Jokowi, Percikan, Politik

Dukung Jokowi Jadi Presiden, Coblos No 4

Dukung Jokowi Jadi Presiden, Coblos No 4, atau Coblos No 4, Jokowi Presiden. Kalimat itu menjadi sangat bermakna setelah Megawati sebagai ketua umum PDI-P mengeluarkan perintah soal penugasan Jokowi sebagai capres PDI-P, hanya dua hari sebelum kampanye pileg dimulai.

Sebelum pengumuman pencapresan Jokowi, saya skeptis jika membaca kalimat itu karena seolah PDI-P meminta orang membeli kucing dalam karung; PDI-P hanya mau mengambil keuntungan dari popularitas Jokowi untuk mendulang suara di pileg, tanpa komitmen pencapresan Jokowi.

Sebelum pengumuman sempat pula muncul wacana bahwa jika PDI-P menang pileg maka pasangan Megawati - Jokowi yang akan maju, dan jika kalah dan PDI-P harus berkoalisi maka Jokowi-lah yang akan dimajukan sebagai capres. Dengan wacana itu saya termasuk orang yang tidak akan memilih PDI-P, agar PDI-P kalah pileg dan Jokowi yang dimajukan sebagai capres.

Syukurlah akhirnya Megawati mengambil keputusan tepat yang telah lama ditunggu-tunggu, baik oleh pendukung dan simpatisan Jokowi, maupun oleh para pesaingnya, tentu dengan reaksi yang jauh berbeda, seperti bumi langit.

Ada kegembiraan dan rasa syukur serta ungkapan terima kasih kepada Megawati yang disuarakan oleh pendukung dan simpatisan Jokowi. Di seberang lain, para pesaingnya blingsatan dan petinggi partai serta orang-orang bayarannya pun sontak sibuk mengangkat isu-isu yang dimiring-miringkan dengan maksud memojokkan dan menyerang keputusan Megawati mencapreskan Jokowi, dan tak sungkan-sungkan menyerang Jokowi secara pribadi.

Bagi pendukung dan simpatisan yang menginginkan Jokowi menjadi presiden, pilihannya sekarang sudah jelas: coblos No.4, coblos PDI-P. Karena hanya dengan cara itu PDI-P bisa mencalonkan Jokowi menjadi capres tanpa perlu berkoalisi, dan tak perlu harus terpaksa melakukan dagang sapi dengan memberi konsesi kekuasaan seperti yang terjadi pada kasus Perjanjian Batutulis.

Koalisi paksa untuk mencapreskan Jokowi jelas akan sangat menurunkan efektifitas pemerintahan Jokowi, jika ia terpilih menjadi presiden. Partai yang dipinang bisa sangat jual mahal dengan mengajukan permintaan tak masuk akal untuk menempatkan orang-orangnya di posisi-posisi penting di lembaga negara atau kementrian. Lihatlah butir-butir perjanjian Batutulis yang sangat berat sebelah itu, yang terpaksa harus ditelan Megawati.

Karena itu, jika PDI-P kalah di pileg, akan lebih baik bila Jokowi tidak usah dicapreskan, karena selain lemah di pemerintahan akan pula menjadi bulan-bulanan di DPR, jika pun Jokowi terpilih menjadi presiden dengan cara berkoalisi.

Karena itu, sekali lagi, pilihannya sudah jelas bagi para pendukung dan simpatisan Jokowi: Coblos No 4, Jokowi Presiden (dengan seijin Allah).

Bagi politisi PDI-P, ini bisa jadi momentum perubahan, dengan mengikuti gaya Jokowi yang sederhana, lurus, dan bekerja semata untuk kepentingan rakyat. Jika itu dilakukan maka PDI-P bisa menjadi partai penguasa dalam jangka waktu lama, serta dihormati dan dicintai pula oleh rakyat. Jangan lupa kepercayaan rakyat pada anggota DPR kini tengah berada di titik minus.

Waktu yang akan membuktikan apakah pilihan untuk menjatuhkan suara saya ke PDI-P kali ini akan bernasib sama buruknya dengan suara yang saya jatuhkan pada Partai Demokrat di dua pemilu sebelumnya, dan pada PKS di dua pemilu sebelumnya lagi.

Harapan saya, PDI-P menang pileg dengan telak sehingga kuat di DPR, Jokowi Presiden, dan PDI-P mampu menjaga kepercayaan rakyat yang diberikan kepada mereka.

Mungkinkah PDI-P mampu menjaga kepercayaan itu? Mungkin. Namun itu terjadi hanya jika Megawati tegas dan keras terhadap kader korup dan malas, serta legowo untuk Tut Wuri Handayani pada Jokowi tanpa ikut campur dalam urusan pemerintahan ketika Jokowi menjadi presiden nanti.


Bagikan ke:
Facebook, Twitter, WhatsApp, Telegram, Email. Print!.

, seorang pejalan musiman dan penyuka sejarah. Penduduk Jakarta yang sedang tinggal di Cikarang Utara. Traktir BA secangkir kopi. Secangkir saja ya! Oktober 27, 2017.