Jawa Timur, Makam, Surabaya, Wali

Makam Sunan Bungkul Surabaya

Makam Sunan Bungkul Surabaya, atau biasa disebut sebagai Mbah Bungkul, berada di dalam kompleks Taman Bungkul yang lokasinya berada di tepi Jalan Raya Darmo, sebuah jalan elit di kawasan Surabaya.

Dari Jalan Raya Darmo kami berbelok kiri masuk ke Jalan Taman Bungkul, lanjut mengikuti jalan yang mengelilingi taman, dan lalu berhenti area Jalan Serayu di sisi timur Taman Bungkul dimana terdapat sentra kuliner dengan deretan warung yang sangat ramai pengunjung. Di dekat akses masuk Makam Sunan Bungkul ini terdapat pohon beringin besar dengan sulur akar bergelantungan.

Ada beberapa versi tentang siapa sesungguhnya tokoh yang dikenal dengan nama Sunan Bungkul ini. Salah satu versi itu menyebutkan bahwa Sunan Bungkul adalah nama lain dari Ki Ageng Supo, atau Mpu Supo, seorang bangsawan dari jaman Kerajaan Majapahit yang setelah memeluk Islam lalu beliau menggunakan nama Ki Ageng Mahmuddin.

makam sunan bungkul surabaya
Di dalam sana terlihat ada sebuah surau, dengan melewati gerbang paduraksa cukup besar yang membatasi bagian luar dengan bagian tengah makam Makam Sunan Bungkul Surabaya. Sebuah struktur yang sebenarnya kurang lazim kalau mengikuti pakem yang umum, karena biasanya orang menggunakan bentuk gapura candi bentar untuk memisahkan bagian luar dengan bagian tengah sebuah tempat suci atau rumah.

Gapura candi bentar hanya ada dua pilar yang terpisah sempurna di sisi kiri kanan lorong masuk, tidak memiliki atap penghubung di bagian atasnya. Dulu candi bentar melambangkan dua pasangan berlawanan yang selalu ada dimuka bumi, yaitu terang - gelap, baik - buruk, tua - muda, kaya - miskin, dst. Ketika melewatinya, orang diharapkan meninggalkan hal-hal buruk di belakang gapura, dan masuk ke bagian tengah dengan hati dan pikir yang bersih.

makam sunan bungkul surabaya

Pendopo di sebelah kiri dan gapura paduraksa yang memisahkan bagian tengah Makam Sunan Bungkul dengan bagian dalam, dimana terdapat makam sang sunan dan makam lainnya. Gerbang paduraksa adalah gerbang dengan penutup di bagian atasnya, biasanya dengan puncak mengerucut dan ada kori agung sebagai akses masuk utama.

Surau yang berada setelah gerbang paduraksa pertama konon dibangun oleh Sunan Bungkul bersama dengan Raden Rahmat (Sunan Ampel). Ada yang menyebutkan bahwa Raden Rahmat pernah berguru kepada Sunan Bungkul meski sepertinya tak ada rujukan jelas mengenai hal ini.

Konon karena Raja Brawijaya dari Majapahit tak berkenan dengan keris yang dibuat olehnya, mpu Supo yang berasal dari Tuban itu merasa tugasnya telah selesai dan bermaksud untuk pulang ke ke daerah asalnya. Namun dalam perjalanan ternyata beliau tertarik dengan keasrian tempat dimana Taman Bungkul sekarang berada sehingga akhirnya memutuskan untuk menetap di sana hingga beliau wafat.

makam sunan bungkul surabaya
Pandangan pada sisi kiri cungkup Makam Sunan Bungkul Surabaya dimana berjajar makam yang nisan dan badan kuburnya diselimuti dengan kain putih. Di luar cungkup makam ada beberapa makam tua, Di sini konon ada makam Makam Mbah Sholeh, pengikut setia Sunan Ampel, meskipun makam sebenarnya ada di kompleks Makam Sunan Ampel Surabaya.

Sebuah versi menyebut bahwa Sunan Bungkul adalah mertua Raden Paku, yang lebih dikenal sebagai Sunan Giri, setelah Raden Paku secara tidak sengaja memungut buah delima dari Kalimas. Tanpa diketahuinya, Sunan Bungkul memiliki niatan barang siapa yang menemukan buah delima itu akan ia jodohkan dengan puterinya yang bernama Dewi Wardah.

Padahal Raden Paku telah dijodohkan dengan puteri Sunan Ampel yang bernama Dewi Murthasiah, namun karena perjodohannya dengan Dewi Wardah mendapat restu Sunan Ampel, maka Raden Paku pun menikahi kedua puteri itu pada hari yang sama. Makam Sunan Bungkul ini merupakan bangunan cagar budaya, seperti tertera pada prasasti di sana.

makam sunan bungkul surabaya
Makam Sunan Bungkul ada pada sisi sebelah kanan di dalam cungkup makam di atas. Di area makam juga ada sebuah sumur yang airnya konon memiliki tuah. Karena lebih tua, ada peziarah yang datang lebih dulu ke Makam Sunan Bungkul, sebelum ke Makam Sunan Ampel, meskipun tidak ada nama Sunan Bungkul atau Ki Supo dalam riwayat Sunan Ampel.

Makam Sunan Bungkul kabarnya dikunjungi sekitar 100 orang setiap harinya, dan pada hari libur jumlahnya bisa mencapai ribuan, kebanyakan dari luar kota, ada pula yang dari luar pulau. Adanya pohon beringin besar yang tua seperti biasa dapat membantu memberikan sebuah 'suasana' bagi para peziarah yang datang ke tempat seperti ini.

Jika nama Sunan Bungkul atau mBah Bungkul tidak saya temui selain di makam ini, maka nama Mpu Supo telah saya temui sebelumnya di Kawasan Bukit Surowiti, dimana terdapat beberapa peninggalan Sunan Kalijaga. Makam Mpu Supo di Bukit Surowiti saya jumpai setelah berkunjung ke Goa Langsih Gresik, tempat persembunyian Brandal Lokajaya.

Makam Sunan Bungkul merupakan bagian dari kesibukan Taman Bungkul yang ramai dikunjungi warga Surabaya yang bukan hanya berkunjung ke makam, namun juga bersantap, minum kopi, atau sekadar duduk-duduk ngobrol sambil membuka laptop-nya. Kondisi Taman Bungkul sekarang ini mestinya sudah jauh lebih baik ketimbang pada saat saya kunjungi itu.

Makam Sunan Bungkul Surabaya

Alamat : Taman Bungkul, Jl Raya Darmo, Surabaya. Lokasi GPS : -7.2916, 112.74004, Waze. Rujukan : Hotel di Surabaya, Tempat Wisata di Surabaya, Peta Wisata Surabaya


Bagikan ke:
Facebook, Twitter, WhatsApp, Telegram, Email. Print!.

, seorang pejalan musiman dan penyuka sejarah. Penduduk Jakarta yang sedang tinggal di Cikarang Utara. Traktir BA secangkir kopi. Secangkir saja ya! Mei 06, 2018.