Air Terjun, Bali, Buleleng, Munduk, Vinny Soemantri

Air Terjun Red Coral Munduk Bali

Pagi yang dingin dan mendung tidak mengurungkan niat kami untuk berwisata alam ke Air Terjun Red Coral Desa Munduk Bali, apalagi saya sudah lama tidak melakukan aktifitas wisata alam sambil berjalan kaki membuat semakin bersemangat. Di Desa Munduk terdapat beberapa air terjun dengan medan yang berbeda, awalnya kami akan mengunjungi Air Terjun Melanting, tetapi untuk mencapai lokasi tersebut cukup berat. Diantaranya jalan menuju Air Terjun Melanting, melalui 430 anak tangga dengan jalan membelah hutan. Akhirnya kami memutuskan untuk mengunjungi air terjun yang dikenal dengan sebutan Waterfall Red Coral, yang mana lokasinya lebih dekat dari jalan dan ternyata memang cukup indah.

Air Terjun Red Coral ditempuh 30 menit dari jalan, melalui lembah dan pepohonan yang didominasi oleh pohon bambu besar di sisi kanan kiri jalan setapak. Pagi yang dingin terusir pelan-pelan dan kualitas oksigen tingkat tinggi saya hirup di antara pepohonan tinggi menuju Air Terjun Red Coral. Bulan Juli 2018 kembali berpetuangan ke Pulau Bali, dan baru kali ini berwisata dan bermalam di sekitar Munduk, tidak salah memilih Geriya Seina selama tinggal di Desa Munduk, karena suasananya yang hening, dengan pemandangan mempesona.

Wisata air terjun di manapun juga sangat menyenangkan, apalagi melalui desa yang jarang penghuni. Gerimis pagi mulai turun perlahan, kami malah girang menyambutnya jarang sekali bermain gerimis di antara dedaunan rimbun. Air Terjun Red Coral bagai anak perawan yang malu-malu menyambut kami, dan udara menyegarkan pikiran. Jalanan setapak mulai basah dan daun-daun bambupun tampak bersinar keperakan ditempa sinar matahari pagi yang mulai beraksi.

air terjun red corak munduk
Air Terjun Red Coral Munduk di latarbelakangi pepohonan tinggi yang rindang, mudah sekali jika kita ingin menyentuh airnya tanpa bersusah payah. Tumpahan air yang memecah di atas batu memercik di sekitar. Rasa segar membungkus pagi yang baru saja ditinggalkan gerimis, daun-daun segar di pepohonan membuat adem ditambah udara yang sejuk apalagi di sekitar air terjun. Saya menyukai wisata air terjun, membuat kita seolah menyatu dengan alam.

Ada beberapa air terjun di Desa Munduk selain air terjun yang disebut Red coral, Air Terjun Melanting dan Air Terjun dengan sebutan Air Terjun Munduk sesuai dengan nama desanya. Air terjun di Desa Munduk Kabupaten Singaraja, terletak di daerah pegunungan yang berhawa sejuk dengan segudang objek wisata alam. Lokasi air terjun di Desa Munduk sekitar 75 kilometer dari Kota Denpasar, atau waktu tempuh sekitar 2 jam dengan kendaraan bermotor karena jalanannya menanjak dan berkelok-kelok antara kota Denpasar dan Singaraja.

air terjun red coral munduk bali
Jam setengah 9 kami sudah tiba di air terjun Red coral, membuka jaket yang agak basah oleh gerimis tadi saya langsung membasuh wajah dengan air segarnya Red Coral. Alas kaki pun dibuka, seperti terapi alam yang melancarkan peredaran darah, kesejukan airnya meresap dari telapak kaki hingga kepala. Rasanya ingin berlama-lama bermain air di Air Terjun Red Coral. Agak tergoda juga untuk mengunjungi Air Terjun Melanting, namun kembali diingatkan perjalanannya lebih berat tidak seperti ke Air Terjun Red Coral dan waktu yang kami miliki terbatas.

Desa Munduk Bali, adalah tempat yang sejuk dingin dan di sekitar perjalanan ke Air Terjun Red Coral selain terdapat pohon bambu berbatang besar dipenuhi rimbunnya pohon cengkeh, coklat dan kopi. Desa Munduk khususnya dan desa-desa sekitarnya dikenal dengan hasil bumi yang kaya raya dikarenakan tanah yang subur. Akses untuk mencapai Air Terjun Red Coral dari pertigaan Kota Denpasar, Kota Singaraja dan Kecamatan Busung Biu, belok ke arah kecamatan Busung Biu dari situ sekitar 9 kilometer untuk mencapainya.

air terjun red coral munduk bali Di perjalanan menuju Air Terjun Red Coral, yaitu jalan setapak dengan tanah dan bebatuan kami berhenti sejenak melepas lelah di pedagang rempah-rempah dan kopi luwak. Hal yang menarik melihat kotoran luwak berupa untaian kopi yang mereka dapatkan di tengah hutan. Bijih kopi ini bukan didapat dari luwak yang sengaja diternak namun luwak liar di alam terbuka yang diintai berhari-hari untuk mendapatkan titik di mana luwak mengeluarkan kotorannya. Kopi luwak seperti inilah yang menurut pecinta kopi sangat enak dan dihargai 250 ribu per seperempat kilogram atau 1 juta rupiah per kilonya.

Sebenarnya kami berburu batang vanelli untuk membuat kue, namun di bulan itu vanelli sangat mahal sekali karena belum musim. Sebelum melanjutkan perjalanan kami melihat rempah-rempah yang disusun cantik hingga mengundang perhatian. Cengkeh, kayu manis, pala dan lada hitam yang dibiarkan bergeletak di sebuah tampan, dan untaian kopi dari kotoran luwak masih berbentuk aslinya. Aliran air jernih mengalir di sela-sela akar menggoda saya untuk menyentuhnya, lalu membasuh wajah agar merasakan dinginnya air pegunungan di Desa Munduk. Saya jatuh cinta pada desa ini, rindang pepohonan dan suara burung bernyanyi mengikuti irama alam. Indahnya.

air terjun red coral munduk
Sebelum mencapai Air Terjun Red Coral, kami berjalan melalui jembatan bambu yang di pasang di atas sungai kecil, di mana mengalir air jernih dari pembuangan Air Terjun Red Coral. Bebatuan besar di sekitar sungai dangkal, kami melihatnya dari atas jembatan sambil meniti simpul bambu jembatan. Senangnya, karena sudah lama tidak melakukan kegiatan seperti ini. Sensasi wisata alam ke daerah pegunungan memang lain, setidaknya itu menurut saya. Udara sejuk dan desir angin yang memainkan dedaunan ditambah aroma tanah yang menyegarkan adalah ornamen alam yang sangat indah.

Saya benar-benar menikmati keindahan sekitar Air Terjun Red Coral, dan mulai lusa petualangan kami lebih banyak di sekitar pantai. Tidak sia-sia mengunjungi air terjun Red Coral, sepanjang perjalanan disuguhi pemandangan yang indah. Pulau Bali memang luar biasa, alamnya yang indah dan setiap kali datang selalu saja menemukan tempat baru yang mencengangkan, seperti halnya air terjun Red Coral yang baru saja kami temui. Sebelum mengakhiri catatan perjalanan ini, saya ingin memperlihatkan bagian lain yang unik di air terjun Red Coral.

air terjun red coral
Terdapat batu alam yang disusun di depan sebelah kanan Air Terjun Red Coral, saya perhatikan bebatuan yang disusun itu tidak runtuh walau gerimis dan angin datang. Menurut penjaga tiket, batu yang disusun itu dilakukan oleh pengunjung awalnya 3 tahun yang lalu. Lalu pengunjung berikutnya melakukan hal yang sama, menyusun batu di atas batu yang sudah tersusun begitupun kami melakukan hal yang sama. Sebagai pertanda pernah mengunjungi Air Terjun Red Coral. Hal yang cukup bagus daripada melakukan sesuatu yang merusak alam, seperti menulis di batu sehingga merusak kealamiannya.

Air Terjun Red Coral keindahan yang terjaga baik, sepanjang perjalananpun banyak keindahan lain yang membuat penglihatan bersinar. Rasanya ingin memperpanjang kunjungan di Desa Munduk dan mengeksplore wisata alam lainnya di Desa Munduk, namun waktu yang kami punya sudah terjadwal untuk melanjutkan petuangan ke daerah yang tak kalah indahnya dengan Desa Munduk. Jika tahun mendatang diberi kesempatan untuk melancong lagi ke Pulau Bali, Desa Munduk akan menjadi prioritas, gambaran Bali tanpa hiruk pikuk dan penuh ketenangan.

Geriya Seina tempat kami menginap memanjakan kami dengan suasana desa yang hening, dan Air Terjun Red Coral adalah salah satu bagian dari perjalanan kami di Desa Munduk. Semoga catatan perjalanan ini memberikan informasi bagi anda yang menyukai wisata alam, dan menari sesuatu yang baru di Pulau Dewata. Tentunya bagi anda belum pernah mengunjungi Air Terjun Red Coral, Melanting dan Munduk, saya yakin anda akan sependapat dengan saya tentang kemolekan alam Desa Munduk termasuk Air Terjun Red Coral. Silakan mencoba dan selamat berpetualangan.

Air Terjun Red Coral

Jl Raya Munduk, Desa Munduk, Banjar, Buleleng, Kabupaten Buleleng, Bali 81152, Harga tiket masuk 10 ribu.


Bagikan ke:
Facebook, Twitter, WhatsApp, Telegram, Email. Print!.

, Senang membuat catatan diri setiap perjalanan sekedar penghargaan atas apa yang dilihat dan dirasakan sebagai ritual ungkapan rasa syukur kepada Sang Pencipta.(Jatuh cinta pada lembah, gunung dan pepohonan ). Traktir BA secangkir kopi. Secangkir saja ya! Agustus 30, 2018.