Jokowi, Percikan, Politik

Apa Yang Dibanggakan dari Lebih Baik dari Yang Terburuk?

Seorang kenalan membuat status Facebook. Ia berbagi pernyataan Watimpres bahwa ekonomi Indonesia lebih baik dari Yunani. Lalu ada yang berkomentar "Apa yang dibanggakan dari lebih baik dari yang terburuk?". Itu benar, jika saja hanya sedikit lebih baik. Tapi benarkah demikian?

Selain komentar Sri Adiningsih yang dimuat di CNN Indonesia itu, sejumlah pengamat telah membuat tulisan tentang kondisi ekonomi Indonesia saat ini untuk menjawab rumor tidak berdasar, dan karena itu tak laku, tentang akan terpuruknya ekonomi kita mengikuti jejak Yunani.

Salah satunya adalah Faisal Basri, dengan paparan data cukup rinci. Namun pendapat dan tulisan faktual itu tentu saja tidak berpengaruh pada kelakuan para haters.

Mereka justru berharap negara ini hancur, hanya agar bisa lebih ganas memaki-maki Jokowi. Keadaan ini secara tepat digambarkan oleh sebuah karikatur tentang perilaku empat orang yang sedang berada di atas sebuah perahu di tengah laut.

Dua orang terlihat sibuk bekerja membuang air dari dalam perahu agar perahu tidak tenggelam di laut, sementara dua lagi duduk santai menonton ketawa-ketawi sambil menyumpahi "Biar mampus loe! Semoga cepet tenggelem". Begitulah, rasa benci berlebihan telah membuat orang tak peduli bahwa mereka berada dalam perahu yang sama.

Indikator ekonomi yang sering dipakai membuli Jokowi adalah perlambatan pertumbuhan ekonomi. Namun coba kita lihat forecast pertumbuhan ekonomi negara-negara di dunia pada penutupan tahun 2015 nanti. Data di bawah ini dikutip dari tulisan di Bloomberg berjudul These 10 Economies Will Be the World's Worst Performers

Forecast Pertumbuhan Ekonomi 2015

1. Ukraina : -4
2. Rusia : -3,5
3. Brazil : -1,6
4. Argentina : -1,5
5. Swiss : 0,1
6. Kroasia : 0,2
7. Serbia : 0,5
8. Yunani : 0,9
9. Itali : 1,1
10. Kazakhstan : 1,2
11. Austria : 1,4
12. Norwegia : 1,5
13. Perancis : 1,5
14. Belgia : 1,6
15. Bulgaria : 1,6
16. Belanda : 1,6
17. Portugal : 1,8
18. Jerman : 1,8
19. Afrika Selatan : 1,95
20. Jepang : 2
21. Amerika Serikat : 2,1
22. Inggris : 2,4
23. Swedia : 2,6
24. Hong Kong : 2,7
25. Australia : 2,7
26. New Zealand : 2,7
27. Hungaria : 2,7
28. Spanyol : 2,8
29. Meksiko : 2,8
30. Singapura : 2,8
31. Rumania : 2,9
32. Chile : 2,9
33. Slovakia : 2,9
34. Thailand : 3
35. Republik Czech : 3
36. Kolombia : 3,4
37. Korea Selatan : 3,5
38. Taiwan : 3,5
39. Turki : 3,8
40. Polandia : 4
41. Malaisia : 4,4
42. Irlandia : 4,5
43. Indonesia : 5,44
44. Filipina : 5,7
45. Vietnam : 6,1
46. China : 6,9
47. India : 7,5

Membaca tulisan itu mata berasa sejuk karena Indonesia berada di zona warna hijau pada posisi kelima terbaik dari 47 negara. Patut dicatat, tulisan yang terbit 1 Juli 2015 itu menyebut "Current forecasts are the median from each country's June survey except for Croatia and Greece, for which the last survey was in April, and Serbia, which was in May".

Yunani ada di posisi ke-8 terburuk. Pertanyaan "Apa yang dibanggakan dari lebih baik dari yang terburuk?" dengan sendirinya terjawab karena Indonesia tidak hanya lebih baik dari yang terburuk, namun lebih baik dari dari 42 negara lainnya di dunia! Hanya saja jangan bergirang dulu, karena orang akan berkelit "Ah itu kan hanya forecast"...

Ada pula yang gigih menyamakan kondisi nilai tukar dengan krisis 1998. Namun ada dua hal yang mereka lupakan. Pertama, pada krisis 1998 rupiah jatuh dari US$ 1 = Rp 2.350 di akhir 1996 ke Rp 14.000 pada Juli 1998. Sedangkan saat ini rupiah bergerak dari Rp. 12.222 di 12/10/2014 (bulan Jokowi dilantik) ke Rp. 13.337 di 7/7/2015.

Kedua, pada krisis 1998 rupiah terpuruk paling parah diantara mata uang lainnya. Kini ada banyak mata uang dunia lainnya yang jatuh lebih parah terhadap US$ ketimbang Rupiah. Coba simak data pada tulisan yang terbit pada bulan Maret lalu berjudul The Worst Performing Currencies Of 2015. Ada 18 mata uang disebut di sana, termasuk Bitcoin, namun rupiah tak ada.

Baiknya baca juga tulisan Dollar’s Rise Reshuffles Global Economy Into Winners and Losers untuk lebih memahami penguatan USD terhadap mata uang dunia lainnya. Tentang kemungkinan berulangnya krisis 1998, berikut adalah penggalan paragraf dalam tulisan itu:

"A re-run of the crisis conditions of 1998-99 is unlikely, but there are areas of significant vulnerability,” said Adam Slater, a senior economist at Oxford Economics Ltd. in Oxford, England. He predicts the dollar’s strength will help reduce growth this year in emerging markets to the slowest pace since 2009.
Malaysia, Chile, Turkey, Russia and Venezuela are the most at risk, according to Slater. Close behind are Brazil, South Africa and Hungary.
India and China will fare better because they are net importers of commodities and their debt ratios are in line with historical averages.
"

Tak ada Indonesia diantara nama yang disebut sebagai negara rapuh. Namun begitu tantangan bagi tim ekonomi Jokowi memang masih berat. Mungkin sudah waktunya bagi presiden memanggil pulang Sri Mulyani Indrawati untuk masuk tim ekonominya, meski dengan resiko muka lama di DPR dan para kutukupret akan kembali bising. Namun siapa takut?


Bagikan ke:
Facebook, Twitter, WhatsApp, Telegram, Email. Print!.

, seorang pejalan musiman dan penyuka sejarah. Penduduk Jakarta yang sedang tinggal di Cikarang Utara. Traktir BA secangkir kopi. Secangkir saja ya! Oktober 27, 2017.