Situs Lembu Ayu Sumbang Banyumas merupakan sebuah situs cagar budaya peninggalan dari jaman kebudayaa Hindu Buddha yang berada di Kabupaten Banyumas. Lokasi situs ini berjarak sekitar 4,6 km dari Situs Candi Ebeg arah ke Tenggara, atau sekitar 13,5 km dari Alun-alun Purwokerto, arah ke Timur Laut, hampir sama dengan jaraka ke Baturraden.
Perjalanan ke Situs Lembu Ayu cukup mudah, melewati daerah pedesaan dengan pemandangan sawah dan ladang menghijau milik penduduk, dengan lalu lintas yang boleh dibilang sepi, melintasi Jl Raya Sumbang, lalu berbelok ke arah Timur, dan kemudian arah ke Utara. Karena dari Situs Candi Ebeg, mestinya lebih dekat jika kami datang dari arah Utara, namun mungkin Tri tidak mengetahui belokannya maka kami turun terlalu jauh ke Selatan di Jl Raya Sumbang sehingga kemudian harus balik lagi ke arah Utara.
Sesampainya di Dusun Lembu Ayu, Desa Susukan, kami berhenti di dekat sekolahan untuk bertanya arah setelah melewati sebuah jalan panjang dengan hanya ada ladang di kiri kanan jalan. Adalah sebuah kebetulan bahwa kami bertanya kepada pemilik tanah dimana Situs Lembu Ayu berada. Setelah sedikit berputar arah kami masuk ke kiri ke sebuah tanah lapang luas, berhenti di ujungnya, dan melanjutkan dengan berjalan kaki. Sebelumnya saya meminta kepada bapak bernama Haryanto itu untuk bisa menyusul kami ke lokasi. Ia tengah duduk di atas sadel motornya ketika saya bertanya.
Situs Lembu Ayu Sumbang Banyumas itu, yang terdiri dari dua buah Yoni (satu besar, satu lebih kecil) dan sebuah Lingga, peninggalan jaman kejayaan Hindu. Ada lagi sebuah patung lembu putih kasar buatan tangan amatiran di dekatnya yang membuat dahi saya berkerenyit. Tidak terlihat patung Nandiswara, lembu yang menjadi kendaraan Dewa Siwa, yang seharusnya memberi nama situs ini. Haryanto, yang datang kemudian, menceritakan kepada kami bahwa arca Nandi telah dicuri orang beberapa waktu yang lalu. Menyedihkan.
Jika orang mencurinya itu bisa berarti bahwa arca Nandi itu masih dalam keadaan baik. Tempat yang terbuka tanpa pagar pengaman, serta lokasi yang jauh dari rumah penduduk, membuat pencurian menjadi mudah dilakukan. Itu sebabnya Haryanto lantas membuat patung lembu putih itu, serta bagian bawah Lingga ia semen.
Namun setengah mengomel saya mengatakan kepada Haryanto bahwa keberadaan patung lembu putih itu malah merusak pemandangan dan keaslian situs, yang itu ia akui. Belakangan ada anak-anak datang dan menunggang lembu putih itu, menjadikannya mainan ...
Ada Papan penanda Benda Cagap Budaya Situs Lembu Ayu yang dibuat oleh Dinas BudPar Kabupaten Banyumas terlihat masih dalam kondisi baik. Sayangnya dinas purbakala sepertinya hanya datang untuk menancapkan tiang penanda namun belum melakukan langkah konservasi yang diperlukan untuk mengamankan situs.
Sebuah Lingga atau Siwalingga yang posisinya di belakang lembu putih itu, meski saya meragukannya karena ukurannya terlalu besar untuk sebuah Lingga, dan tak bisa masuk pula ke dalam lubang Yoni. Lingga merupakan arca batu berbentuk silindris, sering tanpa ornamen, tegak, dengan besar dan tinggi beragam, sebagai falus (penis) Dewa Siwa yang menjadi lambang kesuburan. Sedangkan pasangan Lingga adalah Yoni yang merupakan simbol alat kelamin wanita. Karenanya Lingga dipasang menancap pada Yoni yang berlubang di permukaan atasnya.
Pada ritual Lingga Yoni, air ritual berupa air biasa atau air susu diguyurkan di atas Lingga, turun pada Yoni dan mengalir melewati saluran samping Yoni untuk kemudian ditampung dan disebarkan di sawah ladang agar menjadi subur dan memberi panen berlimpah kepada pemiliknya.
Area di sekitar Situs Lembu Ayu Sumbang adalah persawahan yang sebagiannya milik Haryanto, serta ada aliran sebuah sungai bernama Marus. Aliran sungai atau mata air biasanya berada di dekat situs kuno yang diperlukan sebagai tempat bersuci bagi para peziarah sebelum melakukan ritual peribadatan atau pemujaan.
Sebuah tatanan yang cukup lebar memanjang tertutupi batu-batu besar kecil terlihat berada di dekat Lingga Yoni. Tampak sisa persembahan di dalam keranjang bambu, serta sebutir buah kelapa yang dipotong dan dilubangi bagian atasnya, serta bunga kantil mawar merah putih di atas sepotong daun pisang.
Tidak terlihat jelas apa isi keranjang itu, lantaran dibungkus dalam plastik-plastik kecil sederhana. Sedangkan persembahan yang diletakkan di atas daun pisang sudah tidak ada lagi. Ada pula dua buah ikatan potongan pendek bambu atau kayu diletakkan menyandar pada dinding keranjang.
Sisa bakaran dupa berwarna kehitaman juga terlihat di dekat keranjang bambu, menandai bahwa tempat itu dikeramatkan. Asap dupa adalah seolah pengantar bagi membubungnya doa yang dipanjat ke langit, membantu menciptakan suasana khidmat sehingga orang bisa memusatkan akal dan budinya ketika menghadapkan jiwanya kepada Yang Mahalanggeng.
Haryanto menceritakan bahwa tatanan batu di sebelah Situs Lembu Ayu itu dipercaya masyarakat sebagai Makam Ki Pandung Aguna. Pemujaan kepadanya dilakukan penduduk lantaran semasa hidupnya ia adalah pencuri tersohor di wilayah ini oleh karena hasilnya selalu dibagikannya kepada rakyat miskin.
Di satu sisi perbuatan mencuri adalah salah, apa pun alasannya dan kepada siapa pun itu dilakukan, di sisi yang lain salah pula orang-orang kaya yang menumpuk terus kekayaan dan tidak peka terhadap kemiskina yang membelit tetangga dan rakyat di sekitarnya. Salah bertemu salah adalah sangat salah, bukan lantas menjadi benar.
Semoga saja ketika anda berkunjung kondisi Situs Lembu Ayu sudah jauh lebih baik, berpagar pengaman, lebih rapi, dan lembu putih yang merusak mata itu sudah tidak ada lagi. Sukur-sukur digantikan duplikat arca nandi yang elok, meskipu bukan berasal dari jaman kuno ...
Perjalanan ke Situs Lembu Ayu cukup mudah, melewati daerah pedesaan dengan pemandangan sawah dan ladang menghijau milik penduduk, dengan lalu lintas yang boleh dibilang sepi, melintasi Jl Raya Sumbang, lalu berbelok ke arah Timur, dan kemudian arah ke Utara. Karena dari Situs Candi Ebeg, mestinya lebih dekat jika kami datang dari arah Utara, namun mungkin Tri tidak mengetahui belokannya maka kami turun terlalu jauh ke Selatan di Jl Raya Sumbang sehingga kemudian harus balik lagi ke arah Utara.
Sesampainya di Dusun Lembu Ayu, Desa Susukan, kami berhenti di dekat sekolahan untuk bertanya arah setelah melewati sebuah jalan panjang dengan hanya ada ladang di kiri kanan jalan. Adalah sebuah kebetulan bahwa kami bertanya kepada pemilik tanah dimana Situs Lembu Ayu berada. Setelah sedikit berputar arah kami masuk ke kiri ke sebuah tanah lapang luas, berhenti di ujungnya, dan melanjutkan dengan berjalan kaki. Sebelumnya saya meminta kepada bapak bernama Haryanto itu untuk bisa menyusul kami ke lokasi. Ia tengah duduk di atas sadel motornya ketika saya bertanya.
Situs Lembu Ayu Sumbang Banyumas itu, yang terdiri dari dua buah Yoni (satu besar, satu lebih kecil) dan sebuah Lingga, peninggalan jaman kejayaan Hindu. Ada lagi sebuah patung lembu putih kasar buatan tangan amatiran di dekatnya yang membuat dahi saya berkerenyit. Tidak terlihat patung Nandiswara, lembu yang menjadi kendaraan Dewa Siwa, yang seharusnya memberi nama situs ini. Haryanto, yang datang kemudian, menceritakan kepada kami bahwa arca Nandi telah dicuri orang beberapa waktu yang lalu. Menyedihkan.
Jika orang mencurinya itu bisa berarti bahwa arca Nandi itu masih dalam keadaan baik. Tempat yang terbuka tanpa pagar pengaman, serta lokasi yang jauh dari rumah penduduk, membuat pencurian menjadi mudah dilakukan. Itu sebabnya Haryanto lantas membuat patung lembu putih itu, serta bagian bawah Lingga ia semen.
Namun setengah mengomel saya mengatakan kepada Haryanto bahwa keberadaan patung lembu putih itu malah merusak pemandangan dan keaslian situs, yang itu ia akui. Belakangan ada anak-anak datang dan menunggang lembu putih itu, menjadikannya mainan ...
Ada Papan penanda Benda Cagap Budaya Situs Lembu Ayu yang dibuat oleh Dinas BudPar Kabupaten Banyumas terlihat masih dalam kondisi baik. Sayangnya dinas purbakala sepertinya hanya datang untuk menancapkan tiang penanda namun belum melakukan langkah konservasi yang diperlukan untuk mengamankan situs.
Sebuah Lingga atau Siwalingga yang posisinya di belakang lembu putih itu, meski saya meragukannya karena ukurannya terlalu besar untuk sebuah Lingga, dan tak bisa masuk pula ke dalam lubang Yoni. Lingga merupakan arca batu berbentuk silindris, sering tanpa ornamen, tegak, dengan besar dan tinggi beragam, sebagai falus (penis) Dewa Siwa yang menjadi lambang kesuburan. Sedangkan pasangan Lingga adalah Yoni yang merupakan simbol alat kelamin wanita. Karenanya Lingga dipasang menancap pada Yoni yang berlubang di permukaan atasnya.
Pada ritual Lingga Yoni, air ritual berupa air biasa atau air susu diguyurkan di atas Lingga, turun pada Yoni dan mengalir melewati saluran samping Yoni untuk kemudian ditampung dan disebarkan di sawah ladang agar menjadi subur dan memberi panen berlimpah kepada pemiliknya.
Area di sekitar Situs Lembu Ayu Sumbang adalah persawahan yang sebagiannya milik Haryanto, serta ada aliran sebuah sungai bernama Marus. Aliran sungai atau mata air biasanya berada di dekat situs kuno yang diperlukan sebagai tempat bersuci bagi para peziarah sebelum melakukan ritual peribadatan atau pemujaan.
Sebuah tatanan yang cukup lebar memanjang tertutupi batu-batu besar kecil terlihat berada di dekat Lingga Yoni. Tampak sisa persembahan di dalam keranjang bambu, serta sebutir buah kelapa yang dipotong dan dilubangi bagian atasnya, serta bunga kantil mawar merah putih di atas sepotong daun pisang.
Tidak terlihat jelas apa isi keranjang itu, lantaran dibungkus dalam plastik-plastik kecil sederhana. Sedangkan persembahan yang diletakkan di atas daun pisang sudah tidak ada lagi. Ada pula dua buah ikatan potongan pendek bambu atau kayu diletakkan menyandar pada dinding keranjang.
Sisa bakaran dupa berwarna kehitaman juga terlihat di dekat keranjang bambu, menandai bahwa tempat itu dikeramatkan. Asap dupa adalah seolah pengantar bagi membubungnya doa yang dipanjat ke langit, membantu menciptakan suasana khidmat sehingga orang bisa memusatkan akal dan budinya ketika menghadapkan jiwanya kepada Yang Mahalanggeng.
Haryanto menceritakan bahwa tatanan batu di sebelah Situs Lembu Ayu itu dipercaya masyarakat sebagai Makam Ki Pandung Aguna. Pemujaan kepadanya dilakukan penduduk lantaran semasa hidupnya ia adalah pencuri tersohor di wilayah ini oleh karena hasilnya selalu dibagikannya kepada rakyat miskin.
Di satu sisi perbuatan mencuri adalah salah, apa pun alasannya dan kepada siapa pun itu dilakukan, di sisi yang lain salah pula orang-orang kaya yang menumpuk terus kekayaan dan tidak peka terhadap kemiskina yang membelit tetangga dan rakyat di sekitarnya. Salah bertemu salah adalah sangat salah, bukan lantas menjadi benar.
Semoga saja ketika anda berkunjung kondisi Situs Lembu Ayu sudah jauh lebih baik, berpagar pengaman, lebih rapi, dan lembu putih yang merusak mata itu sudah tidak ada lagi. Sukur-sukur digantikan duplikat arca nandi yang elok, meskipu bukan berasal dari jaman kuno ...
Situs Lembu Ayu Sumbang
Alamat : Dusun Lembu Ayu, Desa Susukan, Kecamatan Sumbang, Banyumas. Lokasi GPS : -7.35689, 109.28929, Waze. Jam buka : sepanjang waktu. Harga tiket masuk gratis. Hotel di Purwokerto, Hotel di Baturraden, Tempat Wisata di Banyumas, Tempat Wisata Kuliner Banyumas, Peta Wisata Banyumas.Sponsored Link
Sponsored Link
Sponsored Link
Bagikan ke:
Facebook, Twitter, WhatsApp, Telegram, Email. Print!.