Foto Museum Ahmad Yani

Bagian depan Museum Ahmad Yani yang menghadap ke Jl Latuharhari, Jakarta. Museum diresmikan pada 1 Oktober 1966 oleh Menpangad Mayjen Soeharto, sesaat setelah rumah dan isinya diserahkan Ibu A Yani dan putera-puterinya kepada negara. Gedung yang dibangun 1930-an ini semula rumah pejabat maskapai swasta Belanda, dan sejak 1950-an dikelola Dinas Perumahan Tentara, sebelum dihuni Letjen Ahmad Yani.



Pada dinding ruang makan Museum Ahmad Yani Jakarta terdapat foto para Pahlawan Revolusi. Di samping kiri terdapat kamar tidur Ahmad Yani, dimana disimpan senjata otomatis Thompson Cakrabirawa yang menewaskannya lengkap dengan sisa pelurunya, senjata LE Cal 7,62 buatan Cekoslovakia yang dipakai untuk membunuh Letjen TNI Anumerta S. Parman, dan senjata Owengun yang digunakan untuk menembak DN Aidit dan tokoh PKI lainnya.



Di ruang tamu dengan lukisan besar menggantung pada dinding menggambarkan ketika Ahmad Yani menempeleng Mukidjan, komando pasukan Cakrabirawa, karena tidak boleh berganti pakaian.



Di lantai tertulis "DI SINILAH GUGURNJA PAHLAWAN REVOLUSI DJENDERAL TNI A. YANI PADA TANGGAL 1 OKTOBER 1965 DJAM 04.35". Ahmad Yani wafat setelah mengalami 8 luka tembak di tubuh bagian depan dan 2 luka tembak di tubuh bagian belakang.



Sebuah mobil sedan merk Chevrolet berwarna biru yang digunakan Ahmad Yani semasa hidupnya. Mobil ini diletakkan pada ruangan samping pintu masuk belakang Museum Sasmita Loka Ahmad Yani.



Dokumentasi di lorong belakang Museum Sasmita Loka Jenderal Ahmad Yani yang memperlihatkan rekonstruksi saat penculikan dan penembakan terhadap Menpangad Letjen Ahmad Yani oleh gerombolan PKI / G 30 S.



Dokumentasi yang memperlihatkan proses penggalian dan pengangkatan jenazah Pahlawan Revolusi di Lubang Buaya oleh regu KIPAM (Komando Intai Para Amfibi) KKO (Marinir), disaksikan oleh Mayjen Soeharto pada 4 Oktober 1965.



Dokumentasi di lorong belakang Museum Sasmita Loka Ahmad Yani yang memperlihatkan upacara pemakaman jenazah Pahlawan Revolusi di Taman Makam Pahlawan Kalibata Jakarta pada 5 Oktober 1965.



Koleksi foto di lorong menuju pintu masuk ke ruang makan Museum Sasmita Loka Ahmad Yani. Diantaranya foto pengangkatan jenazah para Pahlawan Revolusi oleh KKO (Marinir) pada 4 Oktober 1965, upacara pemakaman pada 5 Oktober 1965, foto-foto keluarga, penyerahan Kota Magelang pada 1949 dari Belanda diwakili Letkol van Santen kepada Letkol Ahmad Yani, dan foto-foto karier militer Ahmad Yani lainnya.



Dokumentasi yang memperlihatkan peran Kolonel Ahmad Yani ketika itu dalam memimpin Operasi 17 Agustus untuk menumpas pemberontakan PRRI / Permesta di Padang dan sekitarnya tahun 1957 - 1958. Kata yang diucapkannya ketika itu adalah "Bagi saya hanya ada dua alternatif, pertama: berkubur di dasar lautan dan kedua ialah mendarat di Kota Padang."



Pintu masuk ke ruang makan Museum Sasmita Loka Ahmad Yani yang kacanya berlubang akibat ditembus peluru. Pasukan Cakrabirawa masuk melalui lorong ini setelah terlebih dahulu memutus kabel telepon.



Seorang pengunjung tengah mengamati foto-foto di bagian belakang rumah Museum Sasmita Loka Ahmad Yani , diantaranya adalah rekonstruksi penembakan dan penculikan oleh Pasukan Cakrabirawa terhadap LetJen Ahmad Yani yang ketika itu menjabat sebagai Menpangad (Menteri / Panglima Angkatan Darat). Jabatan ini kemudian diduduki Mayjen Soeharto pada 18 Oktober 1965.



Kondisi Museum Sasmita Loka Ahmad Yani terlihat dijaga dan dirawat dengan baik. Di bagian kiri ruang makan yang menyerupai bar ada kutipan kata-kata Ahmad Yani berbunyi “Sampai liang kubur kupertahankan Pancasila”. Pintu terbuka pada foto adalah pintu kamar tidur Ahmad Yani.



Empat tiang kayu yang dihubungkan dengan rantai menjadi pengingat lokasi dimana Jenderal Ahmad Yani ditembak hingga tewas oleh para penyerbu pada 1 Oktober 1965.



Lukisan di ruang tamu Museum Sasmita Loka Ahmad Yani, memperlihatkan saat Letjen Ahmad Yani menempeleng Mukidjan, komando pasukan penyerbu, saat marah karena tidak diperbolehkan untuk berganti pakaian. Melihat situasinya, tampaknya Ahmad Yani tidak bermaksud berganti pakaian, namun mengambil senjata api, dan para penculiknya tidak mau mengambil resiko.



Koleksi pribadi Ahmad Yani yang disimpan di ruang tunggu Museum Sasmita Loka Ahmad Yani, diantaranya harimau, cindera mata, senjata, lambang-lambang, medali, gading gajah dan koleksi buku dalam rak dinding. Para tamu biasanya menunggu di ruang ini sebelum diterima Jenderal TNI A. Yani di ruang lain.



Tulisan pada dinding depan gedung yang berisi sejarah Museum Sasmita Loka Jenderal Ahmad Yani. Gedung yang dibangun pada 1930-an ini semula digunakan sebagai rumah pejabat maskapai swasta Belanda, dan sejak 1950-an dikelola oleh Dinas Perumahan Tentara, sebelum dihuni oleh Letjen Ahmad Yani.



Gerbang yang menjadi akses masuk ke dalam halaman Museum Sasmita Loka Jenderal Ahmad Yani yang berada di Jalan Lembang D58.



©2021 Ikuti