Pandangan yang memperlihatkan bentuk simetri menara dilihat dari salaj satu sudutnya. Bukan hal yang mudah untuk membuat bangunan semacam ini, dan entah apakah ilmu membuatnya tidak ikut hilang ditelan jaman. Inilah produk budaya yang harus dilestarikan dan dikembangkan, apa pun agama dan kepercayaan yang dianut oleh masyarakatnya.
Pandang dekat pada atap tajug atau limasan tumpang khas bangunan tradisional Jawa yang menjadi ciri khas masjid yang dibangun pada jaman dahulu. Struktur ini dibuat agar cahaya bisa masuk ke dalam ruangan masjid, dan juga untuk membantu pertukaran udara agar hawa di ruangan utama terasa lebih sejuk dan nyaman. Kemuncaknya memiliki sayap yang mengarah pada empat penjuru angin. Hal lain yang menarik di Masjid Menara Kudus ini adalah diselenggarakannya Festival Dhandhangan yang diadakan untuk menyambut datangnya bulan puasa.
Pada salah satu sisi menara tampak terdapat undakan yang berakhir pada sebuah pintu kayu berdaun dua sebagai akses masuk ke bagian dalam menara. Di balik pintu itu terdapat tangga kayu jati yang diperkirakan dibangun pada tahun 1895 M sebagai akses jalan untuk menuju ke puncak menara.
Pandangan dekat pada atap tajug menara dengan ornamen elok yang berdert pada bagian atas setiap sudutnya. Di puncaknya ternyata ada hiasan kemuncak yang posisinya lebih rendah dari kaligrafi. Di bawah atap terlihat menggantung dua buah kentong, mungkin juga di buah lagi di sisi lainnya. Tak jelas apakah kentongan itu dibunyikan setiap masuk waktu shalat sebelum adzan dikumandangkan.
Sponsored Link