Monumen Kapal Selam Surabaya merupakan satu-satunya monumen kapal selam di Indonesia, dan terbesar di Asia, dibuat dengan menggunakan kapal selam aseli KRI Pasopati 410 pada skala penuh yang baru dipensiunkan pada 25 Januari 1990 oleh TNI Angkatan Laut RI, setelah bertugas hampir selama 40 tahun.
Konstruksi Monumen Kapal Selam ini baru dimulai pada Juli 1995, dan saat itu juga KRI Pasopati 410 dipotong-potong menjadi 16 bagian di PT PAL. Setelah pondasi monumen siap, bagian per bagian KRI Pasopati disatukan kembali di atas pondasi monumen. Monumen Kapal Selam resmi dibuka untuk umum pada 15 Juli 1998.
Jika menggunakan kendaraan sendiri, maka regol masuk ke tempat parkir museum berada sekitar 100 m setelah akses masuk ke area Monumen Kapal Selam yang berada tepat di pinggir Kalimas. Jika menggunakan taksi atau diantar oleh supir maka pengunjung bisa diturunkan di depan pintu masuk museum agar tidak berjalan kaki cukup jauh dari tempat parkir.
Monumen Kapal Selam dilihat dari arah samping belakang, dengan dasar berwarna hitam dan bagian atasnya berwarna hijau jamrud. Tangga masuk ke dalam perut Monumen Kapal Selam berada di bagian depan kapal dan tangga keluar berada di belakang. Di atas sana ada tulisan Pasopati dan angka 410 di bawahnya.
KRI Pasopati (nama anak panah Arjuna yang diperolehnya dari Betara Guru untuk mengalahkan Niwatakaca, Raja Manimantaka), adalah satu dari 12 kapal selam kelas SS Whiskey yang pernah dimiliki TNI-AL. Kapal selam ini dibuat di Vladi Wostok Rusia pada 1952 dan mulai beroperasi di TNI-AL sejak 29 Januari 1962.
KRI Pasopati menjalani tugas pertamanya pada Operasi Alugoro di Pantai Utara Irian Jaya pada 28 Juli 1962, yang merupakan bagian dari Operasi Trikora untuk membebaskan Irian Barat dari tangan Belanda. Enam dari 12 kapal selam yang dimiliki ALRI ketika itu diikutsertakan dalam operasi yang ditugaskan untuk menenggelamkan kapal-kapal perang dan niaga Belanda itu. Alugoro adalah nama dari salah satu kapal selam dalam gugus tugas ini.
Selanjutnya KRI Pasopati ikut serta dalam operasi Hiu Kencana yang berlangsung dari 1 Oktober 1963 sampai 2 Februari 1964. Seluruhnya ada 28 Operasi yang pernah dijalani KRI Pasopati, termasuk yang terakhir yaitu operasi Jala Mangkara II pada 18 Januari 1987 - 6 Februari 1987.
Ruangan yang ada di dalam Monumen Kapal Selam Surabaya dimana terdapat Mesin Diesel dan Terminal Mesin, dengan sebuah lubang bulat di ujung ruangan yang digunakan untuk keluar masuk ruangan dari kompartemen yang ada di sebelahnya.
Di dalam ruangan Monumen Kapal Selam ini dilengkapi pendingin AC, sehingga pengunjung bisa nyaman ketika melihat semua perlengkapan yang ada di dana. Ruang Komandan kapal ini terlihat sempit, sederhana, dan cukup untuk meluruskan punggung satu orang. Ruang, lorong, dan lubang antar ruang di Monumen Kapal Selam ini memang semuanya dibuat ramping, khas kapal pemburu. Di sini juga terdapat Ruang Makan dan Ruang Kerja, dan di bawah dek terdapat ruang untuk Batere.
Sempat pula melihat ruang dimana terdapat sebuah periskop yang bisa meneropong setinggi 9 m. Ruang ini menjadi Pusat Komando dan Pusat Informasi Tempur (PIT) KRI Pasopati. WC juga berada di sini, sesuatu yang pada awalnya tidak ada, demikian juga tempat mandi, sehingga ABK sempat kesulitan ketika BAB dan untuk mandi.
Ruang I atau Ruang Torpedo Monumen Kapal Selam dimana di dekatnya terdapat pintu masuk ke dalam kapal selam, sekaligus sebagai pintu bongkar muat torpedo. Di ruang ini terdapat empat tabung peluncur untuk menembakkan torpedo, sekaligus sebagai tabung peluncur pasukan katak. Terdapat pula enam kursi torpedo cadangan, serta delapan tempat tidur untuk ABK Bintara dan Tamtama.
Merpapat pada dinding kapal selam terdapat torpode dari jenis SAET-50 (Samonavodiashaiasia Akustisticheskaia Elektricheskaia Torpeda - 50), sebuah torpedo canggih pada masanya yang setelah diluncurkan mampu mencari mangsa sendiri berdasarkan suara baling-baling kapal target. SAET-50 yang membuat gerah armada kapal perang Belanda pada Operasi Trikora ini berhulu ledak 375 Kg, dan teknologi homing akustik pasif-nya bisa menjejak kapal target dari jarak sejauh 600-800 m. Namun tidak satu pun SAET-50 ini sempat diluncurkan untuk menghantam kapal Belanda pada operasi pembebasan Irian Barat.
Kolam renang anak-anak dengan latar belakang Monumen Kapal Selam Surabaya, merupakan salah satu fasilitas yang disediakan bagi pengunjung monumen. Selain kolam renang juga terdapat Live Musik, Rekreasi Air di sungai Kalimas, stan suvenir, dan sebuah panggung besar untuk acara-acara tertentu. Ada pula Ruang Video Rama di bagian belakang kompleks, tempat pemutaran film layar lebar dengan tata suara stereo, berisikan kisah tentang KRI Pasopati dan operasi yang dijalaninya. Film diputar setiap jam dari jam 09.00 s/d 21.00, dengan istirahat satu jam pada pukul 12.00.
Monumen Kapal Selam Surabaya memiliki panjang 76,6 m, lebar 6,30 m, dan ketika masih beroperasi sebagai KRI Pasopati 410 bisa melaju dengan kecepatan 18.3 knot di atas permukaan dan 13,6 knot di bawah permukaan. Berat penuhnya mencapai 1.300 ton, berat kosong 1.050 ton, kemampuan jelajah 8.500 mil laut, baterai 224 unit, menggunakan bahan bakar diesel, dan diawaki 63 orang termasuk Komandan.
Armada kapal selam RI mengalami kesulitan suku cadang pasca pemberontakan G30S/PKI oleh karena tidak lagi mendapatkan pasokan dari Uni Soviet, sehingga kanibal pun terpaksa dilakukan yang mengakibatkan ke-12 kapal selam itu satu persatu menjadi besi tua, dan KRI Pasopati merupakan kapal selam terakhir dari kelas SS Whiskey yang dipensiunkan.
Monumen Kapal Selam Surabaya menjadi tengara bagi suatu era dimana TNI-AL pernah memiliki armada tempur yang kuat dan disegani. Kini TNI-AL mengandalkan dua kapal selam jenis 209/1300, yaitu KRI Cakra 401 dan KRI Nanggala 402, yang dibuat Howaldtswerke, Kiel, Jerman Barat, dan telah bertugas sejak 1981.
KRI Nanggala baru tiba pada 6 Februari 2012 lalu setelah menjalani perbaikan menyeluruh sejak Desember 2009 di Daewoo Shipbuilding Marine Engineering, Korea Selatan, sedangkan KRI Cakra 401 juga di-overhaul di tempat yang sama pada Mei 2004 dan baru tiba kembali di tanah air pada 21 April 2006.
Tampaknya karena itu, kabarnya tiga kapal selam baru seri SSK-1 kelas 209 seharga US$1,1 miliar telah disepakati untuk dibeli oleh pemerintah RI dari galangan kapal Daewoo, selain kapal selam jenis BNV (Binocular Night Vision) yang dibeli dari Rusia. Jika benar maka TNI-AL akan memiliki sedikitnya enam kapal selam (dengan asumsi dibeli 2 kapal selam jenis BNV), separuh dari jumlah yang pernah dimiliki pada tahun 1960-an. Semoga saja Indonesia mampu membuat kapal selam sendiri dalam sepuluh tahun mendatang.
Konstruksi Monumen Kapal Selam ini baru dimulai pada Juli 1995, dan saat itu juga KRI Pasopati 410 dipotong-potong menjadi 16 bagian di PT PAL. Setelah pondasi monumen siap, bagian per bagian KRI Pasopati disatukan kembali di atas pondasi monumen. Monumen Kapal Selam resmi dibuka untuk umum pada 15 Juli 1998.
Jika menggunakan kendaraan sendiri, maka regol masuk ke tempat parkir museum berada sekitar 100 m setelah akses masuk ke area Monumen Kapal Selam yang berada tepat di pinggir Kalimas. Jika menggunakan taksi atau diantar oleh supir maka pengunjung bisa diturunkan di depan pintu masuk museum agar tidak berjalan kaki cukup jauh dari tempat parkir.
Monumen Kapal Selam dilihat dari arah samping belakang, dengan dasar berwarna hitam dan bagian atasnya berwarna hijau jamrud. Tangga masuk ke dalam perut Monumen Kapal Selam berada di bagian depan kapal dan tangga keluar berada di belakang. Di atas sana ada tulisan Pasopati dan angka 410 di bawahnya.
KRI Pasopati (nama anak panah Arjuna yang diperolehnya dari Betara Guru untuk mengalahkan Niwatakaca, Raja Manimantaka), adalah satu dari 12 kapal selam kelas SS Whiskey yang pernah dimiliki TNI-AL. Kapal selam ini dibuat di Vladi Wostok Rusia pada 1952 dan mulai beroperasi di TNI-AL sejak 29 Januari 1962.
KRI Pasopati menjalani tugas pertamanya pada Operasi Alugoro di Pantai Utara Irian Jaya pada 28 Juli 1962, yang merupakan bagian dari Operasi Trikora untuk membebaskan Irian Barat dari tangan Belanda. Enam dari 12 kapal selam yang dimiliki ALRI ketika itu diikutsertakan dalam operasi yang ditugaskan untuk menenggelamkan kapal-kapal perang dan niaga Belanda itu. Alugoro adalah nama dari salah satu kapal selam dalam gugus tugas ini.
Selanjutnya KRI Pasopati ikut serta dalam operasi Hiu Kencana yang berlangsung dari 1 Oktober 1963 sampai 2 Februari 1964. Seluruhnya ada 28 Operasi yang pernah dijalani KRI Pasopati, termasuk yang terakhir yaitu operasi Jala Mangkara II pada 18 Januari 1987 - 6 Februari 1987.
Ruangan yang ada di dalam Monumen Kapal Selam Surabaya dimana terdapat Mesin Diesel dan Terminal Mesin, dengan sebuah lubang bulat di ujung ruangan yang digunakan untuk keluar masuk ruangan dari kompartemen yang ada di sebelahnya.
Di dalam ruangan Monumen Kapal Selam ini dilengkapi pendingin AC, sehingga pengunjung bisa nyaman ketika melihat semua perlengkapan yang ada di dana. Ruang Komandan kapal ini terlihat sempit, sederhana, dan cukup untuk meluruskan punggung satu orang. Ruang, lorong, dan lubang antar ruang di Monumen Kapal Selam ini memang semuanya dibuat ramping, khas kapal pemburu. Di sini juga terdapat Ruang Makan dan Ruang Kerja, dan di bawah dek terdapat ruang untuk Batere.
Sempat pula melihat ruang dimana terdapat sebuah periskop yang bisa meneropong setinggi 9 m. Ruang ini menjadi Pusat Komando dan Pusat Informasi Tempur (PIT) KRI Pasopati. WC juga berada di sini, sesuatu yang pada awalnya tidak ada, demikian juga tempat mandi, sehingga ABK sempat kesulitan ketika BAB dan untuk mandi.
Ruang I atau Ruang Torpedo Monumen Kapal Selam dimana di dekatnya terdapat pintu masuk ke dalam kapal selam, sekaligus sebagai pintu bongkar muat torpedo. Di ruang ini terdapat empat tabung peluncur untuk menembakkan torpedo, sekaligus sebagai tabung peluncur pasukan katak. Terdapat pula enam kursi torpedo cadangan, serta delapan tempat tidur untuk ABK Bintara dan Tamtama.
Merpapat pada dinding kapal selam terdapat torpode dari jenis SAET-50 (Samonavodiashaiasia Akustisticheskaia Elektricheskaia Torpeda - 50), sebuah torpedo canggih pada masanya yang setelah diluncurkan mampu mencari mangsa sendiri berdasarkan suara baling-baling kapal target. SAET-50 yang membuat gerah armada kapal perang Belanda pada Operasi Trikora ini berhulu ledak 375 Kg, dan teknologi homing akustik pasif-nya bisa menjejak kapal target dari jarak sejauh 600-800 m. Namun tidak satu pun SAET-50 ini sempat diluncurkan untuk menghantam kapal Belanda pada operasi pembebasan Irian Barat.
Kolam renang anak-anak dengan latar belakang Monumen Kapal Selam Surabaya, merupakan salah satu fasilitas yang disediakan bagi pengunjung monumen. Selain kolam renang juga terdapat Live Musik, Rekreasi Air di sungai Kalimas, stan suvenir, dan sebuah panggung besar untuk acara-acara tertentu. Ada pula Ruang Video Rama di bagian belakang kompleks, tempat pemutaran film layar lebar dengan tata suara stereo, berisikan kisah tentang KRI Pasopati dan operasi yang dijalaninya. Film diputar setiap jam dari jam 09.00 s/d 21.00, dengan istirahat satu jam pada pukul 12.00.
Monumen Kapal Selam Surabaya memiliki panjang 76,6 m, lebar 6,30 m, dan ketika masih beroperasi sebagai KRI Pasopati 410 bisa melaju dengan kecepatan 18.3 knot di atas permukaan dan 13,6 knot di bawah permukaan. Berat penuhnya mencapai 1.300 ton, berat kosong 1.050 ton, kemampuan jelajah 8.500 mil laut, baterai 224 unit, menggunakan bahan bakar diesel, dan diawaki 63 orang termasuk Komandan.
Armada kapal selam RI mengalami kesulitan suku cadang pasca pemberontakan G30S/PKI oleh karena tidak lagi mendapatkan pasokan dari Uni Soviet, sehingga kanibal pun terpaksa dilakukan yang mengakibatkan ke-12 kapal selam itu satu persatu menjadi besi tua, dan KRI Pasopati merupakan kapal selam terakhir dari kelas SS Whiskey yang dipensiunkan.
Monumen Kapal Selam Surabaya menjadi tengara bagi suatu era dimana TNI-AL pernah memiliki armada tempur yang kuat dan disegani. Kini TNI-AL mengandalkan dua kapal selam jenis 209/1300, yaitu KRI Cakra 401 dan KRI Nanggala 402, yang dibuat Howaldtswerke, Kiel, Jerman Barat, dan telah bertugas sejak 1981.
KRI Nanggala baru tiba pada 6 Februari 2012 lalu setelah menjalani perbaikan menyeluruh sejak Desember 2009 di Daewoo Shipbuilding Marine Engineering, Korea Selatan, sedangkan KRI Cakra 401 juga di-overhaul di tempat yang sama pada Mei 2004 dan baru tiba kembali di tanah air pada 21 April 2006.
Tampaknya karena itu, kabarnya tiga kapal selam baru seri SSK-1 kelas 209 seharga US$1,1 miliar telah disepakati untuk dibeli oleh pemerintah RI dari galangan kapal Daewoo, selain kapal selam jenis BNV (Binocular Night Vision) yang dibeli dari Rusia. Jika benar maka TNI-AL akan memiliki sedikitnya enam kapal selam (dengan asumsi dibeli 2 kapal selam jenis BNV), separuh dari jumlah yang pernah dimiliki pada tahun 1960-an. Semoga saja Indonesia mampu membuat kapal selam sendiri dalam sepuluh tahun mendatang.
Monumen Kapal Selam Surabaya
Alamat : Jalan Pemuda 39, Surabaya, Jawa Timur. Telp. 031 - 549 0410, 535 3284. Lokasi GPS : -7.26566, 112.75017, Waze. Parkir mobil: -7.26551, 112.74957, Waze. Jam Buka : Senin s/d Jumat: 08.00 - 21.00, Sabtu dan Minggu: 08.00 - 22.00. Harga tiket masuk : Rp. 5.000; rombongan 30 orang Rp.3.000. Rujukan : Hotel di Surabaya, Tempat Wisata di Surabaya, Peta Wisata SurabayaSponsored Link
Sponsored Link
Sponsored Link
Bagikan ke:
Facebook, Twitter, WhatsApp, Telegram, Email. Print!.