Area serambi Masjid Saka Tunggal Cikakak yang disangga tiang-tiang kayu ramping. Lantainya sudah dikeramik dengan enam set keramik berornamen hijau putih di bagian tengahnya. Langit-langit dan dinding bagian dalam didominasi kayu dan pelipit bambu yang diplitur coklat dan coklat tua, memberi kesan tradisional yang kuat.
Atap luar Masjid Saka Tunggal Cikakak terbuat dari lembaran seng dengan atap utama tumpang limasan dan mahkota sederhana di pucuknya.
Dari ujung sebelah sana adalah hutan darimana kawanan kera yang cukup agresif itu berdatangan menyerbu kami. Di gerumbul ituilah Makam Kyai Tolih berada, namun tidak sempat saya kunjungi lantaran ketika datang perhatian kami tersita oleh kawanan monyet dan hari sudah mulai gelap ketika selesai berkunjung ke Masjid Saka Tunggal.
Seorang bapak tua yang sepertinya sudah sangat mengenali tabiat para monyet ekor panjang itu berusaha untuk menenangkan kawanan monyet, lantaran tak semuanya bisa kebagian upeti.
Sudut pandang berbeda pada bangunan Masjid Saka Tunggal Cikakak, yang selain memperlihatkan atap rumbia bangunan yang sudah mulai rusak dan perlu diganti, juga memperlihatkan papan nama 'resmi' masjid, yaitu Masjid Jami Baitussalam.
Bagian luar Masjid Saka Tunggal Cikakak ini telah ditembok keliling, dimana terdapat lubang-lubang hawa berbentuk segi empat berjeruji kayu dengan lengkung kembar di bagian atasnya. Pintu masuk juga memiliki pola yang sama.
Sponsored Link