Dongeng, Hiburan

Dongeng Anak : Ke Mana Percik Api Pergi

Dongeng menjelang tidur untuk anak ini dialihbahasakan secara bebas dari buku The Sandman's Hour, Stories for Bedtime, oleh Abbie Phillips Walker yang dimuat di laman Gutenberg Project.

Moral cerita dari dongeng anak luar negeri yang aselinya ditulis dalam bahasa Inggris ini adalah meskipun berbeda, kita bisa tetap bersahabat seperti kucing dan anjing. Perbedaan agama, suku, kepercayaan, tidak boleh menjadi halangan untuk saling menghormati dan menyayangi. Kisah ini juga membawa imajinasi anak tentang percik api, sekaligus menjadi pengingat agar tidak bermain api.

Ke Mana Percik Api Pergi

Pada sebuah malam ketika di luar rumah angin bertiup kencang dan suhu udara sangat dingin, seekor Kucing dan seekor Anjing yang berteman akrab terlihat sedang mendekam tidur di depan perapian. Kayu di perapian yang sedang terbakar patah berderak, menciptakan percik api yang beterbangan. Beberapa percik api terbang melayang melalui cerobong asap, yang lain jatuh di dasar perapian menjadi arang, sementara yang lain lagi terbang di dalam perapian dan perlahan-lahan nyala baranya meredup dan lalu lenyap dari pandangan mata.

Suatu ketika ada satu Percik Api yang terbang keluar dari perapian dan jatuh sangat dekat dengan si Kucing. Ini membuat si Kucing terlompat karena kaget yang membuat bangun pula si Anjing.

Dongeng Anak Ke Mana Percik Api Pergi

"Percik Api itu hampir saja menghanguskan mantel bulu kamu, nona Kucing," kata si Anjing.

"Tidak sih," jawab si Kucing, "aku terlalu cepat untuk bisa disergap oleh Percik Api konyol ini."

"Kenapa kamu menyebutnya konyol?" tanya si Anjing. "Menurutku Percik Api itu sangat elok untuk dilihat, dan mereka pun membantu menjaga kita agar tetap hangat."

"Ya, itu semua benar," kata si Kucing, "tetapi Percik Api yang terbang lewat cerobong pada malam seperti ini tentu konyol, padahal mereka bisa tetap hangat dan nyaman di dalam perapian; saya tidak faham mengapa mereka terbang ke dalam cerobong asap. "

Percik Api yang terbang dan jatuh begitu dekat dengan di Kucing itu masih mengedipkan bara apinya, dan nyala apinya sedikit berkobar ketika mendengar ucapan si Kucing.

"Jika kamu tahu alasan kami kenapa terbang melayang ke cerobong asap, kamu tidak akan mengata-ngatai kami konyol," kata si Percik Api. "Kamu tidak bisa melihat apa yang kami lakukan sih, tetapi jika kamu bisa masuk ke cerobong asap untuk melihat apa yang terjadi, dan cukup beruntung dapat keluar dari puncak cerobong, kamu tidak akan lagi menyebut kami konyol," sambungnya lagi.

Perkataaan Percik Api itu membuat si Anjing dan si Kucing itu menjadi sangat ingin tahu apa yang sebenarnya terjadi, namun si Percik Api menyuruh mereka melihatnya sendiri. Si Kucing pun meminta si Anjing untuk melihatnya lebih dulu, jadilah si Anjing melangkahkan kakinya dengan berani menuju ke perapian dan hendak memasukkan kepalanya. Namun dengan cepat di Anjing menarik kepalanya, karena sejumlah rambut di kepalannya terbakar hangus yang membuatnya melengking kesakitan dan lari menjauh ke pojok ruangan.

Si Kucing merapikan mantel bulu tubuhnya yang lembut dan merasa sangat senang karena telah berlaku sangat bijak dengan menyuruh si Anjing; dia lalu berjalan mendekati si Anjing dan memintanya untuk kembali ke dekat perapian, tetapi si Anjing yang sekarang menyadari mengapa anak-anak takut pada api, meskipun akhirnya ia berjalan mengikuti si Kucing namun ia memilih tetap berada pada jarak yang aman dari api.

Si Kucing berjalan mendekat ke si Percik Api dan berkata, "Kami tidak bisa masuk ke dalam api," katanya. "Nah, Percik Api yang cantik dan cemerlang, beri tahu kami apa yang terjadi denganmu ketika kamu naik ke atas cerobong asap. Aku yakin kamu akan menjadi abu jelaga yang akan membuatmu cepat sampai ke puncak."

"Oh, kamu salah sekali," kata si Percik Api. "Kami jauh dari menjadi hitam ketika terbang lewat cerobong, karena begitu mencapai puncak, kami hidup selamanya dan bersinar di langit. Kamu bisa lihat di cerobong asap, semua saudara dan saudari kami yang telah beruntung mencapai puncak cerobong, mereka semua mengedipkan mata pada kami hampir setiap malam. Kurasa kadang-kadang angin meniup mereka, karena ada malam-malam ketika kami tidak bisa melihat Percik Api bersinar di langit."

"Siapa yang memberitahumu semua itu?" kata si Kucing. "Apakah ada percikan api yang pernah kembali dan memberitahumu bahwa mereka bisa hidup selamanya?"

"Oh tidak!" kata si Percik Api yang berada di dekat si Kucing, "Tapi kami bisa melihatnya kan? Dan, tentu saja, kami semua ingin bersinar selamanya."

"Aku bilang kamu konyol," sergah si Kucing, "dan aku tahu, itu bukan bunga api yang kamu lihat; itu adalah bintang di langit."

"Kamu bisa memanggil mereka apa saja yang kamu suka," jawab si Percik Api, "tapi kamilah yang membuat cahaya terang di langit yang kamu lihat itu."

"Jika kamu mau menerima saran saya," kata si kucing, "lebih baik kamu tetap di perapian, karena begitu kamu mencapai bagian atas cerobong asap maka kamu akan lenyap dari pandangan. Bintang-bintang yang kamu lihat berkelip itu berada jauh di atas cerobong asap, dan kami tidak akan pernah bisa menjangkau mereka."

Namun Percik Api itu tidak bisa diyakinkan. Tepat pada saat itu seseorang membuka pintu rumah dan angin berhembus kencang ke perapian. Si Percik Api yang berada di dekat si Kucing pun terbawa terbang bersama percik api yang lain menuju ke puncak cerobong asap.

Si Kucing memperhatikan perapian selama beberapa saat dan kemudian berpaling memandang si Anjing.

"Boleh jadi si Percik Ap itu benar," kata si Anjing, "mari kita pergi ke luar untuk mengetahui apakah kita bisa melihat mereka."

Si Kucing berdiri meregangkan tubuh dan mengerjapkan matanya. "Mungkin ia benar," jawabnya; "baiklah, aku akan pergi denganmu untuk membuktikannya."


Bagikan ke:
Facebook, Twitter, WhatsApp, Telegram, Email. Print!.

, seorang pejalan musiman dan penyuka sejarah. Penduduk Jakarta yang sedang tinggal di Cikarang Utara. Traktir BA secangkir kopi. Secangkir saja ya! Agustus 04, 2020.