Seorang penduduk tampak tengah berjalan di lintasan jalur inspeksi Kali Luk Ulo dengan membawa hasil kebunnya. Batang besi tegak di bagian tengah adalah peralatan yang digunakan untuk mengukur tingkat curah hujan, yang mungkin hanya dilihat pada waktu puncak musim penghujan.
Penampakan Bendung Kaligending saat itu, yang memang tak lagi menyerupai bendung, dan bahkan lantai bendung pun sudah terbongkar lintang pukang hingga berserakan sampai ke bagian bawah bendung. Tak pelak ini terjadi karena gempuran air bah Kali Luk Ulo saat musim penghujan yang diperparah kerusakan lingkungan akibat penambangan pasir yang membutababi, serta konstruksi bendungnya sendiri yang kurang kuat.
Tengara pada lereng bukit di ujung sana berbunyi "Bendung Kaligending 2948 Ha", angka yang menggambarkan luas areal lahan yang bergantung pada pasokan air dari bendung ini, sebelum mercunya dipotong.
Anak-anak di ujung sebelah kanan, yang tengah berjalan di atas lantai bendung dangkal, tampak sangat kecil, mengindikasikan besarnya lebar bentang Kali Luk Ulo pada area Bendung Kaligending ini.
Bongkahan beton yang berasal dari lantai bendung yang tergerus air bah dan lalu terangkat ke atas terlihat berserakan di bagian atas Bendung Kaligending.
Penduduk itu terlihat semakin mendekati alat pengukur curah hujan di pinggir Bendung Kaligending dengan memanggul karung putih. Di sebelah kanan bawah tampak seorang pria tengah memancing ikan dengan berdiri di sebuah batu di pinggir sungai.
Sponsored Link