Foto Planetarium dan Observatorium

Seorang petugas yang ramah tengah menjelaskan tentang benda-benda langit pada ruang pamer Planetarium dan Observatorium Jakarta. Bulatan merah besar adalah Matahari, lalu Venus, Bumi, Mars, Saturnus dan Jupiter. Tak tampak pada foto ada Merkurius, Pluto, Neptunus serta Uranus.



Panel akrilik dengan poster besar yang dibuat secara profesional dan sarat pengetahuan. Paling kiri menjelaskan Big Bang (Ledakan Besar), teori terbentuknya alam semesta yang menyebut bahwa pembentukan tata surya terjadi 8,7 milyar tahun setelah Big Bang, dan masa sekarang adalah 13,7 milyar tahun setelah Big Bang.

Benda langit di tata surya kita digambarkan dalam bentuk bola-bola dengan ukuran yang sesuai besar relatifnya, disertai penjelasan ringkas. Yang menarik adalah berdiam 1 hari di Merkurius sama saja begadang 176 hari di Bumi, sehari di Venus (lamanya membuat satu rotasi) sama dengan 243 hari di Bumi, namun setahun di Venus (periode revolusi mengelilingi Matahari) hanya 224,7 hari di Bumi.



Pada lorong elok yang dinding dan atapnya melengkung terdapat deretan neon-neon boks berisi poster-poster film positif berisikan 12 lambang dan zodiak perbintangan, visualisasi yang sangat indah, seperti dalam khayalan surgawi, dengan karakter manusia dan binatang untuk masing-masing zodiak tersebut yang dibuat secara sangat artistik oleh Kagaya.



Penampakan pada ruangan di sayap kanan bangunan Planetarium dan Observatorium Jakarta, memperlihatkan replika peralatan ekspedisi antariksa dan pakaian astronout di sebelah kiri, dan kursi-kursi tunggu antrian nyaman di ujung sana yang menghadap ke loket pembelian karcis masuk untuk melihat pertunjukan di Planetarium Jakarta.



Bola dunia berukuran besar di Planetarium dan Observatorium Jakarta memperlihatkan posisi kepulauan Indonesia yang sangat cantik diantara dua benua besar yang mengapitnya. Di sekeliling bawah bola dunia ini adalah neon sign yang berisi foto-foto satelit luar angkasa.



Dinamai Meteorit Pasuruan, karena meteorit sebesar kepala manusia dengan berat sekitar 10,5 kg ini jatuh di kawasan Tambakwatu, Kabupaten Pasuruan, pada tanggal 14 Februari 1975.



Poster besar berisi narasi tentang sejarah Astronom Indonesia, dengan tonggak-tonggak sejarah dari tahun 800 M hingga tahun 1990-an. Astronomi disebut sebagai disiplin ilmu yang berusia hampir setua peradaban manusia.

Pengamatan pada benda angkasa melahirkan kisah dan legenda seperti Bulan Pejeng (Bali), Pasaggangan Laggo Samba Sulu atau Pertempuran Matahari dan Bulan (Mentawai), Memecah Matahari (Papua), Manarmakeri (Papua), Hala Na Godang (Batak), Kilip dan Putri Bulan (Dayak Benoaq), Lawaendrona Manusia Bulan (Nias), Bima Sakti (Jawa), Mula Rilinge'na Sangiang Serri' (Bugis), Batara Kala, dan Nini Anteh (Jawa Barat). Pembangunan Candi Borobudur dianggap juga sebagai penanda keberadaan Astronomi di Indonesia, karena diduga merupakan penanda waktu raksasa dengan stupa sebagai penanda waktunya.



Miniatur Saturn IB, yaitu kendaraan yang meluncurkan Lunar Module ke orbit Bumi rendah. Pada tahun 1973, Saturn IB mengangkut awak stasiun ruang angkasa Skylab. Lalu pada tahun 1975 meluncurkan bagian pesawat Apollo dari gabungan AS-Uni Soviet dalam uji proyek Soyuz.



Sebuah poster besar yang memperlihatkan cahaya pada kota-kota di Bumi pada malam hari yang dilihat dari satelit yang tengah mengorbit. Polusi cahaya berlebihan yang berasal dari pencahayaan buatan bisa memberi efek buruk pada alam semesta, berikut mahluk yang ada di dalamnya.



Sebuah lorong di Planetarium Jakarta dengan tempelan poster besar piringan pemancar dan penerima signal satelit, kubah Obervatorium Bosscha Bandung, teropong bintang, dan banyak lagi poster menarik lainnya. Penataan peraga di ruangan ini terbilang sangat baik dan mengesankan.



Alat yang disebut Mizwala atau jam bayangan matahari di Planetarium Jakarta ini digunakan untuk menentukan arah kiblat berdasar posisi matahari. Istilah Mizwala dan dan sāʿa s̲h̲amsiyya digunakan dalam bahasa Arab modern. Pada abad pertengahan Islam, jam matahari horisontal disebut sebagai ruk̲h̲āma yang berarti 'marmer' atau basīṭa yang berarti 'datar', dan jam matahari vertikal disebut munḥarifa atau 'cenderung pada'.



Peraga yang memperlihatkan potongan melintang pada Matahari dan Bumi. Pada dinding ada pula foto gerhana Matahari sebagian yang diambil pada 15 Januari 2010. Di lantai yang beralas akrilik tebal yang diterangi neon ada posisi berbagai bintang di langit, lengkap dengan simbol zodiac dan nama-namanya.



Di ujung sana adalah bulatan yang menggambarkan bola Matahari berwarna merah, yang dikelilingi oleh bola-bola planet-planet lain dengan perbandingan besar sesuai ukuran relatifnya. Di latar depan bawah adalah posisi bintang dan lambang figuratif zodiac.



Tiga rasi bintang yang diletakkan bersisian di Planetarium Jakarta, yaitu Taurus, Perseus, dan Aries. Jika Taurus dan Aries digunakan dalam Zodiac, maka Perseus tidak. Perseus adalah konstelasi bintang di langit utara, berada di atas konstelasi Taurus dan di bawah konstelasi Cassiopeia. Sistem tiga bintang cemerlang di rasi Perseus diberi nama Algol.



Miniatur Sputnik di Planetarium Jakarta. Sputnik merupakan satelit tak berawak pertama buatan Uni Soviet yang mengorbit Bumi mulai 4 Oktober 1957 hingga 4 Januari 1958. Dengan berat 84 kg, Sputnik bisa melaju dengan kecepatan 28.000 km/jam. Cara kerjanya adalah dengan mengirim signal radio berupa bip monoton ke bumi. Sputnik merupakan sebuah pencapaian besar di abad ke-20.



Miniatur Zetlit Tele-X yang diluncurkan dengan roket Ariane2 dari Kouru, Guyana Perancis, pada 2 April 1989. Satelit komunikasi pertama yang melayani negara-negara Nordik ini kehabisan bahan bakar pada 16 Januari 1998 dan kemudian dipindahkan ke orbit aman.



Salah satu ruang kecil di Planetarium Jakarta, yang diberi nama Diorama 1. Di langit-langitnya terlihat miniatur planet-planet yang berada di galaksi Bima Sakti, sementara pada dindingnya menempel sejumlah naskah yang berhubungan dengan perkembangan ilmu Astronomi.



Salah satu pajangan tentang Astronomi di ruang Diorama 1, yang sepertinya ditulis dalam bahasa Yunani. Naskah ini sepertinya bertahun 1620.



Sekuens terbentuknya alam semesta mengikuti teori Big Bang, dimana pada masa kegelapan terbentuk Gelombang Mikrokosmik yang terjadi 400.000 tahun setelah Big Bang. Sekitar 400 juta tahun setelah Big Bang terbentuklah bintang pertama, dan galaksi pertama terbentuk 1 miliar tahun setelah Big Bang. Pembentukan tata surya terjadi 8,7 miliar tahun setelah Big Bang, dan masa sekarang adalah 13,7 miliar tahun setelah Big Bang.



Poster yang memperlihatkan tata surya kita yang dibuat sesuai dengan ukuran relatifnya. Penggambarannya terlihat sangat menarik dan informatif.



Poster yang berisi penjelasan tentang planet-planet yang berada di dalam tata surya kita. Fakta yang menarik diantaranya adalah 1 hari di Merkurius sama seperti begadang selama 176 hari di Bumi; sehari di Venus sama dengan 243 hari di Bumi; di Saturnus 1 hari hanya berlangsung 10 jam 39 menit; dan angin terkuat di tata surya di Neptunus dengan kecepatan mencapai 2.000 km per jam.



Pajangan di tengah memperlihatkan sejumlah satelit yang memantau Bumi dari luar angkasa. Ada Adm Aelus sebagai pemantau atmoser dan cuaca; Swarm memantau geomagnetik dan iklim interior Bumi; Goce memetakan medan gravitasi Bumi; Smos memberi wawasan baru mengenai siklus air dan iklim; Cryosat 2 mempelajari lapisan es kutub Bumi; Earthcare menentukan karakteristik awan, mengukur radiasi Matahari, dan radiasi infra merah yang terpapar ke Bumi. Sedangkan yang di sebelah kanan adalah penggambaran tentang Stasiun Ruang Angkasa Internasional (ISS).



Pajangan tentang kehidupan bintang. Ada Nebula, pembentuk bintang; Protostar, massa kontraksi gas yang merupakan tahap awal pembentukan bintang; Bintang seperti Matahari; Bintang Raksasa Merah, yaitu fase ketika kehabisan Hidrogen dan mulai pembakaran Helium; Planetary Nebula, terjadi ketika bintang terlontar angin bintang yang sangat kuat, menandai akhir hidup Raksasa Merah; Dwarf Putih, bintang sangat kecil dan panasa yang merupakan sisa evolusi bintang normal; Bintang Raksasa, lebih dari 8x massa Matahari; Bintang Super Raksasa Merah, yaitu ketika mulai kehabisan Hidrogen dan membakar Helium; Supernova, bintang yang meledak, cahayanya 100 juta kali lebih terang dari Matahari; Lubang Hitam, evolusi akhir sebuah Bintang Raksasa, yang kekuatan gravitasinya bisa menjebak cahaya.



Foto yang memperlihatkan perbandingan ukuran Bumi dengan sejumlah bulan yang ada di tata surya Bima Sakti.



Bentuk bulan dari hari ke hari pada bulan yang berbeda-beda, selama satu tahun penuh.



Pajangan di Planetarium Jakarta yang memberi penjelasan secara rinci tentang Matahari, yang merupakan bintang terdekat dengan Bumi, berjarak sekitar 150 juta km, atau 1 satuan astronomi.



Penggambaran tentang tiga jenis Bintang. Di sebelah kiri adalah Bintang Katai (kate, kerdil); di tengah adalah Bintang seperti Matahari; dan di kanan adalah Bintang Raksasa. Kesemuanya digambarkan dari mulai terbentuknya Bintang hingga akhirnya mati dan sama sekali tak bersinar lagi.



Penampakan pajangan yang isi bagian atasnya sudah ditampilkan pada foto sebelumnya. Di bagian bawahnya ada sejumlah pajangan peralatan Astronomi serta miniatur Proyek Apollo - Soyuz.



Foto satelit dan penjelasan rinci tentang Merkurius, planet terdekat dari Matahari, dan planet terkecil yang ukurannya sedikit lebih besar dari Bulan. Permukaan planet ini penuh kawah bekas tumbukan benda angkasa oleh karena atmosfernya yang sangat tipis sehingga tak bisa berfungsi sebagai pelindung. Wahana antariksa Messenger yang mengorbit pertama kali pada tanggal 17 Maret 2011 bertugas antara lain untuk menyelidiki komposisi permukaan, medan magnet, serta struktur dalam Merkurius.



Foto dan narasi tentang Venus, planet yang ukurannya hampir sama dengan Bumi. Suhu di planet ini sangat panas karena atmosfernya yang sangat tebal, antara 48 - 68 km, dengan awan yang terdiri dari unsur Sulfur dan Asam Sulfat. Di Venus, Matahari terbit dari arah Barat karena arah rotasi yang berlawanan dengan arah rotasi Bumi.



Lorong menuju ke ruangan kecil lainnya yang disebut Diorama 2. Di kanan kiri lorong adalah foto dan narasi planet yang telah diperlihatkan pada foto sebelumnya.



Miniatur di ruang Diorama 2 yang seingat saya adalah memperlihatkan peristiwa bersejarah pendaratan manusia pertama di Bulan.



Display yang perisi foto serta keterangan yang sangat informatif dan menarik tentang planet Saturnus, Jupiter, dan Mars, berkut wahana-wahana antariksa yang melakukan pemotretan serta penyelidikan planet-planet itu.



Foto dan artikel menarik tentang wahana antariksa Stardust yang diluncurkan pada 7 Februari 1999, dan kembali ke Bumi pada 15 Januari 2006 setelah menyelesaikan tiga kali putaran raksasa mengelilingi Matahari. Stardust mengambil sampel partikel debu dari komet Wild 2 untuk mencoba mempelajari tentang awal mula Tata Surya. Di sebelah kanan adalah foto dan narasi yang rinci tentang Space Shuttle.



Foto tentang wahana antariksa Stardust yang telah disinggung penjelasannya pada foto sebelumnya. Cara pengambilan sampel debu partikel Komet Wild 2 dijelaskan secara figuratif dalam foto ini. Komet Wild 2 dipilih karena materialnya masih relatif murni dan utuh. Selain itu Komet Wild 2 hanya melewati Matahari lima kali sebelum bertemu dengan Stardust.



Foto tentang Space Shuttle atau STS (Space Transportation System). Pesawat ulang alik ini tingginya 56,1 m dengan duameter 8,7 m dan berat sekitar 2000 ton. Wahana yang pernah dilincurkan dengan pesawat ulang alik ini adalah teleskop angkasa Hubble, Spitzer, Chandra, Compton, Galileo, Magellan, Ulysses, dll.



Foto grafis tentang bagian-bagian pesawat ulang alik Columbia (OV-102) yang merupakan Space Shuttle pertama NASA. Pada misinya yang ke-28, 1 Februari 2003, pesawat ini meledak dan menewaskan seluruh awak yang berjumlah 7 orang.



Ilustrasi dan foto satelit tentang Saturnus, planet 6 di Tata Surya dan merupakan planet terjauh yang masih bisa dilihat dengan mata telanjang. Hingga 2014, Saturnus memiliki 62 satelit, yang terbesar disebut Titan dengan julukan Bumi Purba, karena kondisi lingkungan permukaannya yang mirip Bumi pada jaman dahulu.



Jupiter merupakan planet ke 5 Tata Surya, dengan jumlah satelit hingga 2014 berjumlah 66, dengan 4 yang terbesar ditemukan pertama kali oleh Galileo Galilei pada tahun 1610, sehingga disebut sebagai Galilean Satellites.



Mars mendapat julukan planet merah dan Lintang Joko Belek karena warnanya oleh karena didominasi unsur karat besi. Ada banyak wahana luar angkasa yang telah melakukan penyelidikan terhadap planet ini sejak tahun 1965.



Poster di ujung sana memberi gambaran tentang posisi kita di alam semesta, dimulai dengan Big Bang hungga terbentuknya Galaksi Bima Sakti dimana Bumi merupakan salah diantara planet yang ada di dalamnya.



Komet merupakan kumpulan es dan debu yang diyakini berasal dari masa pembentukan Tata Surya, sekitar 4,5 miliar tahun yang lalu. Komet Hyakutake di sebelah kanan atas diambil fotonya oleh Shigemi Numuzawa dari Nigata, Jepang, pada 20 Maret 1996.



Wahana antariksa Stardust diluncurkan NASA pada Februari 1999. Wahana ini yang mengambil sampel debu kosmik Komet Wild 2 untuk dianalisa guna menyingkap rahasia dibalik terbentuknya Tata Surya.



Istilah Asteroid digunakan untuk menggambarkan sisa-sisa pecahan dan potongan benda langit yang berperan sangat penting dalam mengubah biosfer Bumi di masa lalu.



Indonesia dalam bola dunia, di planet Bumi yang merupakan bagian dari Galaksi Bima Sakti. Bima Sakti berisi sekitar 100 ribu juta bintang. Untuk menyeberangi galaksi ini kita memerlukan waktu tak kurang dari 100.000 tahun.



Space Shuttle dan sejumlah wahana angkasa yang pernah dibawa olehnya untuk menuju orbit. Penjelajahan luar angkasa tak lepas dari keberhasilan penemuan sebelumnya, yaitu eksperimen dalam membuat pesawat terbang pada 17 Desember 1903 oleh Wright bersaudara, keberhasilan Robert Goddart dalam membuat roket modern, Wernher von Braun dengan roket A-2 dan V-2 yang melahirkan konsep IRBM/ICBM (misil balistik jarak menengah dan antar benua), yang kemudian digunakan oleh Uni Soviet membuat satelit Sputnik I yang mengorbit Bumi pada 4 Oktober 1958 pada ketinggian 800 km selama 162 hari.



Foto sejumlah teleskop radio, seperti Arecibo Observatory dengan diameter 300 m di Puerto Rico yang beroperasi sejak 1963, dan IRAM 30m yang terletak di Sierra Nevada, Spanyol. Gelombang radio identik dengan gelombang cahaya, hanya saja energinya lebih kecil sehingga panjang gelombangnya lebih panjang, namun bergerak dengan kecepatan yang sama dengan cahaya.



Di bagian atas kiri adalah ilustrasi pemancaran radiasi oleh pulsar atau Lubang Hitam (Black Hole). Sedangkan yang di kanan adalah SN1987A yang diamati pada 23 Februari 1987 oleh Ian Shelton, astronom Canada yang bekerja di Obervatorium Las Campanas, Chile. Bawah kiri adalah foto Pulsar Kepiting yang diketahui pertama kali pada 9 November 1968, dan paling kanan adalah Nebula Kepiting yang ledakannya diamati oleh astronom China pada 4 Juli 1054.



Di latar depan adalah sebuah alat peraga Astronomi yang bisa digunakan oleh pengunjung, dengan foto-foto menarik serta koleksi benda-benda yang digunakan dalam bidang Astronomi di papan display di latar belakang.



Foto-foto yang dihasilkan oleh citra teleskop Hubble dan ESO (Observatorium La Silla-Chile). M42 atau NGC 1976 adalah nebula yang berlokasi di arah rasi bintang Orion (Lintang Waluku), yang berjarak 1500 tahun cahaya.



Foto di atas adalah gugus galaksi yang berjarak 2,4 miliar tahun cahaya di arah rasi bintang Orion. Foto di bawah kiri adalah galaksi berbentuk elips yang berjarak sekitar 318 juta tahun cahaya di arah rasi bintang Eridanus. Bawah kanan adalah Galaksi klaster Abeli 520 yang berjarak 2,4 miliar tahun cahaya dari Bumi.



Foto yang memperlihatkan interaksi antar galaksi, yaitu tabrakan antar galaksi yang dianggap sebagai sebuah fenomena yang lazim terjadi.



Penggambaran tentang alam semesta dan Tata Surya kita. Usia alam semesta hingga sekarang ini diperkirakan sudah mencapai 14 miliar tahun, atau 5 miliar tahun setelah terbentuknya Tata Surya. Penelitian Astronomi modern di Indonesia mulai dilakukan pada tahun 1765 oleh Johan Mohr di observatorium pribadinya di Batavia.



Foto-foto nebula, diantaranya Nebula Lagoon - M8 yang mempunyai bentangan hingga 100 tahun cahaya. Kemudian ada Nebula Carina, dan Nebula Trifid. Ada pula Awan Magellan yang merupakan dua Galaksi kerdil tak beraturan yang bisa diamati dengan mata telanjang.



Foto tentang mosaik warna Pusat Galaksi Bima Sakti yang terlihat pada arah Rasi Sagitarius dan Scorpion. Terlihat pula foto Omega Centauri yang berisi 10 juta Bintang dan berjarak 17.000 tahun cahaya, dan ada Proyek GigaGalaxy Zoom yang dibuat untuk mengungkap keindahan langit malam secara menyeluruh.



Penggambaran tentang cuaca ruang angkasa yang dipengaruhi oleh siklus aktivitas Matahari dan berlangsung kurang lebih 11 tahun. Ada Coronal Mass Ejection yang bisa menabrak medan magnet Bumi hingga mengakibatkan badai geomagnetik di kutub magnet Bumi yang berlangsung dari 1 hingga 5 hari. Angin Matahari bergerak sekitar 1 juta km per jam dan bisa berinteraksi dengan medan magnet Bumi.



Foto dan informasi tentang dampak cuaca antariksa terhadap Bumi. Badai geomagnetik bisa mempengaruhi akurasi GPS karena adanya perubahan ionosfer, yang menyebabkan kesalahan lokasi hingga 30 meter.



Di Planetarium Jakarta juga ada mini theater dimana pengunjung bisa menonton film-film tentang Astronomi dan ekspedisi luar angkasa yang disediakan secara gratis.



Miniatur wahana luar angkasa, kubah observatorium dan teleskop peneropong Bintang di Planetarium Jakarta.



Miniatur Apollo - Saturn V di Planetarium Jakarta. Saturn V diluncurkan 13 kali dari Kennedy Space Center di Florida tanpa kehilangan awak atau muatan satu pun. Hingga tahun 2018, Saturn V tetap merupakan roket yang membawa beban hingga jarak yang tertinggi, terberat, dan paling kuat yang pernah dibuat dan digunakan secara operasional. Di sebelahnya adalah Lander Apollo yang bertugas membawa dua Astronot dari orbit Lunar ke permukaan Lunar dan kembali ke Bumi.



Bola bumi yang memperlihatkan posisi cantik kepulauan Nusantara, dikelilingi oleh foto wahana luar angkasa yang mengorbit di sekeliling Bumi.



Lorong Planetarium Jakarta dengan foto-foto indah rasi bintang yang dibuat dengan sangat menarik dan futuristik.



Foto yang memperlihatkan grafis rasi bintang beserta simbolnya yang digunakan sebagai zodiac.



Neon display dengan film cantik berisi visualisasi rasi bintang Pisces, yang berada antara Akuarius di sebelah barat dan Aries di sebelah timur.



Penggambaran Astronomis dan astrologis pada rasi bintang Leo, yang berada di antara Cancer di sebelah barat dan Virgo di sebelah timur. Dalam Zodiak, individu dengan bintang Leo lahir pada 23 Juli sampai 22 Agustus.



Formasi rasi bintang Sagittarius dan simbolnya berupa kuda yang kepalanya berbentuk manusia. Rasi bintang Sagitarius merupakan salah satu dari 48 rasi bintang yang didaftar oleh astronom abad ke-2 Ptolemeus dan menjadi salah satu 88 rasi bintang modern.



Karya lukis indah Kagaya untuk rasi bintang Aries, atau sang domba. sang domba. Rasi Aries berada di antara Pisces di sebelah barat dan Taurus di sebelah timur.



The Zodiac, seni karya Kagaya untuk rasi Bintang Gemini di Planetarium Jakarta. Gemini (si kembar) adalah bagian dari langit musim dingin, berada di antara Taurus di sebelah barat dan Cancer di sebelah timur, dengan Auriga dan Lynx di sebelah utara, serta Monoceros dan Canis Minor di sebelah selatan. Orang dengan bintang Gemini lahir 21 Mei hingga 21 Juni.



Penggambaran yang sangat cantik bagi rasi Bintang Aquarius, terletak di antara Capricornus dan Pisces. Namanya adalah bahasa Latin untuk "pembawa air" atau "pembawa cangkir", dan simbolnya adalah representasi air.



Rasi Bintang Scorpio, dengan simbol Kalajengking, sesuai namanya dalam bahasa Latin. Scorpius adalah salah satu dari 48 rasi bintang yang diidentifikasi oleh ahli astronomi Yunani Ptolemy pada abad kedua dan tetap digunakan hingga sekarang.



Rasi Bintang Virgo yang dilambangkan dengan sosok wanita karena namanya memang berarti perawan dalam bahasa Latin. Virgo berada di antara Leo di Barat dan Libra di Timur, dan merupakan konstelasi Bintang terbesar kedua di langit.



Penggambaran Rasi Bintang Capricorn yang indah. Namanya adalah bahasa Latin untuk "kambing bertanduk" atau "tanduk kambing" atau "memiliki tanduk seperti kambing", dan umumnya disimbolkan dalam bentuk seekor kambing laut: makhluk mistis yang setengah kambing, setengah ikan.



Rasi Bintang Pisces yang tak kalah eloknya. Namanya adalah dalam bahasa Latin jamak untuk ikan. Letaknya berada di antara Aquarius di barat dan Aries di timur.



Rasi Bintang Libra, yang merupakan tanda astrologi ketujuh di Zodiac, yaitu antara 23 September dan 23 Oktober.



Rasi Bintang Cancer, karya seni oleh Kagaya yang indah. Cancer (♋️) adalah tanda astrologi keempat dalam Zodiac. Di bawah zodiak tropis, Matahari berada di daerah ini antara 21 Juni dan 23 Juli, dan di bawah zodiak bintang, Matahari transit daerah ini antara 16 Juli dan 15 Agustus. Dalam astrologi, Cancer adalah tanda kardinal dari trigonum Air, yang terdiri dari Cancer, Pisces, dan Scorpio. Meskipun kadang memakai simbol lobster, namun Cancer paling sering diwakili oleh kepiting, berdasarkan Karkinos, kepiting raksasa yang melecehkan Heracles selama pertarungannya dengan Hydra.



Rasi Bintang Taurus yang digambarkan dengan sangat elok. Taurus adalah konstelasi besar dan menonjol di langit musim dingin belahan bumi utara. Taurus merupakan salah satu rasi bintang tertua, berasal dari setidaknya Zaman Perunggu Awal ketika menandai lokasi Matahari selama titik balik musim semi.



Area yang terletak diantara Planetarium Jakarta dengan Observatorium, dengan sejumlah ilustrasi dari jaman kuno dan miniatur wahana luar angkasa serta pakaian astronout.



Tampak muka Planetraium dan Observatorium Jakarta dengan kubah yang di dalamnya menjadi tempat untuk menonton pertunjukan film tentang perbintangan yang sangat mengesankan. Sudah selayaknya tempat ini dipugar agar menjadi gedung dengan desain yang lebih futuristik dan modern, karena masa depan manusia dan keberlangsungan hidupnya bergantung pada keberhasilan dalam mengeksplorasi luar angkasa.



©2021 Ikuti