Ada yang menarik perhatian saya, yaitu sebuah Pohon Kopi Anjing yang berada di bagian agak kebelakang dalam kompleks Kramat Buyut Trusmi. Ini mengingatkan saya pada Pohon Kopi Anjing yang ada di sebelah kiri rumah Embah di kampung, di samping pohon Pakis Haji, di bawah rindang Pohon Sawo yang ketika batangnya sangat besar, sebelum ditebang.
Jika kegiatan Memayu, penggantian sirap pada separuh bangunan (selatan dan utara) di dalam kompleks Kramat Buyut Trusmi ini dilakukan setiap empat tahun sekali, maka acara penggantian atap Welit yang terbuat dari anyaman daun kelapa, dilakukan setiap tahun pada tanggal 25 bulan Maulud.
Pada acara penggantian sirap, sumbangan pun mengalir dari warga setempat, baik berupa tenaga, bahan makanan mentah, jajanan dan minuman, maupun berupa uang. Maka jadilah sebuah pesta dari rakyat untuk rakyat. Sebelum pembukaan sirap dilakukan, malamnya dilakukan acara tahlilan, disertai dengan Shalawat Brai (sejenis kesenian yang berasal Bayalangu) yang diiring alat musik gembyung (semacam rebana), kendang, dan kecrek.
Nisan kayu adalah hal biasa, namun badan kubur yang ditutup balok kayu tebal mungkin jarang ditemukan, seperti halnya dua kubur di kompleks Kramat Buyut Trusmi ini. Tak jelas apakah balok kayu itu nantinya akan diganti atau tidak, dan apakah ada maksud tertentu di balik itu.
Sponsored Link