Dongeng, Kisah 1001 Malam

Kisah Syekh dan Kijang Bagian ke-1

Ini adalah kisah Syekh pertama ke Jin Ifrit dalam usahanya untuk menyelamatkan si saudagar dari kematian karena secara tak sengaja telah menyebabkan terbunuhnya anak Ifrit.

Wahai Ifrit, ketahuilah bahwa sesungguhnya kijang ini adalah putri pamanku yang telah menjadi daging dan darahku sendiri. Aku menikahinya ketika ia masih cukup muda dan aku tinggal bersamanya selama hampir tiga puluh tahun, tapi Allah tidak memberiku seorang anak pun darinya.

Karena itu aku mengambil seorang istri kedua dan, atas kehendak Allah, aku diberi seorang anak laki-laki yang tampan dengan mata indah, alis bertaut, dan anggota tubuh yang sempurna.

Ketika anakku berusia lima belas tahun, aku harus melakukan perjalanan ke kota yang jauh untuk urusan dagang yang amat penting.

Kau harus tahu wahai Ifrit bahwa putri pamanku, yaitu rusa ini, sejak kecil telah menguasai ilmu sihir dan mantra tenung. Ketika aku sedang pergi, karena rasa dengkinya ia menggunakan kekuatan sihirnya untuk mengubah anakku dan ibunya menjadi anak sapi dan induknya, lalu menyuruh gembala kami untuk menempatkan mereka bersama kawanan ternak lainnya.

Lama setelah itu aku baru kembali dari perjalanan, dan bertanya dimana anakku dan ibunya. Istriku menjawab: "Ibunya telah mati dan anakmu kabur dari rumah. Aku tidak tahu ke mana ia pergi!"

Selama setahun hidupku terasa hancur oleh kesedihan hatiku, dan air mataku selalu jatuh jika teringat akan nasib anakku dan ibunya itu.

Kemudian ketika Hari Raya Kurban tiba, aku pergi sendiri untuk memilih sapi gemuk diantara kawanan ternakku untuk aku jadikan sebagai kurban. Aku pun membawa seekor sapi, namun rupanya ia adalah istri mudaku yang telah disihir oleh kijang ini.

Ketika dengan sebilah pisau tajam di tangan aku telah siap untuk menyembelih sapi itu, tiba-tiba ia merintih dan keluarlah air matanya tanpa henti. Karena merasa tak tega aku menyuruh si gembala untuk menyembelihnya.

Namun ketika sapi itu dikuliti, kami tidak menemukan lemak atau daging pada sapi itu, yang ada hanyalah kulit dan tulang. Merasa telah melakukan kesalahan, aku memohon ampun karena telah mengorbankannya, meskipun itu sudah tidak ada gunanya.

Kemudian aku berkata kepada si gembala: "Bawakan aku anak sapi yang gemuk." Tak lama kemudian ia membawa anakku yang telah menyerupai anak sapi.

Ketika anak sapi itu melihatku, dia berontak dengan hebat hingga memutuskan tali yang menahannya dan berlari mendekatiku, dan ia pun mendekam di kakiku sambil mengeluarkan suara rintihan dan bercucur air mata.

Karena merasa kasihan maka aku berkata kepada si gembala: "Bawakan kepadaku sapi lain dan biarkan yang satu ini jangan diusik." (berlanjut ke Kisah Syekh dan Kijang Bagian ke-2, dari Kisah 1001 Malam).


Bagikan ke:
Facebook, Twitter, WhatsApp, Telegram, Email. Print!.

, seorang pejalan musiman dan penyuka sejarah. Penduduk Jakarta yang sedang tinggal di Cikarang Utara. Traktir BA secangkir kopi. Secangkir saja ya! Oktober 31, 2021.