Foto Museum Sangiran 2

Deretan warung-warung makan di ujung kanan area parkir yang semuanya tutup pada hari itu, dengan sebuah pohon beringin berdaun cukup lebat di pojoknya. Halaman parkir Museum Manusia Purba Sanginran ini memang terlihat cukup teduh dengan adanya pepohonan yang mulai tumbuh besar.

Museum Purbakala Sangiran Sragen

Setelah melihat kedua patung, melewati warung-warung yang tutup di ujung halaman, saya pun mendaki undakan di sisi kanan dan melihat ada tengara berwarna keemasan di bawah pohon beringin besar berbunyi “Sangiran, Early Man Site, World Heritage List No: C. 593? dengan lambang UNESCO, World Heritage, dan ornamen bunga serta suluran di keempat sudutnya. Warung yang tutup di sebelah sana tampaknya menjual cinderamata.

Museum Purbakala Sangiran Sragen

Salah satu monyet yang berada di dalam kandang cukup besar di sebelah kiri atas halaman parkir. Menuruti kaki, saya menyusuri kandang menuju ke atas, dan tanpa disengaja-duga saya sudah berada di depan pintu masuk Museum Manusia Purba Sangiran.

Museum Purbakala Sangiran Sragen

Pada sebuah sudut terdapat poster besar yang memuat riwayat serta teori tiga tokoh dalam dunia teori permanusiaan. Yang pertama adalah Ernst Haeckel (1834 – 1919) filsuf dan ahli Biologi berkebangsaan Jerman yang di salah satu ceramahnya mengilhami Eugene Dubois untuk datang ke Hindia Belanda dan menemukan Homo erectus. Kedua adalah Gregor J. Mendel (a822-1884), Pastor dan ahli Biologi di Brno (sekarang Ceko) yang melakukan eksperimen penyilangan dengan kacang polong dan lalu memnuat Teori Keturunan (Hukum Mendel).\n\nKetiga adalah Charles Darwin (1809-1882) ahli Biologi Inggris yang melakukan perjalanan dengan kapal HMS Beagel (miniaturnya dipajang di Museum Manusia Purba Sangiran) pada 1831-1835 ke berbagai tempat di dunia, diantaranya ke Galapagos. Darwin kemudian menerbitkan buku The Origin of Species by Means of Natural Selection pada 1859 yang melahirkan Teori Evolusi.

Museum Purbakala Sangiran Sragen

Temuan terbaru di Museum Manusia Purba Sangiran yaitu tulang palung Gajah (pelvis Elephantidae) yang ditemukan Harsono pada 17 Maret 2014 di Selatan Toho berasal dari 200.000 – 700.000 tahun yang lalu, serta tulang kering Gajah (tibia Elephantidae) yang ditemukan Siswanto pada 20 Januari 2014 di Grogolan Manyarjero, juga dari lapisan Kabuh 200.000 – 700.000 tahun lalu.

Museum Purbakala Sangiran Sragen

©2021 Ikuti