Jawa Timur, Mojokerto, Museum, Trowulan

Museum Trowulan Mojokerto

Lokasi Museum Trowulan Mojokerto berada di sebelah kanan jalan di sebuah jalan simpang di Trowulan, Mojokerto, Jawa Timur. Mungkin saat ini nama museum telah berganti nama menjadi Museum Majapahit, mengambil nama kerajaan besar yang pernah hidup dan jaya di wilayah ini.

Saat itu untuk memotret koleksi Museum Trowulan Mojokerto diperlukan ijin tertulis dari Kepala Balai Pelestarian Peninggalan Purbakala Trowulan yang ada di Jl. Majapahit No. 141-143, Trowulan, Mojokerto, Telp. (0321) 495515. Beruntung saya bisa mendapatkan ijin di hari saya berkunjung. Semoga aturan itu sekarang telah ditiadakan, karena bahkan Museum Nasional pun tak ada aturan yang merepotkan pengunjung itu.

Museum ini mulai dibuka pada 1926 untuk menyimpan dan memamerkan benda-benda purbakala hasil penelitian Oudheidkundige Vereeneging Majapahit (OVM). Perkumpulan itu didirikan tahun 1924 oleh Kanjeng Adipati Aria Kramadjaja Adinegara, Bupati Mojokerto saat itu, bersama Henry Maclaine Pont, seorang Arkeolog berkebangsaan Belanda.

museum trowulan mojokerto
Tampak samping Gedung utama Museum Trowulan Mojokerto. Di belakang bangunan gedung utama terdapat bangunan joglo tanpa dinding yang digunakan untuk menyimpan arca-arca dan benda-benda peninggalan lainnya. Benda yang disimpan di sini berasal dari jaman Kerajaan Majapahit, Kerajaan Kahuripan, Kerajaan Kediri, dan juga Kerajaan Singasari.

Sesaat setelah memasuki ruangan besar museum, terlihat koleksi benda-benda kuno yang dahulu dimiliki oleh Henry Mclain Pont. Koleksi itu berada di bagian sebelah kiri, berupa kursi ukir motif dedaunan dan tumpal antik bergaya Jawa Eropa, lonceng pintu, patung orang tua, dan lampu duduk.

Sejumlah Patung Hariti terlihat di dalam ruangan, yang digambarkan dengan buah dada besar dan dikelilingi anak-anak. Hariti adalah pelindung anak, memberi kemudahan saat melahirkan, menjaga dan merawat anak-anak, menjaga keharmonisan suami isteri, cinta, dan kesejahteraan serta keamanan keluarga. Ia juga dipuja wanita agar bisa hamil.

museum trowulan mojokerto
Beberapa patung berukuran kecil yang merupakan Pantheon Hindu di Museum Trowulan Mojokerto. Terlihat sebuah Lingga Yoni di bagian tengah, Dewa Siwa di Selatan, Dewi Durga di Utara, Ganesha di Barat, Mahakala di kiri pintu masuk, dan Nandiswara di kanan pintu masuk. Mahakala dan Nandiswara adalah penjaga gerbang Swargaloka Siwa dan Dewi Parwati.

Pertemuan Lingga (Siwa) dan Yoni (Parwati) merupakan kepercayaan Hindu yang melambangkan kesuburan dan kelangsungan hidup. Lazimnya terdapat tiga bentuk lingga, yaitu Brahma bhaga yang berbentuk segi empat, Wisnu Bhaga berbentuk segi delapan dan Siwa bhaga yang berbentuk silindris. Kebanyakan lingga, mungkin semuanya, yang saya pernah lihat berbentuk silindris.

Di tengah lorong ruangan Museum Trowulan Mojokerto ada tempayan tanah liat. Ada pula poster dan lemari kaca yang menyimpan koleksi benda purbakala. Juga ada replika sumur kuno dari batu bata dan gerabah, yang persegi biasanya berdekatan dengan bangunan suci, dan sumur bata bundar ada di pemukiman kuno. Sumur dari gerabah disebut jobong, biasanya ada di sawah.

museum trowulan mojokerto
Arca Wisnu menunggang Garuda dalam ukuran besar yang disimpan di pendopo belakang Museum Trowulan Mojokerto. Arca ini penggambaran Airlangga, sebagai titisan Wisnu. Setelah membagi Kahuripan menjadi Kediri (Doho/Panjalu) dan Jenggala tahun 1045, setelah gagal menjadikan puteranya menjadi raja di Bali, Airlangga menjadi pertapa bergelar Resi Gentayu.

Ketika Airlangga meninggal pada 1049, patung itu dibuat untuk memujanya sebagai jelmaan Wisnu, dewa penyelamat dan penjaga dunia. Garuda yang ditungganginya merupakan simbol Kerajaan Kediri (Garudamukha). Ada pula arca batu di selasar museum yang merupakan miniatur candi berisi kisah pencarian Tirta Amrta yang disebut Samuderamanthana.

Alkisah, ketika dunia hanya dihuni dewa dan raksasa, Dewa Brahma khawatir jika suatu saat dunia dikuasai kejahatan, karena lebih banyak raksasa. Para dewa rapat dan memutuskan mengaduk samudera untuk mencari Tirta Amerta. Gunung Mandara sebagai pengaduk, kura-kura jelmaan Wisnu sebagai alasnya agar gunung tak tenggelam, dan Dewa Basuki menjelma menjadi ular sangat panjang yang membelit gunung.

Para dewa dan raksasa bergantian menarik ular hingga Gunung Mandara berputar mengaduk samudera, dan dari dalam Samudera Ksira (lautan susu) keluarlah Ardhacandra, Dewi Sura, Dewi Laksmi, Dewi Sri, Ucchaisravara dan Dewa Dhanwantari dengan membawa guci berisi Tirta Amrta. Namun guci jatuh ke tangan raksasa. Dewa Brahma pun menjelma menjadi bidadari cantik untuk menggoda para raksasa sampai akhirnya berhasil merebut kembali Guci Tirta Amerta.

Di dekat arca Samudramanthana terdapat Arca Gajasura Samhara Murti. Gajasura, adalah iblis dalam wujud gajah yang mengganggu meditasi para penganut Siwa dan menyebar kerusakan, sehingga Dewa Siwa membunuh Gajasura dan memakai kulit Gajasura untuk menutupi tubuhnya sebagai tanda kemenangan. Ada banyak sekali arca tidak lengkap di Museum Trowulan Mojokerto.

museum trowulan mojokerto
Dua buah arca batu yang tidak utuh, besar dan kecil, di sebuah cungkup joglo kecil, yang lokasinya berada di pelataran Museum Trowulan Mojokerto. Banyak sekali benda-benda peninggalan purbakala dan batu candi yang disimpan di area terbuka di museum ini. Tentu sangat menarik jika batu ini disusun menjadi candi yang bisa dinikmati keindahannya.

Di halaman museum terdapat Pohon Maja yang tengah berbuah. Buah Maja berbentuk bulat hijau, berukuran sekira sekepalan tangan. Ketika Raden Wijaya membabat alas Tarik, pengikutnya memakan buah Maja muda yang rasanya pahit, sehingga daerah baru itu dinamakan Majapahit, yang tumbuh menjadi kerajaan besar dan kuat di Nusantara.

Kulit Buah Maja yang berwarna hijau ketika muda ini akan berubah menjadi coklat warnanya setelah tua, dengan daging buahnya berwarna kuning hingga jingga. Ketika buah maja sudah benar-benar masak, biasanya terjadi pada musim kemarau, buah itu sebenarnya berasa cukup manis, berair, dan beraroma wangi.

Museum Trowulan Mojokerto merupakan museum berukuran lumayan besar yang bertugas menyimpan koleksi benda purbakala dari masa Kerajaan Majapahit yang terlengkap di Indonesia. Museum ini wajib untuk dikunjungi bagi yang berminat memasuki lorong waktu kejayaan masa silam, sebagai akar dan fondasi bagi kejayaan masa kini dan mendatang.

Museum Trowulan Mojokerto

Alamat : Jl. Pendopo Agung, Kecamatan Trowulan, Mojokerto. Lokasi GPS : -7.560139,112.380888, Waze. Telp dan Fax: (0321) 495515. Jam buka : 07.00 - 16.00. Harga tiket masuk : Rp. 2.500, pelajar Rp. 1.500. Rujukan : Hotel di Mojokerto, Tempat Wisata di Mojokerto, Peta Wisata Mojokerto.


Bagikan ke:
Facebook, Twitter, WhatsApp, Telegram, Email. Print!.

, seorang pejalan musiman dan penyuka sejarah. Penduduk Jakarta yang sedang tinggal di Cikarang Utara. Traktir BA secangkir kopi. Secangkir saja ya! April 26, 2018.