Struktur atap masjid yang menggunakan kayu jati tanpa penutup pada dalamannya yang diperkaya dengan ukir memberi kesan artistik kuat, namun memang memiliki keterbatasan dari sisi usia. Belum lagi bahan kayu tua yang kian hari kian sulit ditemukan, membuat semakin banyak masjid yang mengurangi penggunaan kayu dan menggantinya dengan beton dan baja, dengan mengorbankan seni klasiknya.
Pandangan menyamping yang ditarik lebih ke belakang lagi sehingga bisa memperlihatkan keempat buah sokoguru yang rupanya semua memang berbentuk segi enam tak sama lebar. Bentuk pintu samping Masjid Agung Kyai Mojo ini sama persis dengan pintu yang ada di bagian depan. Ruangan utamanya rupanya memang berbentuk simetri sempurna.
Pandangan dari bagian belakang Masjid Agung Kyai Mojo Minahasa, memperlihatkan bedug yang ada di teras belakang. Gapura depan masjid tampak di kanan belakang sana, dekat dengan menara yang berbentuk kotak. Sebelah kiri adalah tempat untuk mengambil air wudlu.
Pemandangan dari dek pandang yang ada di bawah puncak menara Masjid Agung Kyai Mojo, mengarah ke Kampung Jawa Tondano dan sebuah gereja di ujung sana, menandai area permukiman warga asli Tondano. Kehidupan rukun antar suku dan agama tercipta dengan sikap saling hormat menghormati serta saling bertenggang rasa.
Sponsored Link