Foto Keraton Surosowan

Petugas terlihat tengah membukakan pintu berjeruji batangan besi yang tinggi, setinggi benteng Keraton Surosowan yang sangat lebar dan terbuat dari bata. Tak ada arca penjaga di depan gerbang atau pun ornamen lainnya. Namun di lekukan benteng di sebelah kiri terlihat ada tumpukan yang tampaknya dulu merupakan ornamen gerbang.



Bentuk bangunan di Keraton Surosowan terlihat sangat bervariasi, dan agak rumit, dan akan menjadi tantangan menarik ketika rekonstruksi bangunan akan dilakukan. Bagaimana pun restorasi bangunan Kesultanan Banten penting dilakukan ketika Banten sudah mulai maju, infrastruktur sudah bagus, dan rakyatnya sudah lepas dari kemiskinan dan keterpurukan.



Reruntuhan Bale Kambang yang lokasinya berada di tengah Kolam Rara Denok Keraton Surosowan Banten Lama. Kolam itu berukuran 30 x 13 meter dengan kedalaman 4,5 meter. Saya membayangkan bahwa kolam dan balekambang itu mungkin dahulu seindah kolam dan bangunan yang ada di Taman Soekasada Ujung. Memang kita hanya bisa berimajinasi untuk menyusun gambaran istana besar itu, dengan melihat apa yang tersisa.



Di ujung kanan area reruntuhan Keraton Surosowan ini terdapat sejumlah undakan untuk menuju ke atas benteng, sementara di kiri dan kanan terlihat lubang masuk ke bagian bawah benteng yang berbentuk lengkung. Saya kemudian memanjat menaiki undakan untuk melihat benteng dari atas, yang sayangnya sudah ditumbuhi rumput yang sangat tebal. Benteng Surosowan itu dulunya berdiri kokoh setinggi 2 meter dengan tebal 5 meter. Ketebalan benteng itu masih terlihat jelas ketika saya berdiri di atasnya. Dari tiga gerbang masuk ke Keraton Surosowan yang ada di sisi utara, timur, dan selatan, hanya gerbang di sisi selatan yang tak lagi bisa dimasuki karena telah ditutup dengan tembok.



Benteng Keraton Surosowan dahulu dikelilingi oleh kolam perlindungan yang sekarang telah rata dengan tanah. Istana tersebut diserbu dan dihancurkan oleh Daendels pada tahun 1808 setelah utusannya dipenggal kepalanya oleh Sultan yang menolak mengirimkan orang untuk membantu membangun proyek Jalan Raya Anyer – Panarukan karena telah memakan banyak korban rakyat.



Sepanjang mata memandang yang tampak adalah reruntuhan bangunan Keraton Surosowan yang kebanyakan berupa tembok bata setinggi kurang dari satu meter. Teras masuk berbentuk lebgkung terlihat ada di sebelah kiri.



Salah satu petirtaan di komplek reruntuhan Keraton Surosowan yang dindingnya masih relatif utuh. Adanya kolam-kolam air yang lebih rendah dari permukaan tanah seperti ini menunjukkan bahwa dahulu sudah ada sistem masukan dan keluaran air bawah tanah yang baik.



Struktur bangunan segi empat bawah tanah berukuran relatif kecil di salah satu lokasi di reruntuhan Keraton Surosowan, dengan anak tangga untuk turun. Jika bukan untuk tempat perlindungan, maka bisa jadi ini adalah tempat penyimpanan barang berharga. Keramik pada lantai dan semen pada dinding masih utuh, sementara yang ada di anak tangga telah terkelupas menyisakan batanya saja.



Pak Dayat tengah melihat salah satu bekas sumur yang ada di reruntuhan Keraton Surosowan. Sementara itu sejauh mata memandang tidak ada satu pun bekas bangunan yang masih berdiri, dan ketiadaan pepohonan membuat area ini menjadi sangat panas dan merupakan sebuah tantangan tersendri untuk berjalan berkeliling di sana.



Sudut pandang ini memperlihatkan betapa lebarnya benteng Keraton Surosowan ini. Hanya saja benteng setinggi dua meter bukanlah benteng pertahanan yang baik, dan tampaknya memang disengaja dibuat seperti itu oleh pemerintah kolonial Belanda yang menjadi penguasa sebenarnya Kesultanan Banten sejak jaman Sultan Haji.



Petugas museum yang menemani kami masuk ke situs Keraton Surosowan yang sudah tahu benar kondisi medan yang sangat panas sehingga sudah siap dengan topi dan membawa sebotol air minum. Di ujung sana tampaknya adalah satu-satunya pohon yang ada di dalam benteng.



©2021 Ikuti