Foto Bayt Al Qur’an

Tampak depan Bayt Al-Qur’an Taman Mini Indonesia Indah dengan tengara nama menempel pada dinding bagian bawah, dan di atasnya ada logo dengan lambang padi kapas bintang dan buku terbuka serta banner bertulis “Ikhlas Beramal”. Di bawah logo ada tulisan “Lajnah Pentashihan Mushaf Al-Qur’an Badan Litbang dan Diklat Kementrian Agama RI. Pada dinding atas menempel huruf kaligrafi Arab yang berbunyi “Qur’an”



Begitu masuk ke dalam ruangan Bayt Al Qur’an TMII, segera terlihat lembaran Al-Qur’an Mushaf Wonosobo yang ditulis oleh Abdul Malik dan Hayatuddin, dua orang santri Pondok Pesantern Al-Asy’ariyah serta mahasiswa Institut Ilmu Al’Qur’an (IIQ), Kalibeber, Wonosobo, Jawa Tengah.



Deretan hiasan Mushaf elok di Bayt Al-Qur’an TMII ini dibuat oleh sejumlah orang yang berasal dari berbagai daerah di tanah air. Pembuat hiasan Musha ada yang dari Kalimantan Utara, Lampung, Sumatera Selatan, Jawa Barat, DKI Jakarta, serta daerah lainnya. Semuanya dibuat dengan detail dan komposisi warna yang terlihat sangat indah.



Suasana di ruangan bagian depan Bayt Al-Qur’an yang saat itu tengah memamerkan hasil karya seniman tanah air yang bukan saja berupa hiasan Mushaf namun juga ada yang berupa lukisan dengan tema keelokan alam. Ruangan ini sangat lega dan mampu menampung pengunjung yang datang dalam rombongan berjumlah besar.



Tulisan yang memberi penjelasan cukup lengkap sekitar Al-Qur’an Mushaf Wonosobo. Hayatuddin (saat itu 28 tahun) bertindak sebagai penulis, dan Abdul Malik (27 tahun) berperan sebagai pelukis ornamen Mushaf, dibantu tim pemeriksa (pentasih) Waros al-Hafidz. Penulisan dilakukan pada pukul 7.30 s/d pukul 12.00, dan kemudian dilanjutkan lagi setelah shalat Isya’ pada pukul 19.30 sampai dengan 20.30, yang selalu diawasi oleh KH Muntaha sebagai pemimpin pondok pesantren.

Alat tulis yang dipakai adalah pena buatan sendiri dari Pring Wulung (Bambu Aur), dan tintanya dibuat dari adonan tinta Cina dengan air teh sebagai bahan pengawet. Pembuatan Mushaf ini menghabiskan 3 pena bambu, 500 spidol, 15 kg tinta hijau dan emas, dan 15 botol tinta ukuran ninuman plastik sedang atau tinta full color yang dipakai untuk hiasan Surah Al-Fatihah dan tulisan Alif Lam Mim.



Poster yang menceritakan sejarah berdirinya Bayt Al Qur’an TMII Jakarta Timur.



Prasasti peresmian Bayt Al-Qur’an Taman Mini Indonesia Indah yang ditandatangani oleh Presiden Soeharto pada 20 April 1997.



Pintu masuk Bayt Al-Qur’an dengan poster berisi Mushaf Al-Qur’an kuno dari Kalimantan Timur yang dibuat pada abad ke-19. Mushaf aslinya disimpan di Museum Negeri Mulawarman, Tenggarong, Kalimantan Timur.



Sudut pandang pada pintu masuk Bayt Al-Qur’an yang ditarik lebih ke belakang dari foto sebelumnya.



Poster berisi tulisan tentang 7 Mushaf Terindah di Indonesia, yaitu Mushaf Istiqlal, Mushaf At-Tin, Mushaf Sundawi, Mushaf Jakarta, Mushaf Al-Bantani, Mushaf Kalbar, dan Mushaf Jambi. Menurut kamus Lisanul Arab, Mushaf adalah “kumpulan dari lembaran yang tertulis dan diapit dua sampul”



Koleksi Bayt Al-Quran Taman Mini Indonesia Indah berupa Mushaf Al-Qur’an berukuran besar dalam bentuk lembaran tegak yang ditulis dengan tinta warna keemasan.



Mushaf Istiqlal ini berukuran 106x85 cm, diresmikan awal penulisannya oleh Presiden Soeharto pada tanggal 15 Oktober 1991, bertepatan dengan pembukaan Festival Istiqlal yang pertama. Perancangnya adalah tim pakar desain grafis ITB dan para ulama sebagai editornya.

Ciri khas Mushaf Istiqlal adalah tiap awal Surah ditulis di awal halaman, tiap awal juz ditulis dengan huruf tebal dan diletakkan di tengah atau awal halaman, rata-rata tiap halaman berisi 13 baris tulisan, tanda waqaf lazim lebih ditonjolkan dibanding tanda waqaf lainnya, serta tanda sajdah, ruku’, juz, dan hizb diberi iluminasi khusus yang berbeda satu dengan yang lainnya.



Mushaf Istiqlal diresmikan penyelesaiannya pada tanggal 23 September 1995 oleh Presiden Soeharto, bertepatan dengan Pembukaan Festival Istiqlal II, sebulan lebih setelah peringatan 50 tahun kemerdekaan bangsa Indonesia.



Peti Mushaf Istiqlal ini berukuran P-120 x L-100 x T-75 cm, dibuat dari bahan Kayu Jati dan Kuningan dengan teknik ukir. Motif ragam hiasnya berupa flora Nusantara.



Mushaf At-Tin ini dibuat untuk mengenang Fatimah Siti Hartinah (Ibu Tien Soeharto) yang dirancang oleh Mahmud Buchari.



Pembuatan Mushaf Sundawi ini diprakarsai Guber Jawa Barat HR Nuriana , dimulai pembuatannya pada 14 Agustus 1995 dan selesai dikerjakan pada Januari 1997. Ada dua acuan rancangan yang digunakan dalam membuat Mushaf ini, yang pertama adalah bersumber pada motif Islami Jawa Barat yang tidak berupa manusia dan hewan, serta bersumber pada jenis flora khas Jawa Barat.

Berdasarkan wilayah budaya, Mushaf Sundawi ini menggunakan 19 jenis motif, yaitu Motif Teh; Motif Banten; Motif Teh II; Motif Bogor, Sukabumi, Cianjur, Tangerang dan Betawi; Motif Indramayu; Motif Cirebon; Motif Padi; Motif Bekasi, Karawang, Purwakarta, Subang dan sekitarnya; Motif Ciamis, Banjar; Motif Tasikmalay; Motif Kina; Motif Garut; Motif Sumedang; Motif Bandung (Patrakomala); Motif Gandaria; Motif Hanjuang; Motif Kuningan, Majalengka, Cirebon dan Indramayu; Motif Jawa Barat I; Motif Jawa Barat II; dan Motif Serang, Lebak, Pandeglang.



Mushaf Jakarta secara resmi mulai ditulis pada 30 Desember 199 dan selesai pada tanggal 22 Desember 2000 yang diresmikan oleh Gubernur DKI Jakarta Sutiyoso yang juag sebagai pemrakarsanya. Ragam hias diambil dari ornamen tardisional Betawi. Pada sampul dan halaman tengah terdapat ikon Monas (Monumen Nasional).



Mushaf Al-Bantani digagas sejak tahun 2007, dan meskipun peresmian penulisannya telah dilakukan pada tanggal 2 Februari 2008 di Rangkasbitung, Lebak, penulisan yang sesungguhnya baru dimulai pada tahun 2010. Mushaf ini berukuran 25x17,5 cm dan merupakan tiruan dari naskah Mushaf Al-Bantani aslinya yang berukuran 70x50 cm.



Relung yang menyerupai mihrab ruangan utama sebuah masjid dengan Al-Qur’an di dalamnya, diletakkan di atas rehal.



Poster berisi tulisan dan foto tentang Mushaf Al-Qur’an pada masa Nabi Muhammad SAW.



Mushaf Al-Qur'an yang terlihat sudah sangat tua.



Poster di Bayt Al-Quran TMII yang berisi kisah penulisan Mushaf pada masa Khalifah Abu Bakar pada 634 M.



Mushaf Masjid Al-Hussein, Kairo, yang merupakan mushaf tertua di Mesir, yang dibuat semasa Khulafaur Rasyidin di akhir abad ke-1 / awal abad ke-2 Hijrah. Ketebalannya 1087 lembar, 4 diantaranya hilang dan ditulis kemudian. Ukurannya 57x68x40 cm, teks ditulis 12 baris tiap halaman, dengan berat 80 kg. Sejak 2006, mushaf ini disimpan di Pusat Perpustakaan Naskah Islam, Masjid al-Sayyidah Zainab, Kairo, Mesri.



Poster yang menempel pada dinding yang menuju ke mezzanin Bayt Al-Qur'an TMII berisi riwayat penyalinan mushaf al-Qur’an dari muali zama Nabi Muhammad SAW (hingga 632 M), masa Khulafaur Rasyidin (632-661 M), masa Dinasti Muawiyah (661-750 M), masa Dinasti Abbasyiah (750-1258 M), masa Dinasti Mamluk (1250-1517 M), masa Dinasti Ilkan (1256-1353 M), masa Kerajaan Shafawi di Persia (1501-1857 M), masa Kerajaan Mughal di India (1526-1540 dan 1555-1857 M), masa Kerajaan Usmani di Turki (1299-1923 M), dan masa Islam Nusantara.


Catatan tentan penulisan mushaf al-Qur’an pada masa Khalifah Utsman bin Affan (hingga 656 M).



Catatan tentan penulisan mushaf al-Qur’an pada masa Dinasti Muawiyah (661-750 M).



Mushaf dari masa Dinasti Umayyah pada abad ke-8 M yang disimpan di Museum Topkapi, Turki. Terdapat bercak darah pada halaman tertentu, yang membuat orang menduga bahwa mushaf ini adalah milik Khalifah Ustman bin Affan yang dibunuh ketika sedang membaca Al-Qur’an.



Mushaf dari masa Dinasti Umayyah yang ditulis dengan tinta coklat tua, terdiri dari 21 baris setiap halaman. Mushaf dari abad ke-8 M ini dipindahkan dari Masjid Umayyah Damaskus ke Istana Topkapi tahun 1911 M, dan kemudian disimpan di Museum Seni Turki dan Seni Islam pada tahun 1913 M.



Poster di Museum Bayt al-Qur’an TMII yang berisi riwayat penulisan Mushaf al-Qur’an pada masa Dinasti Mamluk (1250-1517 M).



Mushaf Al-Qur’an di masa Kerajaan Mamluk, dibuat sekitar tahun 1380 M, per lembar 11 baris teks, 277 lembar warna keemasan, ukuran 56,5x41,2 cm. Mushaf ini dipindahkan ke Museum Seni Turki dan Seni Islam dari Masjid Muhammad Pasha pada tanggal 22 September 1920.



Poster di Museum Bayt al-Qur’an TMII tentang penulisan Mushaf al-Qur’an pada masa Dinasti Abbasyah (750-11258 M).



Mushaf al-Qr’an gulungan dari jaman Dinasti Abbasiyah, abad ke-9 M. Medianya terbuat dari kulit binatang, ditulis dengan tinta emas dan coklat, ada 19 baris per halaman, berukuran 21,2x71 cm. Mushaf ibi dibawa dari Masjid Bani Umayyah ke Istana Topkapi pada tahun 1911 M, dan lalu dipindahkan ke Museum Seni Turki dan Seni Islam pada tahun 1913.

Istana Topkapı adalah istana yang berada di Istanbul, Turki, yang menjadi kediaman resmi Sultan Utsmaniyah selama lebih dari 600 tahun.



Poster berisi catatan penulisan mushaf al-Qur’an pada jaman Kerajaan Safawi di Persia tahun 1501-1736 M. Pada jaman ini mulai digunakan tanda madd (bacaan panjang), tanda waqaf lam alif dan tanda waqaf tha.



Ini adalah mushaf al-Qur’an dari masa Kerajaan Safwai di Herat (sekarang Afghanistan), yang disalin oleh Ali bin Mahmud al-Hirawi pada Desember 1559 M. Awalnya disimpan oleh Nurbanu Sultan (1583 M), kemudian disimpan di Masjid Uskudur Atik Valide sebelum dipindahkan ke Museum Seni Turki dan Seni Islam pada 6 November 1916.



Poster di Bayt Al-Qur'an Taman Mini Indonesia Indah yang menceritakan sejarah perkembangan penyalinan mushaf al-Qur’an di Nusantara yang hingga abad ke-18 adalah masa penyalinan manual. Di abad ke-19 adalah masa cetak awal, dan abad ke-20 disebut sebagai perkembangan penerbitan mushaf al-Qur’an, dan abad ke-21 merupakan mushaf al-Qur’an generasi baru.



Mushaf al-Qur’an dari jaman Kesultanan India Delhi abad ke-16 M, dibawa ke Museum Seni Turki dan Seni Islam pada tanggal 13 April 1914 M.



Mushaf al-Qur’an dari masa Dinasi Ustmaniyah, disalin oleh Umar Zihni Efendi pada tahun 1849-1850 M. Setiap halaman terdiri dari 15 baris, berjumlah 309 lembar, berukuran 16,4x10,6 cm.



Al-Qur’an La Lino di Bayt Al Qur’an TMII sumbangan dari Siti Maryam Rahmat Salahuddin, puteri ketujuh Sultan Bima terakhir, Sultan Muhammad Salahuddin. Medianya kertas Eropa dengan countermark “John Hayes 1815”, berukuran 35x22 cm, berjumlah 598 halaman.







Salah satu Mushaf al-Qur'an dari abad ke-18. Hampir semua mushaf dari abad ke-18 berasal dari Kesultanan Banten, Kacirebonan, Surakarta, Sumbawa, Bima, Ternate, Tidore, dan Kedah.





Mushaf al-Qur’an kuno dari Aceh abad ke-19 M.



Pandangan pada lantai dua dan akses menanjak menuju ke lantai berikutnya.



Mushaf al-Qur’an sumbangan Yayasan Pengayoman, Jakarta Timur, berukuran 75x105 cm, berbahan kertas karton, dengan tingkat keterbacaan 60%.



Mushaf al-Qur’an lengkap 30 juz berasal dari Jawa, setiap halaman terdiri dari 15 baris.

















©2021 Ikuti