Dongeng, Hiburan

Dongeng Anak : Telur Dadu dan Telur Biru

Dongeng anak Telur Dadu dan Telur Biru ini diterjemahkan secara bebas dari cerita pendek dalam buku The Sandman's Hour, Stories for Bedtime, karangan Abbie Phillips Walker, dengan ilustrasi oleh Rhoda. C. Chase, yang dimuat di laman Gutenberg Project.

Telur Dadu dan Telur Biru

"Sudah kubilang aku melihatnya dengan mataku sendiri," kata Babon Putih, sambil berdiri dengan satu kaki, lehernya memanjang dan paruh terbuka lebar. Babon adalah sebutan untuk ayam betina, sedangkan jago adalah sebutan untuk ayam jantan.

"Yang satu dadu dan yang lainnya biru". Dadu adalah warna merah muda atau merah jambu, atau pink. "Mereka sama ukurannya seperti telur lainnya, tapi warnanya - coba kau pikir - telur dadu dan biru! Siapa yang bisa bertelur seperti itu?" kata si Babon Putih sambil memandang satu per satu ayam-ayam babon yang berdiri di sekelilingnya.

Dongeng Anak Telur Dadu dan Telur Biru

"Yah, yang aku tahu, bukan aku yang melakukannya," kata Babon Bintik.

"Kau tidak perlu memandangku seperti itu," kata Babon Coklat. "Aku hanya bertelur putih besar, dan kalian semua tahu itu. Telurku adalah yang terbaik di peternakan ayam ini, kalau menurutku sih."

"Oh, aku tidak setuju soal itu," kata Babon Putih. "Sepertinya kau lupa bahwa telur terbesar yang pernah kulihat di peternakan ini dibuat olehku, dan warnanya agak cokelat; semua telur putih cukup baik, tapi telur cokelat lebih baik."

"Tapi kau hanya pernah sekali bertelur sebesar itu," jawab Babon Coklat, "dan semua orang mengira itu telur yang aneh. Jadi menurutku hanya sedikit yang mengatakannya lebih baik."

"Aku tahu bagaimana perasaanmu tentang telur itu," kata Babon Putih, "tetapi itu tidak membantu kita untuk mengetahui siapa yang mengeluarkan telur biru dan dadu itu."

"Di mana kau melihat telur-telur itu?" tanya Babon Bintik.

"Di atas meja, di dekat jendela rumah majikan kita," kata Babon Putih tua. "Aku terbang ke atas tong yang ada di bawah jendela, lalu aku memanjangkan leherku dan melihat dari jendela, dan di sana, di atas meja, di dalam keranjang kecil, aku melihat telur yang tampak aneh itu."

"Mungkin majikan kita membeli telur-telur untuk kita duduki dan tetaskan," kata Babon Coklat.

"Yah, aku akan menolak untuk melakukannya," kata Babon Putih. "Kurasa akan jadi penghinaan untuk memasukkan telur-telur aneh itu ke dalam sarang kita."

"Aku pasti tidak akan mau menetaskannya," kata Babon Bintik. "Aku akan terlihat lucu saat berjalan-jalan dengan anak ayam biru dan anak ayam dadu di sampingku, dan aku babon berbintik-bintik. Tidak! Aku tidak akan menjadi induk ayam berwarna aneh; majikan bisa mencari babon lain untuk melakukan itu."

"Kalian tidak berpikir bahwa aku akan melakukan hal seperti itu, bukan?" kata Babon Coklat. "Aku hanya menyebutkan fakta bahwa majikan mungkin punya ide seperti itu, tapi tentu aku tidak akan mau untuk mengerami telur aneh itu. Anak ayam kesayanganku yang berwarna kuning kecil tidak akan mau dipermalukan oleh anak ayam biru dan dadu yang berlarian bersama mereka."

"Mungkin kau buta warna," kata Babon Bintik kepada Babon Putih. "Telur yang kau lihat mungkin berwarna putih."

"Jika kau meragukan kata-kataku atau penglihatanku, pergilah dan lihat sendiri," kata Babon Putih, sambil mengangkat kepalanya tinggi-tinggi. "Kalian akan menemukan telur biru dan dadu itu, seperti yang kubilang."

Babon Bintik dan Babon Coklat berlari keluar kandang, diikuti oleh banyak babon lainnya, dan juga semua anak ayam yang ada di peternakan itu.

Satu demi satu mereka terbang ke atas tong dan melongokkan kepalanya melalui jendela untuk melihat telur-telur yang telah diceritakan oleh Babon Putih. Ternyata benar, di dalam keranjang di atas meja ada telur yang berwarna biru dan dadu.

"Aku mau lihat, aku mau lihat, aku mau lihat, aku mau lihat telur biru dan dadu itu," seru anak-anak ayam. "Kami belum pernah melihat telur yang warnanya seperti itu, dan kami ingin melihatnya."

"Ya ampun! Mengapa aku berkata di depan mereka?" kata Babon Coklat. "Mereka tidak akan diam kecuali melihat sendiri, dan bagaimana aku bisa membawa mereka ke jendela ini?"

"Pernahkah terpikir olehmu untuk tidak selalu memberikan semua yang mereka tangisi?" kata Babon Putih. "Katakan 'Tidak' sesekali; itu akan menghindari banyak masalah."

"Aku tidak tega untuk menolak apa pun yang diminta ayam-ayam kecil kesayanganku itu," kata Babon Coklat, sambil mencoba menenangkan anak-anak ayamnya.

"Baiklah, tapi lebih baik kau mulai katakan 'tidak' itu sekarang, karena membawa mereka ke jendela adalah salah satu hal yang tidak akan bisa kau lakukan." kata Babon Putih, sesaat sebelum berjalan ke rumah Anjing Jaga untuk menceritakan tentang telur biru dan dadu kepadanya.

"Bukankah akan sangat mengerikan jika majikan kita meletakkan telur-telur itu di salah satu sarang kami?" tanya Babon Putih, setelah dia menyelesaikan ceritanya.

"Oh - oh!" si Anjing Jaga tertawa, "ini lelucon yang bagus untukmu; kau tidak tahu telurmu sendiri ketika kau melihatnya."

"Jangan bilang bahwa akulah yang mengeluarkan telur berwarna aneh itu," kata Babon Putih, sambil melihat ke sekelilingnya dengan cemas apakah ada temannya yang berada dalam jarak pendengaran. "Aku tidak pernah mengeluarkan telur itu."

"Tapi itu telurmu," kata Anjing Jaga sambil tertawa lagi. "Aku mendengar tuan majikan berkata kepada majikan kecilku, 'Jika kau ingin mewarnai telur untuk Paskah, ambillah telur Babon Putih karena ukurannya tidak sebesar telur yang lain, dan aku tidak bisa menjualnya dengan harga yang bagus."

"Anjing Jaga, jika kau tidak beritahu babon lain tentang hal ini, aku akan beri tahu di mana kau bisa temukan sebuah tulang yang besar," kata Babon Putih. "Aku menyimpannya untuk kupakai sendiri, tapi kau akan mendapatkannya asal mau berjanji untuk merahasiakan apa yang baru saja kau katakan padaku."

Anjing Jaga berjanji, dan Babon Putih menunjukkan di mana tulang itu disembunyikan.

Beberapa hari setelah itu Babon Coklat berkata: "Aku heran kapan majikan akan membawa keluar telur-telur aneh itu. Jika ia membiarkannya di dalam rumah lebih lama lagi, tidak akan ada yang bisa menetaskannya."

"Oh! Aku lupa memberitahumu bahwa telur-telur itu bukan telur asli," kata Babon Putih, "tapi hanya telur Paskah untuk dimainkan oleh anak gadis kecil majikan kita, jadi kita tidak perlu khawatir. Anjing Jaga memberitahuku , tapi jangan katakan sepatah kata pun kepadanya, karena aku tidak bilang kepadanya bahwa kita sempat khawatir dan tidak tahu itu hanyalah telur buatan; tidak ada gunanya untuk membuat dia tahu bahwa kita telah dibodohi. "



Bagikan ke:
Facebook, Twitter, WhatsApp, Telegram, Email. Print!.

, seorang pejalan musiman dan penyuka sejarah. Penduduk Jakarta yang sedang tinggal di Cikarang Utara. Traktir BA secangkir kopi. Secangkir saja ya! Agustus 17, 2020.