Foto Setu Babakan

Ini adalah Pintu Masuk 1 Bang Pitung Perkampungan Budaya Betawi Setu Babakan yang pengunjung akan lihat saat berbelok dari jalan besar. Dari mulut Jl Joe yang berliku sampai ke belokan Pintu Gerbang Pitung ini jaraknya 3,1 km.



Suasana jalan di Setu Babakan cukup hidup ketika sebuah delman lewat melintas. Anda bisa menyewa delman itu untuk menyusur jalan di pinggiran danau. Pepohonan di pinggir danau memberi keteduhan bagi pejalan, baik yang melintasi maupun yang duduk di bangku kayu sederhana pinggir danau. Namun belakangan area di pinggir danau ini kondisinya sudah jauh lebih baik.



Dermaga Sepeda Air bagi yang ingin menikmati suasana Setu Babakan dari atas danau. Meskipun tak ada larangan berenang, namun jangan coba-coba berenang. Di tahun 2009 sebanyak 11 orang tewas tenggelam di danau berkedalaman 1-5 meter ini. Sebagian terseret arus, dan sebagian lagi tenggelam karena kurang bisa berenang.



Seorang gadis tengah memotret di Rumah Adat Betawi. Di kompleks ini ada tiga rumah Betawi. Ada Rumah Gudang atau Kandang, Rumah Betawi Kebaya atau Bapang, dan satu lagi Rumah Joglo. Beragam pohon buah-buahan juga bisa ditemui di kompleks ini, seperti buah Kecapi, Jamblang, Krendang, Guni, Nangka Cimpedak, Nam-nam, dan Jengkol.



Di sebelah Gerbang Bang Pitung terdapat sebuah rumah adat Betawi berukuran kecil yang disebut Rumah Gudang. Kekhasan rumah Betawi adalah pada hiasan pada lisplank terbuat kayu yang diukir dengan ornamen segitiga berjajar yang disebut 'gigi balang'.



Masih di dekat Gerbang Bang Pitung ada rumah dengan sedikit ornamen Betawi dan spanduk tengara nama sebagai tempat penyewaan dan penjualan busana Betawi, seperti Abang, None, Encim, Demang, Sadariah, Silat, Tari, dan Batik.



Penjual makanan khas Betawi Pa'Tegar yang memakai nama anaknya sebagai nama warung. Tempatnya cukup nyaman, dan kerak telornya menawarkan cukup banyak variasi. Jenis yang saya makan rasanya enak, jauh lebih enak ketimbang yang pernah saya makan di Kemayoran.



Hampir semua perabotan dan pernak-pernik warung Pa'tegar menggunakan bahan bambu dan kayu, hanya kursinya memakai kursi plastik. Saya sempat melihat bagaimana ia menyiapkan kerak telor yang menggunakan tungku tradisional. Cukup higienis, dengan pilihan telur ayam atau telur bebek.



Kursi-kursi di pinggiran danau waktu itu masih sangat sederhana, dan tak eloknya adalah area umum ini diklaim oleh pemilik warung yang berseberangan. Jika ingin duduk di kursi itu maka pengunjung harus pesan makanan di warung lurusnya kursi. Sangat individualis, dan absurd. Semoga sekarang sudah berubah. Pemda menyediakan tempat duduk yang lebih layak, serta orang bebas mau pesan makanan dimana saja mereka suka.



Meskipun sudah banyak pepohonan di sepanjang piggiran danau, serta di sisi jalan di seberangnya, namun hawa di Setu Babakan boleh dikatakan masih relatif panas. Bagaimana pun adanya pepohonan hijau cukup menyejukkan mata dan menahan terpaan sinar langsung matahari. Klik foto untuk melihat foto berikutnya



Seorang penjala tengah mengayuh rakit bambunya untuk berpindah lokasi. Ia tidak menggunakan galah untuk menggerakkan rakit, namun memakai semacam dayung. Orang bebas menangkap ikan di danau Situ Babakan ini, namun tentunya tak semua orang pintar menebar jala. Salah-salah bisa terjungkal dari rakit...



Penjala mengambil ancang-ancang untuk menebar jala, setelah memilih lokasi sesuai gerak hatinya. Ikan Mujair kabarnya banyak ditemukan di Situ Babakan ini, yang jika beruntung akan mendapatkan ukuran ikan yang ukurannya lumayan besar.



Jala sudah mengembang di udara dan rakit hanya bergoyang sedikit, menandai pelemparnya cukup mahir. Meskipun kabarnya ada lebih dari 100 jala gantung yang dipasang penduduk untuk menangkap ikan di Situ Babakan ini, namun tak satu pun yang terlihat oleh mata saat itu.



Jala telah mengembang dengan sempurna dan hampir jatuh ke permukaan danau. Berikutnya adalah soal keberuntungan dan ketajaman rasa. Memancing juga banyak dilakukan warga di Setu Babakan, gratis. Jika beruntung orang bisa cepat mendapatkan Ikan Mujair sebesar telapak tangan. Namun jika sedang sial ya bisa duduk mencangkung berjam-jam memelototi air tanpa mendapatkan ikan satu ekorpun.



Bir Pletok itu, dijual dalam botol, serta Kerak Telor yang telah sempat dicongkel sebagian. Warna merah pada bir pletok berasal dari kayu secang. Rasa Bir Pletok ini sangat khas, dan saya suka. Beda dengan Bandrek Bandung yang pedas, dan beda pula dengan Wedang Uwuh di Terminal Wisata Imogiri yang rasanya agak aneh di mulut saya.



Makanan khas Betawi lainnya yang kami santap di sore hari itu dan membuat perut menjadi terasa kenyang. Namanya toge goreng. Lumayan enak juga.



Cukup banyak sepeda air yang sedang digunakan oleh pengunjung. Meskipun tak terlihat ada larangan berenang, namun jangan coba-coba berenang di Situ Babakan. Sepanjang tahun 2009 sebanyak 11 orang tewas tenggelam di danau berkedalaman 1-5 meter yang airnya berasal dari Kali Ciliwung ini. Sebagian terseret arus ketika pintu air dibuka, dan sebagian lagi tenggelam karena kurang bisa berenang. Sukurlah tak ada berita orang tenggelam lagi sesudahnya. Klik foto ke halaman berikutnya »



Area bermain anak cukup luas juga tersedia di Setu Babakan, dengan bermacam wahana, termasuk mainan tradisional Betawi seperti galah asin, takadel, dampu, dan congklak. Meskipun tak sementereng dan selengkap Ancol namun cukuplah untuk menghibur anak-anak yang ingin bermain dengan biaya terjangkau, seraya belajar mengenali budaya Betawi.



Melanjutkan jalan kaki, sampailah saya di kompleks rumah adat Betawi yang dirimbuni pepohonan dan dengan halaman parkir yang lumayan luas. Sama halnya dengan banyak rumah lainnya di Setu Babakan, untuk masuk ke kompleks rumah adat Betawi itu pengunjung harus menaiki undakan. Tak ada penjaga di gerbang, dan tak ada tiket masuk.



Sesampainya di atas, di sisi sebelah kiri terdapat dua rumah Betawi, dan di sebelah kanan ada satu rumah khas Betawi lagi. Ada yang disebut Rumah Gudang atau Kandang, ada Rumah Betawi Kebaya atau Bapang, dan satu lagi Rumah Joglo.



Seorang gadis tengah bergaya di Rumah Adat Betawi difoto oleh dua orang temannya. Jendela rumah Betawi itu terlihat sangat khas, juga listplangnya. Pada halaman sebelah kiri orang-orang tengah sibuk mempersiapkan panggung pertunjukan, yang tampaknya baru akan digunakan di Hari Minggu. Kesenian yang biasa ditampilkan di tempat ini adalah Marawis, Gambang Kromong, Tari Betawi, Topeng Betawi, Rebana Qasidah, Nasyid, Lenong Betawi, Hadrah, Topeng Blantek, Tanjidor, Pencak Silat, Tari Lenggang Nyai, dan Tari Narojeng. Klik foto ke halaman berikutnya »



©2021 Ikuti