Salah satu gedung tua di Kota Corebon adalah Gedung Bank Mandiri Cirebon yang terletak di pojokan Jl. Kantor No.4, Cirebon, bersebelahan dengan Klenteng Dewi Welas Asih, dan berseberangan dengan Gedung BAT, yang juga merupakan sebuah gedung tua.
Kota Cirebon sangat kaya dengan gedung-gedung tua peninggalan jaman kolonial Belanda. Ini bisa dimaklumi karena lokasi strategis Kota Cirebon sebagai kota pelabuhan sangatlah penting artinya bagi roda perekonomian pemerintah kolonial Belanda. Hingga saat ini pun kota yang dulu kaya udang itu masih menjadi pusat ekonomi penting di kawasan pantai utara Jawa.
Semua gedung tua yang ada di wilayah Cirebon mungkin saat ini sudah berstatus Cagar Budaya yang dilindungi undang-undang. Meski sudah merupakan langkah yang sangat penting, namun tak kalah pentingnya adalah pengawasannya serta penegakan perlindungannya, agar jangan sampai terjadi perubahan pada bangunan yang menyebabkan kehilangan bentuk aslinya.
Tampak samping Gedung Bank Mandiri Cirebon di Jl. Kantor. Gedung bertingkat ini masih terlihat kokoh dan anggun, dengan sebuah menara kecil di puncaknya dan bentuk lengkung geometris di bawahnya. Di bagian depan atas, sejajar lurus dengan pintu masuk, terdapat konstruksi mencuat di atas genteng yang berpuncak segitiga dengan ornamen di sepanjang sisinya.
Sayang saya tidak bisa menemukan informasi mengenai sejarah Gedung yang sekarang digunakan sebagai salah satu kantor cabang Bank Mandiri Cirebon ini. Sebaiknya website Bank Mandiri, dan website bank atau perusahaan lain yang saat ini menggunakan gedung-gedung tua, menambahkan sebuah halaman yang menceritakan tentang riwayat gedung yang mereka tempati itu.
Bagaimana pahit pun, sejarah adalah bagian ruh sebuah kota yang harus tetap hidup, setidaknya dalam catatan ketika yang memiliki ingatan satu demi satu hilang ditelan waktu. Selalu ada pelajaran yang bisa diambil dari peristiwa yang terjadi di masa lalu, termasuk kesalahan yang pernah dibuat, yang jika mengabaikannya orang bisa melakukannya lagi.
Masalah klasik bagi pemotret, dan bagi siapa pun yang menghargai keindahan, adalah kabel-kabel telepon dan kabel listrik yang sangat mengganggu pemandangan. Bandingkan dengan gambar pertama yang kabel-kabelnya telah 'dihilangkan', yang tentu lebih sedap dipandang mata.
Tampaknya petinggi PLN, petinggi Telkom, serta pemerintah daerah, perlu bersinergi untuk menciptakan keindahan kota dengan menanam kabel di bawah tanah, dan memperhatikan letak lampu-lampu jalan. Selain tata kota yang perli dibenahi, memerlukan visi dan kemauan kuat dari para pemimpin untuk bisa mewujudkan hal ini.
Membaca kembali sejarah bisa memberi sedikit gambaran tentang kapan mulai berdirinya bangunan Belanda di wilayah Cirebon. Awal masuknya VOC menguasai Cirebon adalah karena persekutuannya dengan Sultan Haji. Sultan Haji atau Sultan Abu Nashar Abdul Qahar adalah Sultan Banten yang berkuasa di Banten dalam kurun waktu 1683 - 1687.
Ini dipicu konflik internal yang terjadi di kesultanan Cirebon, ketika Pangeran Syamsyudin Martawijaya menyatakan tahta Cirebon adalah haknya karena ia menganggap sebagai ahli waris yang sah. Pangeran Syamsyudin Martawijaya kemudian mengajukan kepada Komisaris VOC, Van Dijk untuk mengadakan suatu perjanjian agar Cirebon berada di bawah perlindungan VOC.
Namun Pangeran Kartawijaya menentang klaim Pangeran Syamsyudin oleh sebab Sultan Banten telah melantik keduanya menjadi Sultan Sepuh dan Sultan Anom. Sementara itu Pangeran Wangsakerta juga merasa punya hak karena ia tetap berada di Cirebon menjalankan pemerintahan selama masa kekacauan tahun 1676-1678.
Untuk mengatasi konflik keluarga itulah kemudian dibuat perjanjian diantara ketiga pangeran itu dengan Kompeni sebagai penengah yang menandi mulai masuknya pengaruh VOC dalam lingkup kekuasaan Cirebon tanpa perlu memakai senjata. VOC berjanji memberi perlindungan kepada Cirebon dari segala ancaman dengan dibuatnya perjanjian pada tanggal 7 Januari 1681.
Info CirebonHotel di Cirebon, Hotel Murah di Cirebon, Tempat Wisata di Cirebon, Peta Wisata Cirebon.
Kota Cirebon sangat kaya dengan gedung-gedung tua peninggalan jaman kolonial Belanda. Ini bisa dimaklumi karena lokasi strategis Kota Cirebon sebagai kota pelabuhan sangatlah penting artinya bagi roda perekonomian pemerintah kolonial Belanda. Hingga saat ini pun kota yang dulu kaya udang itu masih menjadi pusat ekonomi penting di kawasan pantai utara Jawa.
Semua gedung tua yang ada di wilayah Cirebon mungkin saat ini sudah berstatus Cagar Budaya yang dilindungi undang-undang. Meski sudah merupakan langkah yang sangat penting, namun tak kalah pentingnya adalah pengawasannya serta penegakan perlindungannya, agar jangan sampai terjadi perubahan pada bangunan yang menyebabkan kehilangan bentuk aslinya.
Tampak samping Gedung Bank Mandiri Cirebon di Jl. Kantor. Gedung bertingkat ini masih terlihat kokoh dan anggun, dengan sebuah menara kecil di puncaknya dan bentuk lengkung geometris di bawahnya. Di bagian depan atas, sejajar lurus dengan pintu masuk, terdapat konstruksi mencuat di atas genteng yang berpuncak segitiga dengan ornamen di sepanjang sisinya.
Sayang saya tidak bisa menemukan informasi mengenai sejarah Gedung yang sekarang digunakan sebagai salah satu kantor cabang Bank Mandiri Cirebon ini. Sebaiknya website Bank Mandiri, dan website bank atau perusahaan lain yang saat ini menggunakan gedung-gedung tua, menambahkan sebuah halaman yang menceritakan tentang riwayat gedung yang mereka tempati itu.
Bagaimana pahit pun, sejarah adalah bagian ruh sebuah kota yang harus tetap hidup, setidaknya dalam catatan ketika yang memiliki ingatan satu demi satu hilang ditelan waktu. Selalu ada pelajaran yang bisa diambil dari peristiwa yang terjadi di masa lalu, termasuk kesalahan yang pernah dibuat, yang jika mengabaikannya orang bisa melakukannya lagi.
Masalah klasik bagi pemotret, dan bagi siapa pun yang menghargai keindahan, adalah kabel-kabel telepon dan kabel listrik yang sangat mengganggu pemandangan. Bandingkan dengan gambar pertama yang kabel-kabelnya telah 'dihilangkan', yang tentu lebih sedap dipandang mata.
Tampaknya petinggi PLN, petinggi Telkom, serta pemerintah daerah, perlu bersinergi untuk menciptakan keindahan kota dengan menanam kabel di bawah tanah, dan memperhatikan letak lampu-lampu jalan. Selain tata kota yang perli dibenahi, memerlukan visi dan kemauan kuat dari para pemimpin untuk bisa mewujudkan hal ini.
Membaca kembali sejarah bisa memberi sedikit gambaran tentang kapan mulai berdirinya bangunan Belanda di wilayah Cirebon. Awal masuknya VOC menguasai Cirebon adalah karena persekutuannya dengan Sultan Haji. Sultan Haji atau Sultan Abu Nashar Abdul Qahar adalah Sultan Banten yang berkuasa di Banten dalam kurun waktu 1683 - 1687.
Ini dipicu konflik internal yang terjadi di kesultanan Cirebon, ketika Pangeran Syamsyudin Martawijaya menyatakan tahta Cirebon adalah haknya karena ia menganggap sebagai ahli waris yang sah. Pangeran Syamsyudin Martawijaya kemudian mengajukan kepada Komisaris VOC, Van Dijk untuk mengadakan suatu perjanjian agar Cirebon berada di bawah perlindungan VOC.
Namun Pangeran Kartawijaya menentang klaim Pangeran Syamsyudin oleh sebab Sultan Banten telah melantik keduanya menjadi Sultan Sepuh dan Sultan Anom. Sementara itu Pangeran Wangsakerta juga merasa punya hak karena ia tetap berada di Cirebon menjalankan pemerintahan selama masa kekacauan tahun 1676-1678.
Untuk mengatasi konflik keluarga itulah kemudian dibuat perjanjian diantara ketiga pangeran itu dengan Kompeni sebagai penengah yang menandi mulai masuknya pengaruh VOC dalam lingkup kekuasaan Cirebon tanpa perlu memakai senjata. VOC berjanji memberi perlindungan kepada Cirebon dari segala ancaman dengan dibuatnya perjanjian pada tanggal 7 Januari 1681.
Gedung Bank Mandiri Cirebon
Alamat : Jl. Kantor No. 4, Cirebon. Lokasi GPS : -6.7182, 108.5702, Waze.Info CirebonHotel di Cirebon, Hotel Murah di Cirebon, Tempat Wisata di Cirebon, Peta Wisata Cirebon.
Sponsored Link
Sponsored Link
Sponsored Link
Bagikan ke:
Facebook, Twitter, WhatsApp, Telegram, Email. Print!.