebagai Jembatan Pasar Ayam karena pada tahun 1900-an di sisi jembatan pernah dijadikan pasar ayam yang ramai dikunjungi orang.

Jembatan Kota Intan dikenal sebagai Jembatan Pasar Ayam karena pada tahun 1900-an di sisi jembatan pernah dijadikan pasar ayam yang ramai.

Rantai-rantai yang dipergunakan untuk menarik jembatan agar terbuka masih terpasang pada tiang jembatan. Rantai itu terlihat sangat kecil, dan tak jelas apakah memang rantai aslinya dan apakah masih sanggup untuk menjalankan fungsinya dengan baik.

Sponsored Link