Gedung Gereja Kristen Pasundan Cirebon ini merupakan Benda Cagar Budaya lainnya yang terletak di Jl. Yos Sudarso, berada diantara Gedung Bank Indonesia dan Gereja Santo Yusuf, sederet dengan gedung yang disebut terakhir.
Gedung Gereja Kristen Pasundan Cirebon ini lokasinya berada di pojok Jl. Yos Sudarso No. 10 dengan sebuah jalan kecil, dan foto diambil dari jalan kecil itu. Sebagai kota pesisir, Cirebon secara ekonomi sangat penting bagi penguasa kolonial, sehingga tak heran ada banyak gedung dibangun di wilayah ini.
Gereja ini resmi berdiri pada 14 November 1934 dengan Rad Ageng (Majelis Besar) pertama diketuai oleh Penginjil J. Iken dari Nederlandse Zendelings Vereeniging (NZV) dari Belanda, penulis D. Abednego, dan bendahara Tan Goan Tjong.
Papan nama yang menunjukkan status gedung Gereja Kristen Pasundan Cirebon sebagai Benda Cagar Budaya, serta tahun 1788, yang merupakan perkiraan tahun pembuatan gedung gereja ini. Tahun perkiraan semacam itu biasanya merujuk pada selesainya bangunan gereja, bukan saat dimulai pembangunannya.
Umumnya bangunan tempat ibadah semacam ini pada awalnya merupakan bangunan sederhana, kadang adalah rumah tinggal yang berubah fungsi. Setelah anggot jemaat semakin banyak maka kemudian dibuat bangunan yang lebih besar dan representatif, bisa di tempat yang sama atau di tempat yang berbeda.
Adanya tenda memanjang yang didirikan di bagian depan gedung gereja, baik menetap atau pun hanya didirikan sementara waktu ketika ada acara tertentu, memberi petunjuk bahwa jemaat gereja sudah lebih besar dari kapasitas yang tersedia.
Bangunan Gereja Kristen Pasundan Cirebon ini berbentuk segi enam simetris dengan puncak mengerucut. Di samping pintu masuk terdapat sebuah pelat tembaga bertulis huruf berbahasa Belanda menempel dinding, yang sepertinya menunjukkan pemilik rumah sebelumnya, serta tahun pembuatan gedung ini.
Papan nama Gereja Kristen Pasundan Cirebon yang berada di sisi lain, menunjukkan waktu kegiatan ibadah di Gereja Kristen Pasundan Cirebon ini. Pada papan disebutkan bahwa gereja ini menggunakan bahasa Indonesia dalam penyelenggaraan acara kebaktiannya.
Ada kebaktian Minggu untuk umum pada hari Minggu, kebaktian Komisi Pelayanan Anak pada hari Minggu, Kebaktian Komisi Pemuda-Remaja pada hari Minggu, kebaktian Komisi Wanita pada hari Jumat, dan kebaktian rumah tangga pada hari Rabu.
Sudut pandang lainnya pada Gereja Kristen Pasundan Cirebon sempat saya ambil fotonya juga. Entah mengapa saat itu tak ada keinginan saya untuk mencoba masuk ke dalam. Mungkin masih sedikiti dongkol karena tak bisa masuk ke Gereja Santo Yusuf beberapa saat sebelumnya, dan emoh untuk mendapat pengalaman tak enak untuk kedua kalinya. Padahal siapa yang tahu ...
Sayang tidak ditemukan catatan sejarah tentang kepemilikan dan pemakaian Gedung Gereja Kristen Pasundan Cirebon ini, serta siapa arsitek pembuatnya. Gereja Kristen Pasundan sendiri adalah sebuah Gereja yang tumbuh kembang di Pulau Jawa bagian barat, seperti DKI Jakarta, Jawa Barat dan Banten.
Gedung Gereja Kristen Pasundan Cirebon ini lokasinya berada di pojok Jl. Yos Sudarso No. 10 dengan sebuah jalan kecil, dan foto diambil dari jalan kecil itu. Sebagai kota pesisir, Cirebon secara ekonomi sangat penting bagi penguasa kolonial, sehingga tak heran ada banyak gedung dibangun di wilayah ini.
Gereja ini resmi berdiri pada 14 November 1934 dengan Rad Ageng (Majelis Besar) pertama diketuai oleh Penginjil J. Iken dari Nederlandse Zendelings Vereeniging (NZV) dari Belanda, penulis D. Abednego, dan bendahara Tan Goan Tjong.
Papan nama yang menunjukkan status gedung Gereja Kristen Pasundan Cirebon sebagai Benda Cagar Budaya, serta tahun 1788, yang merupakan perkiraan tahun pembuatan gedung gereja ini. Tahun perkiraan semacam itu biasanya merujuk pada selesainya bangunan gereja, bukan saat dimulai pembangunannya.
Umumnya bangunan tempat ibadah semacam ini pada awalnya merupakan bangunan sederhana, kadang adalah rumah tinggal yang berubah fungsi. Setelah anggot jemaat semakin banyak maka kemudian dibuat bangunan yang lebih besar dan representatif, bisa di tempat yang sama atau di tempat yang berbeda.
Adanya tenda memanjang yang didirikan di bagian depan gedung gereja, baik menetap atau pun hanya didirikan sementara waktu ketika ada acara tertentu, memberi petunjuk bahwa jemaat gereja sudah lebih besar dari kapasitas yang tersedia.
Bangunan Gereja Kristen Pasundan Cirebon ini berbentuk segi enam simetris dengan puncak mengerucut. Di samping pintu masuk terdapat sebuah pelat tembaga bertulis huruf berbahasa Belanda menempel dinding, yang sepertinya menunjukkan pemilik rumah sebelumnya, serta tahun pembuatan gedung ini.
Papan nama Gereja Kristen Pasundan Cirebon yang berada di sisi lain, menunjukkan waktu kegiatan ibadah di Gereja Kristen Pasundan Cirebon ini. Pada papan disebutkan bahwa gereja ini menggunakan bahasa Indonesia dalam penyelenggaraan acara kebaktiannya.
Ada kebaktian Minggu untuk umum pada hari Minggu, kebaktian Komisi Pelayanan Anak pada hari Minggu, Kebaktian Komisi Pemuda-Remaja pada hari Minggu, kebaktian Komisi Wanita pada hari Jumat, dan kebaktian rumah tangga pada hari Rabu.
Sudut pandang lainnya pada Gereja Kristen Pasundan Cirebon sempat saya ambil fotonya juga. Entah mengapa saat itu tak ada keinginan saya untuk mencoba masuk ke dalam. Mungkin masih sedikiti dongkol karena tak bisa masuk ke Gereja Santo Yusuf beberapa saat sebelumnya, dan emoh untuk mendapat pengalaman tak enak untuk kedua kalinya. Padahal siapa yang tahu ...
Sayang tidak ditemukan catatan sejarah tentang kepemilikan dan pemakaian Gedung Gereja Kristen Pasundan Cirebon ini, serta siapa arsitek pembuatnya. Gereja Kristen Pasundan sendiri adalah sebuah Gereja yang tumbuh kembang di Pulau Jawa bagian barat, seperti DKI Jakarta, Jawa Barat dan Banten.