Foto Wahana Ombang Ombang

Foto tengara nama ini perlu diperlihatkan untuk menghilangkan keraguan tentang nama Wahana Ombang Ombang Dufan Ancol, yang bukan salah ketik, dan bukan ombang ambing. Memang namanya terdengar agak janggal di telinga, oleh sebab tak terbiasa mendengarnya, namun sah saja untuk memberi nama berbeda pada permainan seperti ini.



Dulu, entah beberapa tahun yang lalu, pengunjung yang tidak memiliki tiket terusan harus membeli tiket di sejumlah loket yang ada di dalam kawasan Dufan untuk bisa naik Wahana Ombang Ombang. Sekarang tak ada lagi tiket satuan, karena yang dijual adalah hanya tiket reguler sebagai pass untuk seluruh tempat yang ada di Dufan, tanpa perlu membayar lagi.



Wahana Ombang Ombang ini bentuknya seperti piring terbang dengan kursi setinggi sekitar setengah meter dari lantai, yang masih cukup mudah untuk naik ke atasnya landasannya, sebagaimana terlihat pada foto. Kursi yang melingkar itu tak terlihat bergoyang saat orang naik, karena disangga ban karet yang juga berfungsi sebagai rem saat hendak berhenti.



Penampakan Wahana Ombang Ombang setelah beberapa saat sejak ia mulai berputar, dengan piringan yang sudah berputar miring namun belum cukup ekstrim sudut kemiringannya. Seperti tampak pada foto, kursi-kursi yang dibiarkan kosong adalah kursi yang pegangan tangan dan palang pintunya sudah tak ada lagi di tempatnya.



Lorong yang menjadi akses masuk antrian untuk naik ke Wahana Ombang Ombang Dufan. Lampu-lampu sudah mulai menyala, tanda sebentar lagi senja sudah akan jatuh di daerah Jakarta. Hari-hari biasa Dufan buka hingga jam 6 sore, namun di hari Sabtu dan Minggu buka hingga jam 8 malam. Jam buka tetap jam 10 pagi.



Penampakan saat Wahana Ombang Ombang baru saja ditinggalkan oleh para penumpangnya setelah selesai merasakan pengalaman berputar naik turun selama hampir empat menit. Di ujung sana adalah tempat dimana petugas mengoperasikan wahana.



Seorang petugas tampak tengah membantu memasangkan palang pintu pengaman untuk masuk ke lubangnya. Setiap kursi dicek oleh petugas dan dibantu pemasangan palangnya, sekaligus mereka melakukan pengecekan jika masih ada kursi kosong yang bisa dinaiki pengunjung lainnya.



Setelah proses pengecekan selesai dilakukan, semua petugas meninggalkan area yang ada di dalam lingkaran, oleh sebab piringan wahana ini bukan hanya bergerak naik turun namun juga mendatar, sehingga sangat berbahaya jika ada orang berdiri di dalam area ini.



Tempat duduk di wahana ini cukup lagi, bahkan bagi orang yang berperawakan tinggi sekalipun. Sekadar saran saja, agar jangan ikut meniru mas ini yang iseng meletakkan kaki tidak pada tempatnya, karena bagaimana pun selain alas kaki umumnya kotor, meletakkan kaki pada tempatnya tentu lebih baik.



Pada awal putaran, piringan masih bergerak mendatar secara tidak konsentrik, artinya satu sisinya bisa serong cukup jauh hingga sampai hampir mendekati pinggiran lingkaran dimana orang berdiri menonton dari balik pagarnya.



Beginilah penampakan bagian bawah piringan Wahana Ombang Ombang ketika sudah mulai miring dan orang merasa sudah seperti sedang duduk di atas air laut yang bergelombang naik turun. Cahaya lampu warna-warni yang ada di bawah piringan menjadi hiburan bagi orang yang menonton sambil menunggui teman atau keluarganya yang naik wahana ini.



Penampakan ketika piringan sedang menukik hingga hampir menyentuh lantai setelah sebelumnya naik cukup tinggi. Di ujung sana adalah para pengunjung yang sedang mengantri giliran untuk naik. Tak begitu padat antriannya karena hari telah mulai sore.



Tampak pada sebelah kiri pada foto adalah tuas hidraulik yang batangnya mulai memanjang dan mendorong ke arah atas batang besi besar yang menjadi penyangga piringan wahana Ombang Ombang. Bukan hanya menyangga, namun di bagian ujungnya juga ada mekanisme lain yang membuat piringan bisa berputar.



Perhatikan posisi besi penyangga yang telah berubah dari posisi sebelumnya yang terlihat pada foto sebelumnya. Perubahan posisi tuas hidraulik dan posisi piringan pada ujung atas besi penyangga itulah yang menciptakan sensasi gelombang pada penumpang yang duduk di atas piringan.



Posisi tuas dan ketinggian tuas telah berubah lagi, yang membuat posisi piringan hampir pada sudut kemiringan ekstremnya. Satu sisi kursinya ada pada bagian paling rendah yang hampir menyentuh lantai, dan pada sisi berlawanan berada pada posisi paling puncak dari gelombang mekanik buatan ini.



Pemandangan pada bagian atas piringan, ketika wahana menukik tajam dan lalu menanjak naik lagi hingga sampai ke titik puncak tertingginya, dan para pengunjung yang duduk di sana pun merasakan desir darahnya berjalan lebih cepat dari biasanya.



Pemandangan pada sisi sebelah kanan wahana, yang memperlihatkan ketinggian dasar lantai wahana dari area di sekitarnya. Ini memberi sensasi yang lebih hebat ketika pengunjung berada di puncak kemiringan oleh karena ketinggiannya dari area sekitar. Trap-trapan menurun adalah diperuntukkan bagi pengunjung yang keluar dari dalam area wahana setelah habis waktunya.



Posisi piringan yang sudah cukup tinggi sudut kemiringannya membuat orang serasa sedang terbang melayang ke angkasa, sehingga orang yang mengantri di ujung sana bisa terlihat dengan jelas.



Adanya lampu yang warna warni membuat orang yang melihat di pinggiran areanya tidak terlalu bosan untuk menunggu, selain tentu saja teriakan orang yang kaget kesenangan ketika piringannya menukik atau pindah arah gerakan.



Piringan wahana ini terlihat dekat bukan karena diambil dengan menggunakan lensa tele, namun karena piringannya yang memang mendekat ke tempat dimana saya berdiri, oleh sebab gerakan mendatar yang tidak konsentrik dari rotor yang ada di bawah piringan.



Pemandangan ketika piringan Wahana Ombang Ombang sudah akan segera berhenti berputar. Perhatikan pada ujung kanan bawah piringan, dimana terdapat roda karet yang selain berfungsi sebagai rem agar piringan berhenti berputar, juga sebagai penstabil saat orang naik atau turun dari kursi.



Ini adalah kelompok terbang berikutnya yang naik setelah menunggu sekitar empat menit jika beruntung, atau hingga 8 menitan atau lebih jika sedang ramai orang yang mengantri hendak naik wahana ini.



Paman dan keponakan tertawa senang dan saat merasakan sensasinya ketika wahana mulai berputar, naik dan lalu menukik turun semakin cepat, diikuti dengan sejumlah variasi gerakan heboh lainnya.



Menonton wahana seperti ini kadang tak kalah menyenangkan dibandingkan yang naik. Lagi pula tanpa ada yang menonton, mereka yang sedang naik pun akan merasa ada yang kurang keseruannya. Orang memang sering senang saling melihat, sawang sinawang, yang kadang bisa membuat lupa sejenak pada masalah yang sedang dihadapi.



Meskipun ada tempat duduk, yang memang tidak banyak, mereka yang sedang menunggu ada yang lebih memilih duduk di atas tembok rendah yang membatasi pinggiran taman. Beruntung cukup banyak pohon rindang di sekitar area wahana ini.



Ada pilihan lain jika tak hendak menunggu sambil menonton di pinggiran area Wahana Ombang Ombang, yaitu duduk santai sembari menyantap semangkok bakso di lapak makanan yang lumayan nyaman ini. Lokasinya persis berada di sebelah kirinya.



Seorang bapak tampak tersenyum saat memandang ke arah piringan wahana Ombang Ombang yang tengah menukik dan mendengar pula suara-suara teriak kesenangan dari mereka yang tengah asik menunggang di atasnya.



©2021 Ikuti