Tembok Makam R. Ng. Yosodipuro Pengging yang memanjang dan cukup tinggi menjadi tengara yang mudah dikenali bagi para peziarah yang ingin berkunjung ke tempat ini. Stuktur dinding tembok luarnya terlihat kokoh, namun bangunan yang menempel pada dinding luar itu sepertinya dibangun belakangan, tampaknya agar bisa membuat atap yang melindungi peziarah dari terika matahari dan hujan.
Serambi makam R.Ng. Yosodipuro itu, yang semula saya kira menjadi akses masuk ke bagian dalam makam, namun ternyata akses masuknya dari pintu yang berada di sisi kanan cungkup makam. Beruntung kuncen ada di tempat sehingga aya tidak terlalu lama kebingungan di serambi makam ini. Deretan jirat kubur terlihat berjejer rapi di ruangan serambi ini, namun sebagian tak ada tengara nama. Jika melihat formasinya maka semua makam itu sepeetinya telah berusia tua. Jika ada jasad baru, tak bisa tidak harus merusak keramik saat hendak menggali lubang kuburnya.
Bagian dalaman Makam R. Ng. Yosodipuro Pengging dengan cungkup makam dibalut kain kelambu berwarna merah. Kubur di sebelah kanan cungkup adalah makam kedua isteri R. Ng. Yosodipuro. Menurut penuturan Tjojo (54 tahun), juru kunci Makam R.Ng. Yosodipuro yang sejak kecil sudah sering ikut bapaknya mengurus makam ini, dua tengara seperti nisan berbentuk segi lima di sebelah kiri cungkup adalah Pamajengan (tempat wejangan) Syekh Siti Jenar dan Ki Kebo Kenanga, dua tokoh yang dihukum mati oleh Demak Bintoro karena dianggap membahayakan kekuasaan Sultan Demak.
Tjojo (54 tahun), kuncen atau juru kunci Makam R.Ng. Yosodipuro yang sejak kecil sudah sering ikut bapaknya mengurus makam ini. Ayahnya yang bernama Muhadi telah meninggal lima tahun yang lalu.
Menurut penuturan Tjojo (54 tahun), juru kunci Makam R.Ng. Yosodipuro yang sejak kecil sudah sering ikut bapaknya mengurus makam ini, dua tengara seperti nisan berbentuk segi lima di sebelah kiri adalah Pamajengan (tempat wejangan) Syekh Siti Jenar dan Ki Kebo Kenanga, dua tokoh yang dihukum mati oleh Demak Bintoro karena dianggap membahayakan kekuasaan Sultan Demak.
Nisan kubur R.Ng. Yosodipuro bertulisakan huruf latin pada baris pertama dan tahun 1833 pada baris kedua, dan lalu beberapa baris tulisan dengan menggunakan aksara Jawa di bawahnya.
Makam R. Ng. Yosodipuro yang bentuknya seperti trap-trapan batu yang ukurannga semakin mengecil di bagian atas, dengan dua buah nisan berukuran besar dan tinggi.
Makam Yosodipuro II ini berada di luar sebelah cungkup makam R.Ng. Yosodipuro I. Yosodipuro II adalah putera dari R.Ng. Yosodipuro (Sastronegoro) yang menjadi pujangga PB V, PB VI dan PB VII. Yasadipura II menghasilkan karya sastra Serat Babad Pakepung yang merupakan dokumen sejarah tentang peristiwa pengepungan keraton Surakarta oleh gabungan pasukan VOC, Yogyakarta, dan Mangkunegaran pada 1790. Yasadipura II adalah kakek Ranggawarsita, pujangga besar Surakarta pada jaman PB VIII dan PB IX.
Pandangan lebih dekat pada gerbang masung Makam R Ng Yosodipuro, dengan tulisan "Tuturing Pandito Trus Nyawiji". Dua tengara di belakang sana ditujukan bagi para peziarah yang datang ke makam ini.
Sponsored Link