Pandangan pada ornamen mimbar yang terbuat dari dua potongan kayu dengan lingkaran-lingkaran berisi kaligrafi berwarna keemasan. Mimbarnya sendiri terkesan biasa, hanya dihias dengan ram-raman kayu polos yang dicat hijau muda, sementara tempat duduk bagi khatib dilapis jok warna hijau tua.
Pandangan samping pada tembok luar Masjid Wali Jepang Kudus dengan gapura paduraksa di tengahnya. Saya bisa bayangkan eloknya bagian depan masjid itu jika saja seluruh tembok menggunakan bata telanjang dengan lekuk-lekuk yang disusun oleh ahlinya.
Prasasti dalam huruf Arab-Pegon bertanggal 16 Muharram 1336 H/ 1917 M, berbunyi "Iki jenenge masjid Al-Makmur. Insyaallah sopo-sopo wonge shodaqoh neng masjid iki selamet donya akhirat." Terjemahannya "Ini namanya Al-Makmur. Jika Allah menghendaki siapa saja yang mengeluarkan sebagian hartanya di masjid ini selamat dunia akhirat".
Pandangan lurus pada relung imam dan mimbar yang terpisah. Meskipun terkesan tak lazim, namun ornamen pada relung imam itu menjadi ciri khas masjid peninggalan Arya Penangsang ini.
Sponsored Link