Sejumlah batu yang dikait-kaitkan dengan tokoh-tokoh pewayangan Jawa, seperti Batara Guru, Batara Narada, Semar dan Togog. Letak batu-batu di situs ini sebagian sudah ditata oleh masyarakat lantaran terserak dimana-mana.
Ki Sobirin, Kuncen Situs Batur Agung, menemani saya ketika berada dalam cungkup untuk melihat peninggalan purba yang ada di sana. Sobirin sangat pintar berdoa dengan kata-kata indah, yang baru saya ketahui ketika ia menemani saya berkunjung ke Situs Batur Rana.
Tatanan batu di samping cungkup Situs Batur Agung. Situs Batur Agung berupa punden berundak yang memiliki tiga teras, dengan orientasi Utara Selatan, menggunakan Gunung Slamet sebagai kiblat yang dipercaya sebagai persemayaman akhir arwah leluhur.
Di satu tempat terbuka di dalam hutan Situs Batur Agung kami berhenti dan melihat ada menhir batu cukup besar dan lingga kecil yang biasa digunakan sebagai sarana pemujaan bagi arwah nenek moyang.
Kembali kami berhenti di sebuah area terbuka dimana terdapat sebuah batu purba berbentuk pelana kuda menyerupai batu asahan pisau yang terletak beberapa meter dari menhir sebelumnya.
Berjalan puluhan langkah memutari hutan, kami sampai di cabang jalan setapak. Cabang jalan ini menurun cukup tajam dan di ujungnya terdapat sendang dan pancuran, yang dicapai dengan melewati pasangan batu-batu kecil yang harus cukup hati-hati ketika menapakinya.
Pemandangan persawahan hijau subur dengan latar perbukitan dan langit biru menghibur saya selama dalam perjalanan menuju Situs Batur Agung.
Sponsored Link