Foto Vihara Amurva Bhumi

Gapura yang menjadi gerbang masuk ke dalam kompleks Vihara Amurva Bhumi di Jakarta Selatan, dilihat dari sebelah dalam, diambil setelah beberapa saat kami datang. Seorang pria tampak tengah bekerja meneruskan pengerjaan pengecatan yang memang sudah membuat gapura terlihat mencorong. Sepasang naga berebut mustika tampak bertengger di atas gapura yang bergaya khas kelenteng.



Tampak muka Vihara Amurva Bhumi cukup cantik dengan bangunan Pat Kwa di depannya berisi Hiolo Thian bertiang lilitan naga dan sebutir mutiara di puncaknya. Pada atap vihara terdapat sepasang arca naga berhadapan tengah berebut mustika. Di sebelah kanan terdapat Kim Lo (tempat pembakaran kertas sembahyang).



Arca naga yang digambarkan tengah berebut mustika matahari. Ukiran naga dan ornamen lainnya dibuat dengan detail yang sangat baik dan elok. Sejumlah batang hio tampak menancap pada Hiolo Thian di tengah bangunan.



Struktur bangunan di halaman depan Vihara Amurva Bhumi yang berbentuk Pat-Kwa segi delapan yang khas dengan ukiran naga yang elok di setiap pilar penyangga atapnya. Di dalam bangunan segi delapan itu terdapat Hiolo Thian untuk meletakkan hio setelah menyembah Dewa Langit.



Pandangan samping bagian muka Vihara Amurva Bhumi yang memperlihatkan sepasang Singa penjaga (Ciok Say) di halaman vihara. Singa betina biasanya digambarkan tengah bermain dengan anaknya, sedangkan singa jantan salah satu kakinya tengah bermain bola. Penyangga teras juga dihiasi arca naga yang melilit tiang-tiangnya.



Hiolo Thian atau Hiolo Thi Kong adalah hiolo yang digunakan untuk menancapkan batang hio setelah digunakan untuk bersembahyang kepada Dewa Langit atau Tuhan YME. Hiolo Thian biasanya berkaki tiga, dan diletakkan di depan kelenteng. Umumnya di kelenteng tidak ada altar untuk menyembah Thian, hanya ada hiolo-nya saja. Namun di Taiwan kabarnya banyak kelenteng yang memiliki altar Thian di dalam ruangannya.



Ruangan dimana diletakkan patung-patung Budha dan pohon Bodhi. Vihara Amurva Bhumi adalah kelenteng Tri Dharma bagi penganut agama Buddha, Konghucu, dan Tao.



Altar Hok Tek Tjeng Sin, dewa yang paling terkenal terutama bagi petani dan pedagang, di Vihara Amurva Bhumi Jakarta. Petani memujanya agar panen berlimpah dan terlindung dari hama, pedagang meminta berkahnya agar usahanya lancar dan untung besar. Dewa Bumi adalah Dewa Kemakmuran.



Altar Hok Tek Tjeng Sin yang berada di bawah cungkup kayu berukir, dikelilingi nyala pelita. Pelita atau nyala api lilin, simbol penerangan dan pencerahan jiwa, umumnya selalu menyala di dalam kelenteng, dan mungkin menjadi salah satu penyebab seringnya kebakaran yang menghancurkan barang-barang bernilai seni dan sejarah tinggi di sebuah kelenteng. Beberapa kelenteng kontemporer telah mengganti nyala lilin dengan lampu bohlam kecil.



Altar pemujaan bagi Kwan Kong, seorang jenderal legendaris dari jaman Sam Kok, yaitu antara tahun 165-219 M.



Patung Kwan Kong yang diapit dua dewa lainnya terlihat gagah dengan jubah dan pakaian perangnya serta senjata berupa golok panjang melengkung yang biasa dipakai ketika berperang sambil menunggang kuda. Kwan Kong dipuja karena ia setia, terpercaya dan gagah berani.



Altar pemujaan bagi Kwan Im Pouw Sat, Dewi Welas-asih, dewi yang paling sering menurunkan mujijat. Cara untuk mendapat pertolongan sang dewi adalah dengan membaca mantra Namo Da-Bei Guan Shi Yin Pu Sa secara khusuk dan tulus.



Selain rupang Kwan Im yang besar, ada sejumlah patung kecil di altar Kwan Im ini yang dibuat dengan detail indah.



Di kiri kanan altar Dewi Kwan Im terdapat deretan pelita yang masing-masing ada nama pemiliknya. Menuangkan minyak sayur kedalam cawan pelita adalah merupakan salah satu bagian ritual di kelenteng, dengan harapan agar jalan hidupnya selalu diterangi dan jika pun mengalami kesulitan maka akan selalu ada jalan keluarnya.



Di sebelah kiri adalah altar Hok Tek Tjeng Sin (Dewa Bumi), dan di sebelah kanan adalah altar Kwan Kong. Tidak terlihat pada foto, di sebelah kiri altar Dewa Bumi adalah altar Dewi Kwan Im.



Pada altar Dewa Bumi terdapat persembahan berupa buah-buahan beraneka jenis yang lazimnya berjumlah ganjil. Buah-buahan itu merupakan lambang pengorbanan dan kerelaan setelah diberi berkah melimpah. Pemilihan buah ada pula artinya. Apel melambangkan kesehatan, pisang kerukunan, pear kedamaian, jeruk kesejahteraan, dan tebu berkah kesuksesan.



©2021 Ikuti